[WARNING! Play playlist di atas!]
______
Hujan di luar masih terdengar begitu deras ditambah kencangnya angin membuat suara semakin keras. Meskipun dua insan itu kini telah tiba di rumah, namun hujan tidak kunjung reda. Beruntung tidak ada setetes air hujanpun yang menetes pada tubuh Naqiya, istrinya. Bara seperti biasa langsung membersihkan tubuhnya. Begitu juga dengan Naqiya setelahnya.
"Sini," Panggil Bara pada wanita itu. Naqiya berdiri di depan pintu kamar mandi dengan tangannya yang memegang handuk dan mengusap-usap rambutnya yang basah karena dirinya abis keramas.
Naqiya tidak menolak, dia melangkah untuk duduk di samping Bara. Di ranjang itulah Bara memperhatikan setiap detail yang Naqiya lakukan. Dari mulai Naqiya duduk, tangannya membungkus rambutnya dengan handuk, lalu dia mengambil buku untuk melanjutkan sesi membacanya.
Bara memperhatikan itu semua.
"Matkul apa itu?" Tanya Bara. Matanya melirik ke arah buku yang Naqiya baca. Sebenarnya Bara adalah tipe manusia yang tidak suka berbasa-basi. Tapi apapun dia lakukan demi sang istri.
Naqiya tidak melirik Bara, "Bukan matkul," jawabnya singkat. Tatapannya masih fokus pada buku yang dia baca.
Bara tahu, setelah lepas dari ponselnya, Naqiya menjadi lebih sering membaca buku. Buku-bukunya pun berganti, jadi meskipun Naqiya meletakkan buku tersebut di atas nakas yang tentunya Bara bisa melihat sampul buku itu, tapi tetap saja Bara tidak tahu buku apa yang istrinya nikmati.
"Terus buku apa?" Tanya Bara lagi. Matanya bukan fokus ke buku Naqiya, tapi jelas-jelas ke wajah Naqiya. Cantik sekali istrinya kalau lagi fokus membaca begini. Sepertinya apapun yang Naqiya lakukan, wanita itu akan terlihat cantik di mata Bara.
Naqiya menutup bukunya supaya sampul buku itu bisa dilihat oleh Bara, "Parenting," Ucapnya singkat, jelas, dan padat. Kemudian ia kembali membuka buku tersebut dan membacanya lagi.
Bara tersenyum, senyum-senyum sendiri lebih tepatnya. Istrinya sudah belajar untuk menjadi orang tua yang baik dalam mendidik bayi mereka nanti. Bara senang, Naqiya sudah bisa menerima bayinya.
"Keren," Jawab Bara. "Tanpa baca itupun saya yakin kamu bisa jadi ibu yang baik buat bayi nanti," Bara tersenyum hangat lagi, tapi sayangnya senyuman itu tidak dilihat oleh Naqiya, "Apalagi kamu baca buku itu. Bisa-bisa kamu bakal jadi ibu yang sempurna, Naqiya." Tambahnya.
Naqiya hanya melirik sekilas tanpa menjawab pertanyaan suaminya itu. Matanya tetap fokus pada buku tersebut meskipun tatapan Bara sejujurnya kalau dalam situasi normal akan membuat Naqiya salah tingkah. Bagaimana tidak? Bara dari tadi memperhatikan Naqiya dengan lekat, tak jarang pria itu senyum-senyum sendiri kaya orang tidak waras.
Tapi Naqiya tidak protes sama sekali. Dia juga tidak peduli dengan apa yang Bara lakukan. Beruntungnya Bara sudah kebal dengan sikap Naqiya yang seperti ini. Diacuhkan.
"Emang itu isinya apa aja, Naqiya?" Bara bertanya lagi pada wanitanya yang masih fokus itu. Tidak ada jawaban dari wanita itu.
Bara penggemar buku-buku. Tidak satu dua buku yang telah dia baca. Dirinya memang penggila berat kalau soal buku. Buku yang telah ia baca juga bukan hanya buku yang cetak, Bara juga sudah menelan buku-buku elektronik dalam otaknya. Tak heran bila Bara sangat cerdas.
"Banyak," Jawab Naqiya singkat.
"Judul bukunya apa emang?" Tanya Bara lagi. Suara pria itu begitu lembut ketika berbicara dengan istrinya.
"Bringing Up Bébé, Rahasia Kedamaian Pengasuhan ala Prancis. Ditulis sama Pamela Druckerman," Jelas Naqiya. Matanya tetap fokus pada buku tersebut. Sama sekali tidak menatap atau bahkan menoleh ke arah Bara.
Bara mengangguk mendengarkan penjelasan sang istri, "Terus di dalemnya dijelasin apa aja?" Demi Tuhan, setiap harinya Bara mencoba berinteraksi dengan Naqiya meskipun dia sudah tahu balasan yang ia dapatkan seperti apa.
Naqiya diam, sepertinya wanitanya Bara ini malas untuk membalas suaminya.
"Saya juga mau jadi Papa yang baik buat Bayi, Naqiya," jelas Bara, "Bisa kamu jelasin ke saya isinya apa aja?" Tanyanya pada Naqiya. Naqiya sempat menoleh ke arahnya, bertemulah matanya dengan senyuman indah Bara.
Bara mengeluarkan puppy eyes nya, berharap istrinya yang masih menatapnya itu luluh pada ekspresi wajahnya itu. Terdengarlah suara helaan napas dari arah Naqiya.
"Contohnya," Naqiya berpikir sejenak, "Kaya cara buat ngelatih anak sabar dan mau menunggu, ngajarin anak mengucapkan kata maaf, terima kasih, gitu gitu, ngajarin buat nggak milih-milih makanan, sama ngelatih anak buat punya jadwal tidur yang baik. Masih banyak lagi."
Bara mengangguk puas, senang sekali dirinya bisa mendengarkan kalimat panjang yang keluar dari mulut istrinya itu. Suaranya begitu merdu.
"Oooh begitu ya," ucap Bara, "Kalo mengasuh bayi baru lahir itu berarti buku sebelum ini yang kamu baca?" Tanya Bara lagi.
Naqiya mengangguk. Hanya itu responnya pada pertanyaan Bara. Dirinya kembali fokus membaca buku itu.
"Judulnya apa?"
Naqiya menoleh lagi, tidak habis-habis pertanyaan yang Bara lontarkan.
"The baby book, everything you need to know about your baby from birth to age two, ditulis William Sears, dkk."
Bara mengangguk lagi, "Itu isinya apa aja?" Tanyanya, "Tentang cara mengasuh bayi begitu ya? Sampe dia umur dua tahun? Apa gimana? Boleh dijelasin nggak, Naqiya?" Tambahnya dengan rentetan pertanyaan.
Kali ini kepala Naqiya yang mengangguk, "Mulai dari perawatan dasar buat bayi, breastfeeding, kesehatannya bayi, cara bikin bayi nyaman, ada juga informasi perkembangan bayi."
"Nah itu caranya gimana?"
Naqiya memandang Bara dengan tatapan kesalnya, "Bapak bisa baca sendiri, bukunya di lemari buku."
Bara buru-buru menggeleng. Dirinya tidak mau membaca sendiri. Jauh lebih baik dan nyaman ketika mendengarkan penjelasan dari mulut istrinya. Hal itu membuat Bara jauh lebih memahami apa isi buku yang Naqiya sebutkan tadi.
"Saya maunya dijelasin sama kamu, Naqiya."
Naqiya tidak membalasnya. Dia masih tetap fokus pada buku yang dirinya baca.
"Naqiya..." Panggil Bara dengan nada manjanya. Panggilan itu tidak mendapat jawaban dari istrinya sama sekali.
"Naqiya..." Panggil Bara lagi, kali ini tangannya mulai usil menoel-noel pipi istrinya.
Tangan Bara kini mengusap perut istrinya, dan kembali memanggil nama istrinya itu. Berharap Naqiya akan dengan besar hati menjelaskan kepadanya lagi.
"Na---"
"Cukup, Pak!" Potong Naqiya cepat. Belum sempat Bara melanjutkan kalimatnya, Naqiya sudah bersuara. Perempuan itu langsung menutup bukunya dan berdiri. Dia meletakkan buku tersebut di atas nakas dengan kasar lalu melangkah keluar dari kamar itu.
Bara menatap Naqiya dengan tatapan yang tidak bisa digambarkan. Tatapan itu nanar. Ketika pintu ditutup, terbesit rasa sedih pada hati Bara. Tidak hanya sedih, di sana ada rasa kecewa, sedih, marah, dan segala perasaan nano-nano dalam hatinya.
✨✨✨
HAPPY NEW YEAR readersku tersayang! Semoga tahun ini lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Dan apa-apa yang diharapkan di tahun ini bs jd nyata!🤗
Thank you for spamming vote and comment!
Jangan lupa spam vote commentnya lg yaa🤗🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayi Dosenku
Fiction générale[CERITA DIPRIVATE, FOLLOW DULU SEBELUM BISA BACA LENGKAP!] "Kamu sakit atau... hamil?" "Kalaupun saya hamil, anak ini tidak akan hidup lama, Bapak tau karena apa?" Gadis itu melangkah pelan mendekati Bara, "Karena saya akan menggugurkannya." ✨✨✨ Naq...