117 | Makna Keadilan

70.5K 7.8K 411
                                    

Playlist ~ Tutur Batin (Yura Yunita)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Playlist ~ Tutur Batin (Yura Yunita)

_________

Warning 18+
(Kata-kata kasar)

_________

Dalam dinginnya hawa rumah mewah itu, hanya tangis dan emosi yang tercurahkan. Rumah yang tak pernah ditempati, kehampaan di dalamnya semakin menjadi. Rasanya tak ada insan yang ingin berada di sini.

Begitu juga dengan Aufar. Mata elang pria itu menyapu keseluruhan ruangan di mana adiknya disiksa tadi. Kemudian menatap lurus pada adik sepupu tak tahu diri yang saat ini hanya bisa menyesali segalanya.

"Puas, Fat?" Tembak Aufar. "Nay dan bayinya kritis gini sekarang udah puas? Kalo aja laki, Fat, habis kamu sekarang." Napas Aufar bergemuruh kala beberapa menit lalu menerima kabar bahwa adiknya harus segera dioperasi.

Fat berdiri di posisi yang sama dengan pundak yang bergetar itu menunduk. Tangisnya semakin hebat. Bukan, bukan mencelakakan Naqiya seperti ini yang ia inginkan.

"Abang," Abi Muhammad lagi-lagi mengingatkan Aufar untuk mengendalikan emosinya. 

Amir, suami Fat, yang dengan tatapan tajamnya menyaksikan semua itu menatap pada tubuh Ali yang tadi tersungkur karena tembakan pistol istrinya yang sedikit melesat mengenai betis pria itu.

Bunyi ledakan yang keras dan panas peluru yang sedikit menggoreskan kaki Ali membuatnya pingsan di tempat seketika. Dengan aba-aba, Amir memerintahkan pengawalnya untuk mengamankan tubuh tersebut.

Meskipun sejujurnya ia murka sekali dengan pria itu. Bekas memar di wajah istrinya ia yakin tidak salah lagi karena ulah pria sialan itu.

"Pastikan dia tetap hidup," Ucap Amir sesaat setelah pengawalnya mengamankan tubuh bersimba darah milik Ali.

"Baik, Pak."

"Biarlah dia mati, Mir," Sahut Aufar yang wajahnya memerah menahan amarah. "Si anjing itu nggak pantes hidup."

Abi Muhammad yang mendengar umpatan putranya menepuk pundak tegap pria itu. "Istighfar," Ucapnya pada Aufar.

Wajah memerah Aufar semakin menjadi, rasanya amarah itu semakin membuatnya ingin menangis detik ini juga. Naqiya, perempuan yang begitu ia sayangi dari lahir hingga saat ini harus menjadi korban dari kebiadaban pria dan nafsunya.

Pria-pria dan nafsunya.

Demi Tuhan bahkan Naqiya tak ada sedikitpun berpenampilan dengan maksud menggoda hasrat pria. Adiknya itu bisa ia pastikan pandai menjaga auratnya.

Namun mengapa perempuan sepertinya berhak mendapat pelecehan-pelecehan ini?

Pertama dari dosennya sendiri, kini dari mantan calon suaminya. Memang ia akui paras keturunan keluarganya itu elok dipandang mata. Kecantikan perempuan itulah yang mungkin mengundang perhatian pria gila hasrat.

Bayi DosenkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang