Aku hanya bisa menunduk ketakutan, pria ini sungguh menyeramkan. Dia adalah pria yang kukenal baik, sangat baik. Aku bahkan sudah mengenalnya sejak kecil, tapi sekarang dia berubah menjadi sosok yang tak dapat kukenali lagi.
Dia berubah terlalu jauh, sorot mata yang dulu penuh kelembutan dan juga kasih sayang kini telah hilang. Taehyung-ku... Oh tidak, dia bukan milikku lagi. Karena Taehyung-ku telah pergi entah kemana.
Pria senja itu tak pernah menemani hari-hariku lagi dengan cintanya. Karena kini pemilik mata hazel itu berubah menjadi monster yang menakutkan.
"Katakan padaku dengan siapa kau pergi?" Tanyanya dengan penuh amarah, aku bisa melihat mukanya yang memerah dengan rahang yang mulai mengeras. "A-aku pergi dengan temanku." Jawabku gugup.
Dia menatapku sinis, lalu tangannya melempar vas bunga yang ada disampingnya. Brak, aku meringis melihat vas keramik yang cantik itu kini telah hancur berkeping-keping sama dengan perasaan dan juga hatiku.
"Pembohong! Kau jangan pernah membohongiku Nyonya Kim!" Bentaknya membuat tubuhku semakin bergetar ketakutan, aku tak mau menatap netranya yang begitu tajam. Lidahku terasa keluh dengan hatiku yang teriris perih.
"Pria itu siapa? Dia selingkuhanmu bukan? Sudah ku peringatkan berapa kali kalau kau jangan pernah berani berpaling dariku." Teriaknya lagi, aku melangkah mundur saat dia mulai berjalan mendekat sampai akhirnya aku terkurung dengan tubuhnya dan juga dinding sialan yang membuatku tak bisa kabur lagi.
Dia menangkup wajahku dan menekannya dengan keras, "Katakan siapa pria itu Kim Tzuyu!" Perintahnya tegas. Mataku berkaca-kaca saat menatap mata hazelnya, oh Taehyung aku merindukanmu yang dulu.
"Di-dia temanku..." Jawabku, "Jangan berani membohongiku!" Peringatnya. Air mataku menetes dengan perlahan, melihat itu tatapannya kembali melembut. Kedua tangannya menarik tubuhku untuk mendekapnya. Aku menangis dalam diam dalam hangatnya pelukan Taehyung. Kuhirup aroma tubuhnya yang pasti nanti akan kurindukan seumur hidupku.
Hubungan kami sudah tidak sehat, dia berubah terlalu jauh. "Xavier temanku, kami tidak sengaja bertemu. Aku tidak pernah selingkuh dengan pria manapun, kau tahu bukan kalau aku sangat mencintaimu. Tapi...."
"Tapi?" Dia mengernyitkan dahinya bingung, "Ku-kurasa ini sudah cukup Taehyung... Kau telah menyakitiku terlalu dalam... Aku ingin kita berpisah, sungguh aku tidak kuat lagi dengan keadaan ini."
Taehyung menggeleng tak terima, "Berpisah? Jangan bermimpi! Kau milikku! Hanya milikku!"
Jantungku berdebar kencang mendengar ucapannya, sorot matanya kembali membuat mentalku menciut. "Tapi hubungan kita sudah tidak sehat Taehyung! Apa salahku? Kau menyakitiku berkali-kali, kau selalu curiga dan tak pernah percaya padaku. Kau juga sering marah tanpa alasan yang tak jelas dengan semua tuduhanmu itu!"
Plakk, Taehyung menampar pipiku dengan keras sampai membuatku terhuyung jatuh. "Jangan pernah berteriak padaku dan jangan pernah sekalipun kau berfikir untuk berpisah dariku. Karena sampai kapanpun kau hanya milikku!" Dia menarik daguku lalu memaksa mataku untuk menatap mata hazelnya.
"Kau milikku!" Bisiknya lagi, lalu mengangkat tubuhku dan membawaku ke dalam kamar kami berdua. Dia melempar tubuhku begitu saja diatas ranjang, aku meringis menahan kesakitan disekujur tubuhku.
"Kau gila Tae... Kau sudah gila!" Teriakku marah, "Diam!" Balasnya sambil menendang meja kecil disebelah tempat tidur. "Ya, aku gila... Aku memang sudah gila dan semua ini karenamu..." Dia terduduk dilantai sambil menangis. "Aku takut kehilanganmu. Sungguh... Aku tak mau kehilanganmu lagi."
"Kau menyalahkanku saat kau sendiri yang membuatku pergi? Aku salah besar kalau menganggapmu telah berubah. Kau fikir aku tidak tahu hubunganmu dengan Jasmine? Kau fikir aku bodoh tak bisa mencium gelagat kalian berdua? Kau anggap apa aku ini Taehyung?" Jeritku frustasi, aku akan mengeluarkan semua bebanku malam ini. Sungguh aku ingin terbebas dari semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless
FanfictionKumpulan ff Taetzu dari para Taetzu ship. WARNING! "Semua cerita yang tanpa End, kami membiarkan pembaca bereksplorasi dengan pikirannya. Membebaskan tiap-tiap pembaca dengan pilihan akhir masing-masing."