84 | Menunggu

121K 11.4K 692
                                    

Langit menggelap senada dengan gemuruh petir di luar ruangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Langit menggelap senada dengan gemuruh petir di luar ruangan. Jam digital di dinding menunjukkan pukul setengah sembilan malam. Wanita berpiyama hijau tosca itu memaksakan tatapannya pada televisi yang sedang menampilkan film random. Bosan, ia bosan menunggu.

Tangannya membuka ponsel, entah sudah keberapa kalinya wanita itu membuka ponsel miliknya. Belum juga ada notifikasi yang dirinya tunggu-tunggu.

Dengan jengah ia membanting kecil ponsel tersebut di atas sofa, tangannya mengusap wajahnya gusar.

Dimanakah suaminya?

Menit terus berjalan, tetapi ponselnya juga masih belum mendapat jawaban dari orang yang ia tunggu. Notifikasi yang masuk justru notifikasi-notifikasi aplikasi lain yang dia gunakan.

Sebetulnya Naqiya tidak ingin titip apapun pada suaminya, itu hanya alasan agar Bara bisa cepat membalas pesannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sebetulnya Naqiya tidak ingin titip apapun pada suaminya, itu hanya alasan agar Bara bisa cepat membalas pesannya. Jujur, dia sangat khawatir, tidak biasanya Bara pulang malam tanpa kabar sama sekali begini.

Tadi jam 3 sore dirinya sempat izin Bara ingin keluar untuk membeli ayam segar dan beberapa bumbu dapur, beruntungnya pria itu mengizinkan. Namun tiba-tiba Bara menghilang begitu saja entah kemana.

Naqiya berdiri pelahan, menahan beban berat di perutnya untuk melangkah ke dapur, membuat susu hamil. Biasanya Bara yang membuatkan, tetapi karena sudah lewat jauh dari jamnya minum susu dan Bara tidak kunjung pulang, akhirnya wanita itu memutuskan untuk membuatnya sendiri.

"Mas Bara kemana sih?" Gerutunya pelan ketika susu hangat itu sudah ia hidangkan di meja depan televisi. "Sumpah ini udah mau jam 9 loh yaampun."

Lagi, Naqiya menyeruput susu hangatnya sembari tangannya mengecek ponsel. Sama sekali tidak ada balasan dari suaminya itu.

Naqiya menghela napasnya. Dirinya dikuasai rasa khawatir, kesal, dan juga bingung. Khawatir jika sesuatu terjadi pada suaminya. Juga kesal karena Bara tidak memberinya kabar.

Apa susahnya berkabar kalau pulang lebih malam?

Suara dentingan dari ponselnya membuat Naqiya kembali mengecek ponselnya itu. Lagi-lagi bukan dari Bara. Mengecewakan sekali ketika orang yang ditunggu-tunggu tidak kunjung membalas pesan, tapi justru orang lain lah yang melakukan itu.

Bayi DosenkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang