Bab 125

156 31 1
                                    

Mungkin inilah dinamakan ujian sebelum pernikahan, ada saja yang menjadi pokok permasalahan yang datang dari berbagai arah, kalau semalam Alvan risau karena beberapa kali kliennya yang menawarkan taktik kotor padanya dan ada juga yang terang-terangan menggodanya, kalau sekarang sepertinya Alvan bukan hanya sekedar risau saja, kesal sekaligus marah  yang hanya mampu ia pendam sendiri agar jangan sampai mempengaruhi hubungan mereka.

Tapi diamnya Alvan bukanlah sesuatu hal yang baik, pun Danisha sepertinya tidak peka atau memang tidak merasa kalau apa yang terjadi saat ini bakalan mengganggu hubungan mereka.

Setelah salah satu novel yang ditulis oleh Danisha diangkat ke layar lebar ternyata bukan hanya sampai di situ saja, pihak Rumah produksi Film itu malah meminta Danisha untuk menjadi pemeran utamanya dengan alasan kalau karakter tokoh utamanya cocok ke Danisha, memang Danisha juga tidak tertarik sama sekali dan dia juga sudah menolaknya langsung dengan berbagai alasan tapi sepertinya produser serta sutradara itu sangat tertarik pada kepribadian Danisha, di situlah letak permasalahannya.

Pulang dari kantor Alvan langsung menjemput Danisha di salah satu kafe tempat dimana gadisnya itu melakukan meting dengan pihak j&D entertainment selaku nama rumah produksi film itu.  Sebagai sesama laki-laki tentunya Alvan sangat bisa menebak jika si sutradara itu naksir ke Danisha sebab beberapa kali Alvan menangkap kalau tatapannya sangat menunjukkan ketertarikan. Dan yang membuat Alvan kesal Danisha malah bilang kalau dirinya terlalu berlebihan, untung saja Danisha menolak untuk Pemeran utama sehingga melegakan suasana hati Alvan sedikit. Hanya sedikit!.

"Kusut amat muka Lo?" Sapa Rayyan, setelah mengantar Danisha ke rumahnya Alvan sengaja meminta Rayyan untuk menemaninya di salah satu kafe milik Inggrid. Ya akhirnya impian Inggrid untuk memiliki kafe dan restoran sudah terwujud berkat suaminya Rion.

"Calon pengantin nggak boleh galau-galau!" Kata Rion menambahkan sambil mendudukkan dirinya di samping Rayyan.

"Emangnya Lo galau kenapa Al?" Tanya Alex yang memang tadinya tengah meting bersama Rion jadi sekalian aja Rion mengajak Alex untuk ikut gabung.

"Galau in adek gue palingan!" Tebak Rayyan sambil tersenyum mengejek Alvan.

"Ada apa lagi sih?" Bentar lagi juga nikah!" Ucap Rion.

Kemudian Alvan menceritakan semuanya yang menjadi bahan pikirannya selama ini, mulai dari klien-kliennya sampai masalah tentang Danisha kemarin. Semua dia ceritakan dengan detail kepada sahabat-sahabatnya itu. Bahkan Alvan juga menceritakan tentang perdebatannya dengan Danisha tadi di mobil yang berakhir membuat Danisha mendiaminya.

"Kalau kata gue lebih baik kalian jangan ketemu dulu deh, biar Danisha bertanya-tanya terus  Danisha sendiri yang datang nemuin Lo!"kata Alex memberi saran yang langsung diprotes Alvan.

"Ada gue aja laki-laki di luaran sana masih berani ngelirik Danisha, apalagi kalau nggak ada gue?" Protes Alvan tidak setuju dengan Saran dari Alex.

"Resiko punya pacar Cantik emang gitu Al, Lo nggak tau aja gimana gue sama Inggrid sebelum menikah, saingan gue malah Pak Nino dosen gue sendiri, bukan nggak tau gue kalau pak Nino masih sering ngirimi pesan ke Inggrid padahal pernikahan gue sama Inggrid waktu itu tinggal dua hari lagi!" Curhat Rion mengingat bagaimana galaunya dia saat-saat menjelang pernikahannya.

"Gue lawan dosen sendiri takut skripsi gue nggak di ACC nantinya, dibiarin malah gue yang sakit hati bro!" Kata Rion lagi menambahkan.

"Terus gimana jadinya?" Tanya Alvan penasaran.

"Gue ngomong aja baik-baik sama Inggrid apa yang seharusnya gue omongin, beruntungnya gue kalau Inggrid itu pengertian banget, pemikirannya dewasa, dia sendiri yang langsung ngomong sama Pak Nino!" Jawab Rion.

"Adek gue itu terlalu polos, umur juga masih dua puluh, nggak usah berharap kalau Danisha peka Al!" Kata Rayyan yang memang ada benarnya juga.

"Dia juga baru pertama kali pacaran, terus Lo langsung ngajak nikah, banyakin sabar aja Al!" Ucap Rion menambahkan.

"Lama-lama bisa gila gue gara-gara adek Lo!" Gerutu Alvan seraya terkekeh pelan meninju bahu Rayyan.

"Tapi menurut gue Danisha benar juga Al kalau Lo itu berlebihan, oke mungkin saja Danisha tau kalau laki-laki si sutradara itu naksir dia, tapi dia tetap menjaga batas kan?" Danisha juga ingat sama statusnya kali!" Kata Alex sambil ngemilin kentang goreng di depannya.


"Gue setuju!" Lo terlalu cemburuan Al!" Ucap Rion menambahkan.

"Sama anak sekolahan aja Alvan cemburuan sampai nekat nyusulin Danisha ke sekolah, ingat nggak kalian waktu kita KKN dulu?" Ucap Rayyan tertawa  mengingatkan saat-saat pedekate Alvan ke Danisha.

"Kok malah bahas ke situ deh!" Alvan kesal jadinya tapi sahabat-sahabatnya itu  masih saja tertawa.

"Udah nggak usah mikirin yang nggak-nggak Lo, ntar gue yang nasehatin Danisha, gue tau adek gue gimana!" Kata Rayyan pada akhirnya sehingga membuat Alvan bisa bernafas lega.

Setelahnya ketiga pria-pria tampan itu sudah fokus menikmati makanan di depan mereka masing-masing setelah sesi curhat Alvan selesai.

Hari juga sudah mulai menjelang malam, Perlahan-lahan satu per satu diantara mereka sudah mulai meninggalkan kafe milik Inggrid. Tanpa kecuali Alvan, dia malah  langsung pulang ke Apartemennya bukan pulang ke rumahnya. Dia masih butuh menenangkan pikirannya.



Beberapa berkas yang harus dikerjakan sengaja Alvan bawa pulang untuk dia kerjakan malam ini,  di depannya laptopnya sudah menyala serta segelas kopi hitam sudah sejak tadi menemaninya bergelut dengan berkas -berkas itu.

Padahal malam sudah mulai larut tapi Alvan masih saja fokus pada laptopnya, sesekali dia menatap hamparan gedung-gedung pencakar langit dari Balkon Apartemennya hanya untuk merekatkan kedua matanya. Sampai pada sebuah notifikasi di ponselnya yang terletak di nakas dekat ranjangnya menyita perhatiannya.

Dirinya mengkerut saat melihat Siapa yang mengiriminya pesan selarut ini...

KKN (Kelar Kuliah Nikah )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang