100. Old Forces (1)

99 21 7
                                    


------------
Pasukan Tua (1)
------------


Saat tiba di Guild House, party kami bergegas membongkar bawaan sebelum turun ke basement. Setelah beberapa pertimbangan, aku memutuskan iya bergabung dengan mereka untuk memeriksa tubuhnya.

Aku ingin berbicara dengan Lee Jihye, tapi aku paham itu bisa menunggu setelahnya. Keputusan ini reinforced saat melihat dia mengangguk, memahami keputusan ku.

Meski begitu, aku tahu dia memikirkan hal lai, juga. Aku bahkan tidak perlu menanyakan apa itu.

'Apa dia masih berada di pemikiran belahan jiwa itu?'

I had some inkling of what the status system meant about the two of us.

'Sebenernya, kami mirip dalam banyak hal...'

Mengikuti gari pemikiran ini, aku tahu tidak membawanya ke Blue dengan kami itu kesalahan terburuk yang pernah kubuat. Aku tahu dia punya banyak hal yang hisa dia bawa ke atas meja.

Tetapi, aku tahu posisi terbarunya tidak buruk sama sekali.

Mengesampingkan itu, I bid Jihye a brief farewell bergabung dengan yang lain di basement. Karena dia termasuk orang luar, dia tidak di izinkan memasuki area khusus itu.

Saat menuju basement, aku melihat ruangan yang ditata neatly. Seorang pria berbaring di dalam peti yang dihiasi berbagai jenis bunga berwarna putih. Dia terlihat agak tua, dan banyak sekali luka di wajahnya cukup untuk membuktikan identitasnya. A beard covered his chin, dan rambut putih melapisi kepalanya.

Dia lah deceased Guild Master kami.

'Apa dia berumur empat puluhan? Tidak... Mungkin dia lima puluhan...'

Karena penuaan diperlambat influensi mana, sulit untuk memastikan usianya sebenarnya. Saat melihat dia dengan nyaman menutup matanya, yang tidak pernah dibuka lagi, tangisan meledak dalam kelompok.

"Aaaah!"

"Master..."

"Ahjusi, kau bilang kau akan hidup sampai semuanya berakhir... Ugh..."

Meski aku belum pernah bertemu Guild Master, aku tetap merasa sedih. Semua orang di kelilingku mengeluarkan air mata, dan jelas apa arti Guild Master bagi mereka.

Di antara mereka, the one expressing the most intense reaction was Lee Sang-hee.

Sebelum kita ke bawah, she had a calm composure. Tetapi, that composure cracked the moment her eyes landed on the old man.

Belum jelas apa yang terjadi di antara mereka berdua, tapi aku bisa mengatakan kalau itu jelas bukan hubungan biasa. Reaksinya mirip seperti melihat sosok yang dia cintai mati.

'Atau, mungkin, kekasih...?'

Itu bukan tebakan convincing, bagaimanapun.

Segera, kami memutuskan untuk lebih baik meninggalkan Lee Sanghee sendiri. unit ke-2 perlahan melangkah, dan unit ke-7 kami mengikuti.

Bagaimanapun, Kim Hyunsung pasti punya pemikiran lain, dia tetap berada di sisi Lee Sanghee.

"Dia pasti sudah pergi ke tempat yang lebih baik."

Di saat yang sama, Sun Heeyoung memanjatkan doa pada Ilahi di hadapan tubuhnya dan pergi dengan sendirinya. Aku melakukan hal yang sama dan segera bergerak menaiki tangga, dengan Jung Hayan menempel pada lenganku.

"Hayan."

"Iya, Oppa?"

"Apa kamu merasakan sesuatu yang aneh?"

Lee Kiyeon [ 1 ]  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang