mimpi

954 126 1
                                    

[kebencian]

:

Vote - komen

:












'BRAK

'BRAK.                          

BRAK

Selalu seperti ini.

Entah sudah berapa kali [name] menabrak kan tubuh ringkih nya untuk membuka pintu ini, hasilnya selalu nihil.

Bocah itu menatap ke arah kegelapan kamar gudang dengan pandangan kosong. Entah sudah berapa lama ia menangis hingga matanya membengkak.

Bibir dengan bengkak dan luka di sudutnya itu bergetar karena kedinginan. Dalam kekosongan ini, [name] sudah berusaha melakukan apapun untuk membuat pintu kayu yang berat ini terbuka.

Meskipun ini bukan yang pertama kali nya, [name] selalu bertanya-tanya apa kesalahannya hingga orang-orang disekitarnya begitu tertarik untuk terus membunuhnya.

" aku lelah..." lirihnya putus asa.

[Name] tidak pernah mengeluh kecuali pada ayahnya, sudah banyak kalimat permohonan yang ia layangkan pada ayahnya untuk membawanya pergi. Tetapi pria dewasa itu selalu datang dan membuat luka baru di hati [name].

Yang ayahnya tau dirinya adalah seorang anak manja yang tidak bisa melakukan apapun dan hanya bergantung pada ayahnya. Nyatanya tidak, [name] selalu berusaha mati-matian dengan usahanya sendiri.

Hanya saja kali ini dia tidak bisa melakukan semuanya sendiri saking tidak sanggupnya untuk menopang tubuhnya sendiri.

Pergelangan kaki [name] membiru. Tidak heran bagaimana kasarnya dua pria itu memperlakukan nya di ranjang maupun di kehidupan sehari-hari [name].


"Jihoon... aku mohon buka pintunya..." ujar [name] dengan lirih.

Ia tidak tau apa kesalahannya hingga pria berambut merah itu mengurungnya disini setelah digunakan berbarengan dengan Jonggun.

[Name] tau betul jika usaha tidak akan berbuah manis karena dua pria arogan itu selalu menatapnya dengan benci.

Dirinya tidak takut dengan kegelapan. [Name] sudah terbiasa berada disini untuk menjadi sasaran amukan Jonggun maupun Jihoon tanpa alasan yang jelas.

Ponselnya tidak ia bawa karena tadi dua pria tadi menariknya secara tiba-tiba dan menaruhnya disini tanpa alasan yang jelas.

Tubuh [name] sakit semua.

Apalagi bagian bawah sana setelah di gunakan tanpa kenal waktu hingga [name] merasa tulang pinggang nya seperti remuk.

Isakan kecil terdengar mengisi keheningan ruangan gudang, keadaan [name] begitu kacau didalam sini tanpa ada seseorang yang ingin menyelamatkan nya.

Dalam hatinya ia selalu berteriak dan berharap Ilay membawanya pulang agar dia tidak merasakan seperti ini. Tidak apa-apa jika [name] akan menjadi bayangan keluarga Riegrow lagi, asal [name] tidak harus menanggung rasa sakit ini.

(END) 𝕿𝖜𝖔 𝕬𝖕𝖆𝖙𝖍𝖞 𝕳𝖚𝖘𝖇𝖆𝖓𝖉𝖘 [Lookism x Readers]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang