Story By: NoorAziza307
Sudah hampir 2 jam lamanya Tzuyu mencoba untuk tidur tapi kedua matanya masih belum terpejam. Ponselnya sudah dia matikan, laptopnya pun juga. Lampu kamar sudah ia ganti ke lampu yang agak remang-remang.
Dia paling tidak bisa tidur dalam keadaan gelap gulita, harus ada cahaya meskipun hanya samar-samar saja. Tzuyu gelisah. Dia sudah mengganti posisi tidur, mulai dari miring ke kanan, ke kiri, telentang. Mencoba menghitung domba seperti yang ada di drama yang pernah dia tonton tapi masih saja nihil. Pikirannya sedang berkecamuk. Dia gelisah. 3 minggu lagi dia akan segera melepas masa lajangnya. Dia akan segera menikah dengan laki-laki yang dulu pernah menjadi seniornya di SMP. Laki-laki yang tak pernah dia sangka.
Padahal dulu mereka nyaris tak pernah dekat apalagi berbicara satu sama lain karena Tzuyu saat itu murid baru dan belum begitu mahir bahasa Korea jadi dia lebih memilih menarik diri dari pergaulan meskipun itu hanya bertahan selama beberapa bulan. Sejak dia duduk di bangku kelas 8, dia sudah mulai bergaul dan berubah menjadi perempuan yang penuh dengan percaya diri.
Tapi, sejak dia melakukan kesalahan dulu, dia sudah tak percaya diri lagi. Dia memilih bekerja menjadi seorang Penyiar Radio daripada mewujudkan cita-citanya menjadi seorang Anchor.
Tzuyu melirik ke arah ponselnya, menimbang-nimbang, memikirkan sejak tadi, apa dia perlu menghubungi calon suaminya. Akhirnya setelah melalui pergolakan batin yang cukup alot, Tzuyu mengambil ponsel kemudian mengaktifkannya.
Ketika nama calon suaminya itu muncul di layar, dia sempat kembali di hinggapi rasa ragu. Apa dia sudah tidur? Tzuyu menggelengkan kepalanya. Dia harus menghubungi calon suaminya dan mengatakan sebuah kejujuran yang jika tak dia katakan, dia tidak akan pernah hidup dengan tenang.
“Yoboseyo, ada apa Tzuyu-ah. Belum tidur?” Suara khas baritonnya membuyarkan lamunan Tzuyu. Dia tersadar kalau panggilannya sudah tersambung.
“Ng...o..oppa...kamu sudah tidur?”
“Belum. Aku baru selesai kerja. Kamu kenapa belum tidur? Tumben. Biasanya jam segini kamu sudah ada di alam mimpi. Kamu merindukanku ya? Hahaha.”
“Iya, aku sangat merindukanmu, oppa.”
“Tzuyu, hati-hati dengan ucapanmu. Kamu sedang tidak bercanda kan?”
“Lho kenapa? Kamu tidak suka aku bilang begitu ya.”
“Tidak. Karena rasanya aku ingin langsung terbang kesana, mendekapmu dengan sangat erat lalu mengecup puncak kepalamu.”
“Hahaha ya sudah, terbang saja kesini. Atau pinjam saja baling-baling bambunya Doraemon.”
“Sekalian saja pintu ajaibnya biar aku bisa menculikmu dan membawamu pergi.”
“Hhaaha....”
“Kenapa jam segini kamu nelepon, tidak biasanya. Ada masalah?”
Ada, oppa. Tapi aku bingung bagaimana mengatakannya padamu.
“Tzuyu, kamu masih di situ?”
“Ng...nde, oppa...”
“Katakan saja apa yang ingin kamu katakan. Bukankah kita sudah berjanji untuk tidak saling menyimpan rahasia satu sama lain.”
“Tapi masalahnya ini rahasia yang sangat besar dan aku sangsi apakah kamu masih akan tetap menikah denganku setelah aku mengatakannya.”
“Rahasia apa itu? Apa jangan-jangan kamu punya selingkuhan? Tapi aku tidak akan percaya karena kamu pasti akan bilang kalau selingkuhanmu itu Lee Minho, Kim Soo Hyun, Ji Chang Wook, Park Bogum, Park Seo Jun. Iya kan? Apa ada lagi?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless
FanfictionKumpulan ff Taetzu dari para Taetzu ship. WARNING! "Semua cerita yang tanpa End, kami membiarkan pembaca bereksplorasi dengan pikirannya. Membebaskan tiap-tiap pembaca dengan pilihan akhir masing-masing."