S2 [Chapter 3]

513 78 3
                                    

[Being a stranger]

:

Vote - komen

:

Sekolah ?

(Warn! bagi pembaca yang nyimak ceritaku dari buku pertama pasti tau, kalo aku nyantumin banyak genre pelangi didalamnya. Jadi bagi yang gak nyaman boleh gak dilanjutin okey?)




"Mau sekolah?"

"Huh?"

"Mau sekolah tidak?" Tawar Jungoo sekali lagi.

[Name] yang sedang menyeruput ramen nya mengerjap bingung.

"Yang bayarin siapa?"

"Tentu saja aku" jawab Jungoo santai.

[Name] terkekeh. Jungoo memang ceplas-ceplos tapi sepertinya pria berambut kuning itu lumayan baik.

"Apa ada syaratnya?" Tanya [name]  pelan.

Jungoo menggeleng. Tentu saja tidak, lagipula tidak ada salahnya untuk membesarkan seorang anak remaja seperti [name].

"Tidak, aku ingin merawatmu" ujarnya tulus.

[Name] tersenyum.

"Ada apa ini? Padahal tadi ada yang bilang tidak ada untungnya merawat anak cacat sepertiku?" Sindir [name].

Jungoo gelagapan, senyuman tidak enak tersungging di bibirnya.

"Maaf, aku terkadang memang agak kurang bisa menjaga mulutku" ringisnya tidak enak.

[Name] mengangguk mengerti dan melanjutkan makan nya. Mata nya bergulir ke arah samping untuk melihat Jonggun yang juga anteng memakan masakan Jungoo.

Suasana agak canggung diantara dirinya dan Jonggun. Tentu saja karena [name] yang tidak tau harus bicara apa pada Jonggun. Dan Jonggun yang terlihat pendiam  dan tidak tertarik.

Suasana yang sama.

Atmosfer diantara dirinya dan Jonggun belum berubah. Sedangkan saat bersama Jungoo tetap sama. Meskipun perkataan Jungoo agak nyelekit, orang itu tetap baik dan [name] bersyukur akan hal itu.

"Kenapa menatapku"

[Name] berjengit kaget karena suara berat itu langsung menendang gendang telinga nya.

"Ah! Tidak ehehe maaf" ujar [name] canggung.

"Mau kuantar?" Tawarnya.

"Hm?"

Jonggun berdecak sebal.

"Kenapa kau itu lemot sekali sih? Sedari tadi aku dan Jungoo bertanya hah hm hah hm, tidak punya jawaban lain atau memang otak mu sedang konslet?!" Sentak nya kesal.

[Name] bergidik, kenapa kemarahan Jonggun agak ngeri juga. Apalagi mata kelam yang melotot tajam dengan senyuman aneh yang terpampang membuat [name] merasa agak takut sejujurnya.

(END) 𝕿𝖜𝖔 𝕬𝖕𝖆𝖙𝖍𝖞 𝕳𝖚𝖘𝖇𝖆𝖓𝖉𝖘 [Lookism x Readers]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang