Lee Kiyeon [ 1 ] ✔

120. The Black World (1)

Mulmed: Kiyoung versi cewe

Apabila ada typo atau kata yang belum di terjemahkan silahkan tag bagiannya dan komen ya guys!

.

💀 Dunia Hitam (1) 💀

.

Dalam keadaan gila ini, aku tidak bisa apapun selain berteriak. Aku tidak paham apa yang terjadi di sekelilingku.

‘Dia gila!'

Shaman di depanku memang gila.

Aku terus mencoba membuka pintunya, tapi itu sama sekali tidak mau terbuka. Ini jenis jebakan yang aku bayangkan, dan aku merasa lebih bingung dari biasanya.

Di saat yang sama, shaman masih gencar menggumamkan omong kosongnya.

“Master! Master! Aku telah lama menantikan hari ini.”

“S-Sial!”

“Cahayaku, cintaku, segalanya.”

“Jangan berani-berani mendekatiku!”

Melihat dia merangkak kemari membuat seluruh tubuhku merinding. Aku tidak tahu harus bereaksi bagaimana padanya.

‘Haruskah aku memanggil Jung Hayan?’

Tidak masalah; kalau dia coba menyentuhku, Jung Hayan akan mendapat peringatan. Dia akan menyadari ada yang salah dan segera datang.

Tidak – kemungkinan besar dia sudah menuju kemari sekarang.

‘Tapi…'

Saat aku memikirkan harus berbuat apa, bibirku membenci lekukan. With the shaman’s sudden antics, aku sepenuhnya lupa tujuanku datang.

Aku ingin tahu kenapa dia memanggilku kemari, dan berapa banyak dia tahu tentangku.

Dengan semua keributan, aku mundur tanpa sadar, merasakan punggungku menyentuh pintu. Tapi, Kasugano tidak bergerak jauh dari posisi awalnya tadi.

Pintunya terkunci, tapi kelihatannya dia tidak berniat melukaiku.

‘Kalau dia ingin melakukan sesuatu…’

Dia pasti sudah melakukannya.

Sampai sekarang, dia terlihat tidak nyaman, tubuhnya gemetar, tapi aku merasa seolah sekarang waktu terbaik untuk mengobrol.

Untuk sejenak, aku berpikir untuk berpura-pura menjadi orang yang dia panggil master akan lebih efektif, tapi aku langsung sadar kalau itu ide buruk.

Mempertimbangkan kemampuannya, dia langsung bisa melihat dalam diriku.

Aku menenangkan diri dan duduk di kursi terdekat, akubnisa melihat wanita itu menatapku penuh harap.

Rasanya aneh ditatap seperti itu, saat aku melihat ke belakang, aku teringat alat aneh yang paling awal tertangkap pandanganku saat aku memasuki ruangan.

‘Kenapa juga itu ada di sini…’

“Ahhhhhh…”

'Tolong jangan buat suara itu.’

“Master…’

'Bahkan jangan memikirkannya.’

Aku langsung menyesal memilih untuk duduk. Tapi, aku sungguh ingin berbicara dengannya.

Masalahnya hanya, aku tidak tahu bagaimana memulainya. Haruskah aku memimpin?

Atau haruskah aku mengikuti arusnya?