S2 [Chapter 17]

454 80 9
                                    

[Being a stranger]

:

Vote + komen

:

Tak terduga

(Cerita ini murni dari pemikiran aku sendiri ya ;* jadi kalo ada yang bilang plagiat berarti mereka hoax :( )





' Cklek

Akhirnya, [name] memasuki ruangan ini.

Hawa dingin dengan aura yang kental penuh dengan permusuhan harus ia rasakan saat pertama kali menginjakan kaki nya ke dalam sini. Dengan perasaan gugup yang sudah ia kuasai, akhirnya [name] membungkuk dihadapan semua guru bimbingan konseling dan para orang tua korban.

"Maaf jika saya datang terlambat" ujar [name] dengan sopan.

Salah satu guru bk yang menggunakan kacamata nya menyuruh [name] untuk duduk.

"Tidak masalah, silahkan duduk"

[Name] menurut, ia langsung mendudukan bokong nya di kursi tunggal yang berhadapan langsung dengan sedikit jarak oleh para guru dan orang tua korban. Mereka mulai berbisik satu sama lain dan menatap [name] dengan tatapan mencemooh.

Pada akhirnya [name] salah lagi.


Tidak ada pembicaraan selama 10 menit dan [name] hanya duduk disini untuk menerima cacian pelan dari para orang tua korban dan tatapan menghakimi dari para guru.


[Name] menguatkan hatinya, ia sudah sering menerima tatapan benci dari anggota keluarganya sebelum pindah ke dimensi ini, meski hatinya berdenyut sakit, ternyata ia cukup terbiasa untuk direndahkan tanpa ada yang membela.


Meskipun semakin kencang mereka berbisik, [name] sama sekali tidak terganggu dengan itu dan dia hanya menatap mereka dengan wajah tenang. Kedua tangan nya saling bertautan dan sesekali ia mengusap batu ruby yang sedari tadi membuat tangan nya terasa berat untuk menenangkan pemilik gelang.


[Name] juga baru tau fakta jika gelang yang ia pakai saat ini ternyata memiliki hubungan nya dengan poci, ia ingat jika malam itu pergelangan tangan nya bertambah berat dan memiliki getaran kecil untuk memunculkan poci.


Untuk saat ini, [name] akan mencoba untuk menghadapi nya sendiri.




"Ekhemm..."

Kepala sekolah berdehem untuk membuat semua orang tenang. Terbukti setelah deheman itu, suasana ruangan kelas yang digunakan untuk mengadili [name] langsung hening.



Pasrah dengan seperempat keberanian yang tersisa, cukup membuktikan jika [name] bisa duduk disini untuk menanggung semua nya.

Kepala sekolah menatap kertas yang berisi foto lima orang siswi  meninggal dan murid lain yang terluka. Sebenarnya ia tidak tau, apa yang dipikirkan [name] ketika hampir membunuh semua teman-teman nya dengan wajah tenang seperti itu.


Tetapi dari yang ia dengar dari kesaksian nya Park Hyungseok, sekaligus yang melapor kejadian ini. Ia juga mengatakan jika ini bukan sepenuhnya nya salah [name] karena mereka semua menghina dan mencemooh [name] dengan kata yang tidak pantas.



Jo Beomgu_ kepala sekolah berumur 40 tahun itu menatap wajah tenang [name] dengan tatapan menganalisis. Ia mencoba untuk mencari kebohongan dari ekspresi tenang yang dipasang bocah itu, karena sebelumnya [name] memang terlihat membantah semua tuduhan yang diberatkan untuk nya.



(END) 𝕿𝖜𝖔 𝕬𝖕𝖆𝖙𝖍𝖞 𝕳𝖚𝖘𝖇𝖆𝖓𝖉𝖘 [Lookism x Readers]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang