S2 [Chapter 18]

462 79 6
                                    

[Being a stranger]

:

Vote + komen

:

Sisi lainnya

([Name] di buku ini gak punya ibu :v di book sebelah gak punya bapak. Haruskah untuk projek selanjutnya kubuat gak punya dua duanya ?🗿)

Sebuah mimpi...

Bagi sebagian orang mungkin mimpi hanyalah bunga tidur untuk membuat seseorang merasa puas dalam tidurnya dan setelah itu akan ada rasa kecewa dalam hatinya karena bangun tanpa kehadiran sesuatu yang ada di dalam mimpinya. Tetapi sebagian orang juga percaya, jika mimpi mungkin adalah tanda untuk membawa keberuntungan maupun kesialan, atau bisa jadi adalah sebuah pesan untuk menyampaikan suatu kabar dari dimensi yang berbeda.

Satu hal yang tidak pernah Ilay pikirkan sebelum nya adalah memiliki seorang anak.

Ya, seorang anak. Terlebih lagi anak perempuan. Sebab itu ketika ia bermimpi tentang remaja perempuan tersebut, Ilay hanya mengira itu hanyalah mimpi sesaat yang tidak akan kembali mengusik nya lagi. Tetapi setelah ia membiarkan nya, mimpi itu malah semakin gencar untuk mengusik tidur tenang nya dan bahkan mulai berani untuk menampakan wajah asli dari seseorang yang mengganggu mimpi nya.


Saat ini Ilay sedang memangku [name] yang sedang termenung di pelukan nya. Agaknya, [name] merasa kaget dan kurang percaya karena papa nya tiba-tiba saja ada disini untuk membelanya. Hati [name] menghangat, padahal beberapa saat yang lalu ia merasa hampir kehilangan harapan sebelum bertemu Seohwa. Ternyata takdir yang dituliskan oleh Tuhan sebaik itu sampai [name] bisa bertemu Ilay di waktu yang tepat.

Ilay juga tidak tau mengapa ia sama sekali tidak terganggu dengan seseorang yang duduk dipangkuan nya. Sangat jarang juga ia menjadi jinak dan lembut untuk orang lain yang belum ia kenal. Ah, bahkan jika sudah kenal pun, belum tentu Ilay akan mau melakukan hal semacam ini. Hal semacam apa? tentu saja memangku dan mengusap-ngusap rambut hitam pekat [name].

Mereka sedang berada didepan toserba yang tak jauh jaraknya dari sekolah tadi. Ilay awalnya juga tidak menyangka dia akan membawa [name] seperti ini. Sejak beberapa menit yang lalu, mereka berdua masih tenggelam dalam keheningan dan sibuk dengan pikiran nya masing-masing.

[Name] yang sibuk merasa tak percaya jika papa nya disini dan Ilay yang merasa bingung karena banyak nya kemiripan dari rupa [name].

Meskipun bisa saja bocah ini operasi plastik, tetapi Ilay adalah orang yang cukup teliti untuk bisa membedakan fitur wajah yang di ubah ataupun di tambahkan.

Ilay awalnya juga tak menyangka ia melakukan hal seperti tadi. Hanya saja insting nya tergerak untuk membela dan melindungi [name] sebab sebelum masuk kedalam ruangan itu, ia bisa mendengar isakan kecil yang [name] hasilkan saat menangis di depan Seohwa.

Lama terdiam, [name] meraih tangan besar Ilay yang menganggur untuk digenggam secara erat. Kepalanya mendongak dan langsung berhadapan dengan netra Ilay yang menatapnya dengan tatapan teduh.

Jujur saja, [name] ingin bertanya bagaimana bisa papa nya berada disini, tetapi mengingat jika saat ini mereka berada di dimensi yang berbeda ia harus mengurungkan niat nya.

"Mengapa tadi kau menyebut ku sebagai anak mu?'' tanya [name] pelan. Tak munafik, ia benar-benar merindukan Ilay. Meskipun masa lalu mereka di dimensi sebelumnya begitu buruk, hanya Ilay lah orang tua [name] satu-satunya yang masih tersisa. Diluar sana, ada banyak anak yang tidak beruntung karena sejak lahir tak mengerti siapa orang tua mereka, sebab itu [name] merasa bersyukur karena ia masih bisa menyebut seseorang dengan sebutan papa.

(END) 𝕿𝖜𝖔 𝕬𝖕𝖆𝖙𝖍𝖞 𝕳𝖚𝖘𝖇𝖆𝖓𝖉𝖘 [Lookism x Readers]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang