kalut

963 123 7
                                    

[Two Apathy Husbands 16]

:

Vote - komen

:

2146 words









"Papa..."

"Papa!"

"Pah?"

"ILAY!!!"

Mata Ilay mengerjap saat bentakan panggilan [name] memenuhi telinganya. Ilay melihat ke arah [name] yang masih normal berdiri disampingnya dengan poci dibelakangnya.

Untuk sesaat pria itu kebingungan. Jelas-jelas tadi dia dan [name] lompat dari banyak anak tangga hingga mereka hampir mati. Ah, tidak lebih tepatnya [name] yang hampir mati.

Lalu kenapa sekarang ia bisa melihat [name] berdiri normal di sampingnya dengan posisi yang sama seperti sebelum jatuh dari tangga.

Apa ini benar-benar khayalan nya saja?

Ilay sedikit tidak percaya bahwa tadi ia sempat berhalusinasi.

[Name] menatap Ilay dengan datar, apa-apaan pria ini menahan nya untuk pergi ke kamar hanya untuk melihat Ilay melamun. Malah lama lagi ngelamun nya.

"Papa ini kenapa? Jangan buang-buang waktuku karena aku tidak ingin membuang-buang waktu" ujar [name] kesal.

Dengan gamblang Ilay melayangkan pertanyaan yang sama seperti tadi.

"Kau sudah pulang?" Tanya nya dengan wajah bingung.

Dahi [name] berkerut kesal.

"Ilay, matamu buta ya? Jelas-jelas aku sudah berdiri didepan mu dan kau bertanya lagi? Kau ini kenapa sih?"


Ilay melihat ke arah tangan mereka berdua yang tidak tertaut, dalam pikirannya tadi sebelum [name] cepat-cepat pergi ke kamar nya ia dan [name] sempat berbicara tentang keinginan [name] dan kabar kematian nya sendiri.


Tatapan [name] pada dirinya juga tidak redup, hanya terlihat kesal saja.

"Sekarang kau malah diam?"

[Name] gregetan ingin mencekik Ilay saat ini juga, mengapa pria ini sangat membuang-buang waktunya yang berharga untuk berdiskusi dengan poci.

Ilay tak bergeming, masih tidak percaya dengan bayangan nya tadi saat melihat anak perempuan nya menarik mereka berdua agar mati bersama. Ia melirik ke arah tangga yang dilapisi karpet merah, untuk suatu alasan pria itu sedikit merasa merinding.

Karpet itu bersih dan tidak basah. Berarti itu artinya, kejadian itu memang tidak terjadi.

"SIALAN ILAY! BERHENTI MEMBUANG WAKTUKU" Bentak [name] kesal.



"Kau seharusnya tidak membentak ayahmu seperti itu [Name] Riegrow..."

Jihoon yang baru saja naik ke lantai atas langsung menasihati [name] ketika pendengaran nya mendengar bagaimana [name] membentak ayahnya sendiri.

(END) 𝕿𝖜𝖔 𝕬𝖕𝖆𝖙𝖍𝖞 𝕳𝖚𝖘𝖇𝖆𝖓𝖉𝖘 [Lookism x Readers]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang