dirayakan

542 70 5
                                    

[Two Apathy Husbands 49]

:

Vote + komen


:

(Warn!

Gak jelas)




"Eh? Papa abis darimana kok banyak buah?" Tanya [name] penasaran.

Pertanyaan itu muncul begitu saja saat matanya menangkap ada banyak buah di kursi belakang dengan beberapa telur dan sayur.

"Belanja, tapi bukan di supermarket. Dari perkebunan dan peternakan nya langsung" jawab Ilay menjawab pertanyaan [name].

[Name] mengangguk mengerti. Bocah itu mengetuk-ngetuk kan kakinya pelan sambil menatap ke arah depan jalan.

"Papa"

"Ehm?"

"Dibelakang rumah kan ada lahan ya, kenapa gak kita tanamin sayur-sayuran sama buah-buahan aja?" ujar [name] memberi usulan.

Ilay berpikir sejenak tetapi tetap fokus menyetir kedepan.

"Usulan yang bagus, tapi rumah itu bukan rumah milik papa. Jadi kalau mau berkebun di mansion kita sendiri saja itu lebih bagus"

"Tempat itu kosong untuk beberapa waktu, aku tidak akan heran jika ada makhluk lain yang berpesta disana"

[Name] merinding. Meskipun dia tidak takut hantu. Agak merinding juga mansion tempat tinggal yang seharusnya tidak kosong malah menjadi kosong karena penghuni nya memilih untuk tinggal dirumahnya Jihoon dan Jonggun. Dan lagi, tempat itu sudah bisa dipastikan akan banyak hantunya karena paman nya yang ikut tinggal disana dan tidak kembali.

Ilay hanya tersenyum.

"Siapa yang mau tinggal dirumah dengan aura mencengkam seperti itu? Paman mu saja tidak mau kembali"

[Name] mengernyitkan dahinya.

"Mengapa paman tidak mau kembali? Bukankah seharusnya dia ada disana? Jika mansion itu kosong tidakkah seharusnya papa menjualnya?"

Ilay menggeleng tidak setuju.

"Tidak, tempat itu akan papa wariskan untuk mu dan kak Pilgyeon. Omong-omong tentang kakak mu, papa sudah tau dia punya keluarga baru"

[Name] terdiam. Merasa bersalah karena melihat raut sendu yang Ilay pasang saat membicarakan Pilgyeon. Kepalanya menunduk dan jari-jari tangan nya bertautan satu sama lain.

"Maafkan aku papa..."

"Uhm?" Ilay menoleh. Wajah bingung langsung terpasang saat melihat raut sedih yang [name] pasang. Tanpa menghilangkan fokus nya sama sekali. Sang ayah mengusak rambut dengan warna yang sama seperti dirinya.

"Tidak ada yang perlu disesali. Papa tidak marah. Pasti memuakkan bukan memiliki ayah sepertiku?"

[Name] masih diam. Bibirnya terkulum gugup. Rasa tidak enak muncul dihatinya saat samping matanya melihat bayangan Ilay yang tersenyum teduh.

(END) 𝕿𝖜𝖔 𝕬𝖕𝖆𝖙𝖍𝖞 𝕳𝖚𝖘𝖇𝖆𝖓𝖉𝖘 [Lookism x Readers]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang