60.JUN

784 65 2
                                    

Hari ku benar-benar sangat berat, sungguh berat sampai aku tak sanggup lagi menjalani hidup ku ini. Bagaimana, tidak di sekolah aku menjadi salah satu murid yang menjadi korban perudungan yang dilakukan oleh para Sunbaenim ku dan teman-teman ku juga karna aku hanya mengendalkan beasiswa untuk berada disekolah mereka, bahkan mereka selalu mengatakan jika aku tak pantas untuk sekolah disana bersama mereka.

"Hikss.. eomma" Isak ku akhirnya keluar begitu aku tak sanggup lagi untuk menahannya, namun Isak ku terhenti ketika aku mendengar suara kucing yang seperti meminta bantuan pada ku.

"Meow.. Meow".

"Huh, Omo.. kau tak apa? kenapa kau bisa terikat seperti ini?" tanya ku dengan menyekat air mata yang berada di pipi ku tadi dan segera menolong kucing itu.

"Apa sakit?" tanya ku begitu melihat luka pada wajah sang kucing.

Kucing itu hanya memperhatikan ku sambil menggeserkan tubuhnya pada lutut ku, entah kenapa juga aku merasa nyaman dengan segera mengusap-usap kepalanya.

"Kau kesepian, iya? Dimana memilik mu?" ujar ku dengan masih mengusap-usap kepalanya.

Hingga, tak lama hujan turun dengan derasnya yang membuat ku mau tak mau menggendong kucing itu dan membawanya bersama ku.

"Ahh, untung saja!" seru ku.

"Hai, apa kau tak keberatan untuk ikut bersama ku?" tanya ku dengan menatap kucing ini, seolah mengerti kucing ini malah mengeluarkan lidahnya yang membuat ku tersenyum senang karna itu seperti jawaban untuk ku.

"Baiklah, mulai sekarang kau adalah teman ku. Kaja, kita pulang sekarang" ucap ku dengan berlari menerobos hujan.

Akhirnya setelah berlari dibawah hujan kami sampai dirumah ku, aku segera mengeringkan kucing tadi setelah kering aku segera memberikan makan dan menyelimutinya karna sepertinya dia kedinginan tadi, aku juga tak lupa mengobati lukanya.

"Hui, tunggu disini sebentar aku harus mengobati beberapa luka dulu, iya" ujar ku begitu selesai mengurusnya.

Sebelum mengobati luka ku, aku pergi mandi dan mengganti pakaian ku begitu selesai aku segera mengobati luka yang mereka buat tadi.

"Hai, aku tak apa ini hanya luka kecil" seru ku begitu melihat Hui tengah memperhatikan ku.

"Hoam, aku mengantuk apa kau juga mengantuk? Kaja, kita pergi tidur sekarang" ucap ku dengan membawa menuju tempat tidur ku.

"Selamat malam, Hui" ujar ku dengan perlahan menutup mata ku.




















Besoknya, aku mencium aroma masakan yang membuat ku terbangun begitu terbangun aku sedikit terkejut karna sudah ada makanan di meja ku.

"Hui-ah, apa kau memasak untuk ku? Bodoh, dia seekor kucing mana mungkin bisa memasak untuk ku. Lalu, siapa yang menyiapkan ini?" Ocehan ku benar-benar tak berhenti ketika melihat masakan tadi.

"Molla, sebanyak apapun aku memikirkannya aku tak akan bisa menebak satu nama. Yasudah lah, Hui kita nikmati saja makanannya. Siapapun itu terimakasih" ujar ku sambil melahap makanan yang tadi kupikir siapa yang masak.

"Wah, ini begitu enak.. arghh!".

"Meow!".

"Aku tak apa Hui hanya sedikit sakit karna bibir ku terluka" jawab ku dengan mengusap lembut kepala Hui.

Acara makan ku selesai, aku segera bersiap untuk pergi bersekolah. Aku menggendong Hui sebelum aku berangkat meninggalkannya.

"Aku harus pergi bersekolah dulu kau jangan nakal, iya selama aku bersekolah sampai nanti" ujar ku dengan mengecupnya.

SEVENTEEN IMAGINE (PART 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang