Playlist ~ Tutur Batin (Yura Yunita)
______________
Bara berlari mengikuti ranjang yang di dorong oleh para perawat rumah sakit. Tak ada henti mulutnya melafalkan asma Allah, meminta Tuhan semesta alam untuk memberikan mukjizat pada istri tercintanya.
Kalut, perasaan seperti ini sudah pernah ia rasakan. Di detik dimana kabar ibunya sedang kritis ia terima. Perasaan itu sangat membekas di kalbu Bara.
Tuhan, untuk kali ini saja, tolong jangan biarkan ia kehilangan orang yang dicintai. Lagi.
Tubuh Naqiya terbujur kaku di atas ranjang rumah sakit. Tenaganya sudah tidak tersisa lagi. Untuk membuka kelopak mata pun kini ia sudah tak sanggup. Tubuhnya benar-benar sudah begitu lemah.
"Keluarga Ibu Naqiya," Panggil dokter itu sesaat setelah Naqiya memasuki Unit Gawat Darurat (UGD).
"Saya Bara, suaminya, Dok," Ucap Bara dengan tegas.
"Begini, Pak, saya coba jelaskan kondisi Ibu Naqiya saat ini ya." Jelas Dokter tersebut. "Ibu Naqiya mengalami dehidrasi berat menjelang hari perkiraan lahir, saat ini sedang dalam proses pemasangan infus. Selebihnya terdapat luka memar-memar yang cukup parah di tubuhnya."
Bara yang mendengar penuturan tersebut terasa lemas seketika. Manusia-manusia pengecut itu sungguh keterlaluan. Bisa-bisanya mereka memilih lawan seorang wanita yang sedang mengandung?
"Lalu bagaimana, Dok?"
"Dengan kondisi Ibu yang seperti itu, kami mohon maaf sebelumnya, Pak, Ibu Naqiya tidak bisa melakukan persalinan normal." Ujar Dokter tersebut dengan raut duka di wajahnya. "Kemungkinan besar, setelah ini bisa dilakukan operasi caesar karena bayi harus segera dikeluarkan, Pak. Demi keselamatan sang Ibu."
Jemari besar Bara mengusap wajahnya. Sungguh, ia tidak akan pernah siap bila harus menerima kabar duka untuk yang kedua kalinya.
"Apapun, Dokter, tolong apapun itu selamatkan istri dan bayi saya."
Dokter itu mengangguk, ia paham dengan pemikiran Bara. Seorang suami pasti menginginkan yang terbaik untuk keluarganya.
"Saya mohon maaf sebelumnya, Pak Bara," Dokter tersebut menggantungkan kalimatnya. "Yang namanya tindakan di kamar operasi itu pasti ada risikonya. Kalau memang operasi harus dilakukan, kemungkinan terfatal, naudzubillah ya, Pak, nyawa Ibu akan tertolong, tetapi kemungkinan buruknya, nyawa bayinya mungkin tak bisa tertolong." Tutur dokter tersebut.
Lagi, dunia seakan menghantam Bara membabi buta. Kaki Bara terasa lemas seketika. Hingga untuk menopang tubuhnya saja ia tak mampu. Rasanya seakan ada beban yang mendorongnya hingga terhuyung ke belakang tanpa mengetahui siapa itu selain sebuah kenyataan.
"Sa--saya harus milih, Dok?" Tanyanya tidak percaya pada penuturan dokter itu.
Bagaimana mungkin pilihan seberat ini ia alami dalam hidupnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayi Dosenku
General Fiction[CERITA DIPRIVATE, FOLLOW DULU SEBELUM BISA BACA LENGKAP!] "Kamu sakit atau... hamil?" "Kalaupun saya hamil, anak ini tidak akan hidup lama, Bapak tau karena apa?" Gadis itu melangkah pelan mendekati Bara, "Karena saya akan menggugurkannya." ✨✨✨ Naq...