"Minggir-minggir! Ada lemparan gas!" Suara teriakan itu membuat orang yang berkumpul langsung berlari sementara beberapa orang yang masih disana menutup mata. Diantara orang-orang yang terjebak itu ada gadis dengan almamater berwarna kuning. Dia tak sempat berlari ketika lemparan gas berada didekatnya.
Tzuyu menutup matanya mencoba menghalau rasa perih yang sebentar lagi akan diterimanya. Tapi, sebelum terjadi ia merasa ada benda yang menutup wajahnya. "Bahaya, sini!"
Tzuyu tak tahu siapa yang tadi berbicara, ia bahkan tak tahu tangan yang menariknya ini akan membawanya kemana. Ia hanya bisa pasrah membiarkan genggaman kuat yang terus membawanya menuju tempat yang tak terlalu ramai seperti sebelumnya.
"Udah aman." Benda yang tadi membuat penglihatannya terhalang mulai terangkat. Didepannya ada seorang lelaki dengan ekspresi serius. "Nggak apa kan? Hati-hati lain kali. Semakin depan, malah bahaya."
Tzuyu hanya bisa mengangguk. Bahkan ketika penolongnya itu pergi dari hadapannya dia hanya terdiam.
"Eh," Tzuyu mencoba berdiri dari posisi duduknya. Sekarang ia sudah ada mushola, mungkin ini adalah zona aman karna ia melihat sebagian demonstran berada disana. "Almamaternya.." Tzuyu menatap benda yang tadi menutupi wajahnya agar tak terkena gas air mata, ia menghela nafasnya. "Gimana mau di kembaliin?"
****
"Jadi, itu almamater hijau punya siapa?"
Sekarang Tzuyu sudah berada di kost-nya, setelah seharian melakukan aksi di depan gedung DPR ia merasa begitu kelelahan. Sama seperti teman-temannya yang lain, padahal mereka hanya berdiri tapi tetap saja terasa begitu lelah.
"Nggak tau." Tzuyu mengangkat bahunya, karna sejujurnya ia memang gak tau siapa pemilik almamater yang tadi melindunginya.
"Terus, kok bisa sama kamu?" Jeongyeon menggosok rambutnya, tadi ia habis keramas. Berdesak-desakkan di bawah sinar matahari membuat rambutnya terasa kering dan kulit kepalnya gatal.
"Ya itu.." Tzuyu menyahut dengan malas. Sana yang berada disampingnya justru terlihat semangat. "Ih, masa gak tau sih? Itu loh, Tzuyu tadi di tolongin sama mas-mas ganteng. Tangannya di genggam terus almet-nya dipakai untuk nutupin wajah Tzuyu. So sweet banget kan?"
"Bener?" Jeongyeon bertanya dengan wajah tak yakin. Sementara Mina cuma tersenyum, dia sudah mendengar cerita lengkapnya. "Ya udah, nanti kita bantuin cari deh. Kasihan kan, kalau ntar dia mau pakai almamaternya."
"Beneran?" Tzuyu mendekat ke arah Mina dengan tampang bahagia. Jeongyeon mendengus, "Yakin cuma mau ngembaliin? Bukannya mau ketemu yang punya?"
Tzuyu manyun, "Ih, aku mau bilang makasih aja kok."
"Emangnya tampang yang punya gimana sih?" Sana bertanya membuat Tzuyu tersenyum malu-malu. "Ganteng sih," Sahutnya membuat yang lain tertawa.
"Ini mah namanya salah arah demonya, bukan untuk urusan rakyat malah ke urusan hati."
"Ish! Nggak ya."
****
"Tzuyu, udah tidur belum?"
"Belum," Jawab Tzuyu sambil membuka pintu kamarnya. "Kenapa?" Tanyanya ke arah Sana yang kini sudah memakai piyama dan sudah siap untuk tidur.
"Kamu beneran mau ketemu sama pemilik almamaternya gak?"
"Ya maulah." Tzuyu menjawab cepat, "Kenapa sih?"
Sana menunjukan handphone-nya membuat Tzuyu kebingungan. "Apa?"
"Ish!" Dia mendekat ke arah Tzuyu dan menampilkan sebuah aplikasi di layar handphone miliknya. "Di twitter ada akun menfess khusus anak kuliahan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless
FanfictionKumpulan ff Taetzu dari para Taetzu ship. WARNING! "Semua cerita yang tanpa End, kami membiarkan pembaca bereksplorasi dengan pikirannya. Membebaskan tiap-tiap pembaca dengan pilihan akhir masing-masing."