💙• Part 25

15.8K 955 65
                                    

Hidup lo tuh kayak langit cerah penuh pelangi. Nggak ada setitik pun awan mendung di sana. Kalaupun ada, paling hujan sebentar. Habis itu balik lagi cerah, seperti nggak pernah ada apa-apa. Hidup gue malah kebalikannya. Mendung melulu. Waktunya hujan berhenti, langit keburu gelap. Terus nggak lama, hujan lagi. Nggak berhenti-henti. Malah pakai badai segala.

Clara Oliviana Dreonvalle~

__________________________________________

Clara, Candra, Nadine, serta Laudea sedang duduk di kantin, mereka belum mau membeli makanan apapun dikarnakan banyak sekali murid-murid yang sedang memesan makanan, dan mereka tidak mau berdesak-desakan hanya karna ingin mengisi perut.

Yang ditungu-tunggu kini tiba, "An, udah gak banyak lagi tuh yang ngantri"

"Ohiya, yaudah sana Ly pesen. Gue jus alpukat"

"Samain semua aja biar gampang" ucap Nadine yang tak mau ribet.

"Ish, kok gue? Gue mager banget, tong" Candra beralasan.

"Gak usah banyak alesan. Gue sumpahin pendek mampus lo"

Candra mendelik kesal ke arah Ana, "Iya-iya. Siapa yang mau nemenin pesen?"

"Gue," Oh, ini bukan suara Clara, Nadine atau pun Laudea. Lalu ini suara siapa?

Candra menengok ke belakang, "Gavin?"

Gavin mengangguk, "Ayok, gue temenin. Gue yakin seribu persen temen-temen lo gak ada yang mau nemenin"

"Gak! Dea mau kok nemenin. Ya kan de?"

"Gak, gue baru males jalan" tolakan itu membuat mata Candra beralih pada Nadine, "Gue disini aja deh, nememin Ana" Nadine pun menolak ajakan itu. Dan dengan terpaksa Candra harus mengajak Gavin.

Jefan duduk di sebelah Ana, Ervan disebelah Nadine, dan Dalvin? Tentu saja ia duduk di samping Laudea.

"Ini Jefan ngapain lagi di samping gue? Nanti ketauan Vivi gimana? Bisa-bisa dia marah lagi sama gue"

Otak Clara berpikir untuk pergi dari kantin, "Gue ke toilet dulu, guys." Hanya itu alasan yang ada di pikirannya sekarang.

Ia sudah keluar dari kantin dan sekarang ia bingung mau kemana lagi. Akhir nya ia memutuskan untuk ke taman belakang sekolah yang katanya sepi karena banyak sekali rumor tentang adanya penampakan sebuah gadis yang meninggal di gudang samping taman itu. Tapi, karena Clara pemberani, ia bodo amat akan hal itu. Toh, dia biasanya bunuh orang gitu aja kok, apa masalah nya?

Kepalanya mendongak melihat langit biru. Yah, benar sekali Clara adalah salah satu orang penyuka langit biru.

Karena langit adalah candu ketika jenuh datang melanda. Membuat nya merasa ada yang mengerti keadaanya ketika dunia menatap nya berbeda.

Warna langit itu berpadu padan yang membuat ia sedap di pandang, serta adanya awan yang menambah kecantikan langit dan membawa ketenangan di setiap hembusan angin.

"Jangan lihat indahnya langit, tapi juga kesakitan tanah yang lo injak. Lihat ke bawah, masih banyak orang-orang yang lebih tidak beruntung dari Lo" suara itu membuat Clara reflek melihat ke arah sumber suara. Ia melihat Jefan berdiri disitu dan berjalan ke arah nya.

"Dia ngapain lagi si? Gak bosen kali ya nguntit gue terus."

"Lo ngapain di sini?" Jefan menaikan sebelah alis nya

"Lo gak nyuruh gue duduk?" Jefan malah balik bertanya kepada Clara.

"Huh, iya deh. Silahkan duduk"

Fake Nerd Girl  [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang