💙• Part 75

11.2K 670 97
                                    

Dalam sebuah persahabatan sering kali dihadapkan dengan beberapa cobaan, tetapi persahabatan sejati pasti bisa mengatasi cobaan itu bahkan bertumbuh bersama dan mempelajari setiap hikmah dalam cobaan itu

Rionard Steeven~

__________________________________________

Hari ini adalah hari Minggu. Clara dan Jefan sudah janjian untuk lari pagi di taman dekat mansion Clara.

Sebenarnya, itu adalah rencana Jefan agar gadisnya itu tidak terlalu memikirkan ketiga temannya yang sedang marah terhadapnya.

Lelaki itu tak mau bila Clara terus bersedih dan berakhir seperti semalam. Melihat Clara menangis saja hatinya sesak, bagaimana bila ada kejadian yang tidak diinginkan?

Tingg.... tung....

Jefan telah sampai di mansion Clara, "Ehh den Jefan udah dateng" sambut Bi Inah. "Jadi ya joging nya?"

"Jadi kok, Bi" balas Jefan.

"Tapi non Ana belum bangun. Tadi udah bibi bangunin cuman kata non Ana gak jadi,"

"Ohh, kalo gitu biar Jefan aja yang bangunin dia"

"Yaudah, kalo gitu bi Inah tinggal dulu" Jefan mengangguk.

Setelah menaiki tangga dan sampai di kamar Clara yang serba hitam putih, matanya langsung tertuju pada gadis yang tertidur diatas kasur.

Ia melihat setiap inci wajah gadisnya itu, namun mengapa matanya seperti membengkak? Apakah semalam gadisnya itu menangis lagi?

"Clar, bangun. Ayok joging"

Clara membuka matanya perlahan menyesuaikan pencahayaan, "Eghhh, mau ngapain?"

"Joging babe ku sayang" seraya mengusap kepala Clara sayang.

"Engga ah, gue ngantuk" gadis itu kembali menutup matanya.

"Eittss bangun, babe. Tidur nya besok lagi," kata Jefan dengan menyibakkan selimut hitam yang dikenakan Clara. "Ayok ah buru, gue udah rapi begini masa cewek nya masih tiduran kek kebo gitu,"

"Ehh, apa lo bilang?"

"Kebo, kenapa?"

"Enak aja, cantik-cantik gini dibilang kebo"

"Iya, makanya kalo mau cantik buru gih mandi"

"Ntar Je-"

"Oke, pilih mandi sendiri apa gue mandiin?" seringai Jefan.

Clara menggeleng menolak, "Gak, gak usah macem-macem ya, gue bisa mandi sendiri. Tangan gue masih lengkap, jadi gak perlu dimandiin"

"Nah itu paham, sekarang mandi sebelum gue yang mandiin elo, babe"

"Ahhh iya-iya," mau tak mau Clara harus mengikuti ucapan Jefan dari pada harus dimandikan.

Grepp

Jefan menahan Clara, "Cik, apaan lagi sih?"

"Habis nangis lagi, hmm?" tanya Jefan,

"E-engga kok, siapa yang nangis?"

"Itu mata lo bengkak"

"G-gue kalo bangun tidur emang kek gini, Jef"

"Beneran?"

"He'em, udah ah gue mau mandi" Clara mengambil handuk putih yang tergantung di lemarinya. "Lo jangan lupa keluar!"

"Huhh, Clara-Clara, gue bingung sama lo. Kenapa elo itu gak mau jujur sama gue sih?" gumam Jefan menatap punggung Clara.

Fake Nerd Girl  [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang