pulanglah

586 84 16
                                    

[Two Apathy Husbands 44]

:

Vote + komen

:

🗿Jangan sider

"Kak jichang bertemu [name]?? Kapan?" Tanya Jihan dengan muka tidak percaya.

Jichang hanya menatap ke arah Jihan yang sedang berganti pakaian dengan datar tanpa ekspresi. Pria dewasa itu menyebulkan asap rokok yang tadi sempat ia hisap.

"Tadi" jawabnya singkat.

"Dia menangis didepan halte" lanjutnya.

Jihan memakai kaos putih nya setelah mengganti seragam sekolahnya. Bocah itu mengambil tempat duduk di hadapan kakak nya yang sedang merokok.

"Tidak heran, [name] baru saja dipermalukan didepan kami" ujar Jihan.

Jichang memicingkan matanya tidak suka. "Kau tidak membantunya dan hanya melihat"

Jihan menggendikan bahunya tidak tau sebagai jawaban. "Yahhh ~ dia bisa melawan, aku mau membantunya tetapi timing nya tidak pas. Gyeol datang tadi"

"Kau pikir itu bisa dijadikan alasan?" Jichang menatap adiknya tidak suka. "Tidak bisa melindungi orang yang kau sukai, apakah aku pernah mengajarimu untuk menjadi seorang pengecut"

Asap hitam menggambarkan rasa dongkol pada hati mereka masing-masing. Jihan menunduk dengan tangan mengepal, merasa kesal kakak nya mengatakan hal tersebut.

Ia mendongak sedikit.

"[Name] bisa melawan nya, mengapa kakak begitu marah"

Marah? Jichang terhenyak. Baru sadar jika aura mereka berdua sudah tertutupi kabut hitam. Jichang juga tidak sadar sejak kapan dirinya merasa marah hanya karena Jihan tidak melindungi [name].

Pria itu menghela nafas sejenak sambil memegang dahinya.

"Kakak hanya menyuruhmu untuk terus melindungi [name] Jihan..." Gumam jichang pelan. Ia tidak sadar membuat Jihan tersinggung, sebab itu Jichang mengubah nada bicara nya menjadi lebih bersahabat. Meskipun terdengar sama saja, kabut hitam disekitar mereka telah hilang yang artinya sudah tidak ada kemarahan.

Jihan menatap kakaknya curiga.

"Apa urusannya dengan kakak jika aku melindungi [name] atau tidak? Lagipula [name] tidak selemah itu! pasti ada alasan mengapa keluarga [name] memasukkan [name] di kelas kami!" Tanpa sadar Jihan menaikkan nada bicaranya.

Rahang jichang mengeras.

"Kwak Jihan! Sejak kapan kakak mengajarimu untuk berkelakuan tidak sopan!? Turunkan nada bicaramu! Aku lebih tua darimu" peringat Jichang pada Jihan.

"Heoi! Berhenti berdebat! Kalian berdua tidak malu didengar tetangga huh?" Saut jibeom tiba-tiba. Sebagai anak tengah, ia harus bisa mengendalikan pertengkaran antara adik dan kakaknya. Mereka sama-sama tidak mau mengalah.

Mereka berdua tersentak, menoleh ke arah Jibeom yang sedang menggendong anak kambing yang berusia seminggu.

"Kak Jibeom? Kambing dari mana itu?" Tanya Jihan bingung.

(END) 𝕿𝖜𝖔 𝕬𝖕𝖆𝖙𝖍𝖞 𝕳𝖚𝖘𝖇𝖆𝖓𝖉𝖘 [Lookism x Readers]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang