💛• Part 37

14K 949 82
                                    

Makanya, jangan berharap sama fakboy.
Sakit kan?
Bego sih

Laudea Vella Borealis~

__________________________________________

Langit yang awalnya terang kini sudah menjadi gelap. Bintang dan bulan ikut bermunculan satu-persatu. Langit begitu cantik malam ini.

Seorang gadis sedang berada di balkon merenungkan segala nasib nya. Bagi gadis itu, nasib nya sangat-sangat lah menyedihkan. Tak ada satupun orang yang bisa ia ajak berdiskusi mengenai cara mengubah nasibnya itu. Hanya Tuhan saja yang mengetahui itu.

Selalu merasa sendiri, selalu tersingkirkan, itu lah dia. Banyak yang bisa berpendapat jika menjadi gadis itu hidup nya pasti akan senang. Bagaimana tidak senang? Ia kaya, cantik, banyak lelaki yang mengaguminya.

Tapi, itu semua hanya ekspetasi dan bukan realita. Jika bisa memilih, gadi itu akan memilih hidup kurang mampu namun bahagia. Dibanding harus kaya namun sedikitpun ia tak memetik rasa bahagia itu.

Perilakunya, sikapnya, sifatnya saat ini adalah dinding bagi gadis itu. Dinding yang dibuat agar tak ada satupun orang yang tau tentang apa yang sebenarnya terjadi. Ia selalu berkata kepada dirinya sendiri untuk selalu tersenyum bagaimanapun keadaanya.

Didunia ini tak hanya dia yang mempunyai masalah. Semua orang itu sudah pasti mempunyai masalah yang berbeda-beda. Masalah itu hanyalah ujian bagi manusia. Tuhan tak akan memberi masalah melebihi kekuatan manusia itu.

Tuhan memberikan cobaan bukan semata-mata karna Dia tak sayang. Tuhan sangat sayang kepada seluruh umatnya, tak ada yang Tuhan beda-bedakan. Baik putih, hitam, cantik, jelek, miskin, kaya.

Gadis itu menarik nafas dalam-dalam. Merasakan hembusan angin yang menyapa kulit mulus nya. Inilah suasana yang sangat ia tunggu. Sepi, sunyi, dan hening.

Kemudian, terdengarlah suara deringan ponsel di kamarnya. Gadis itupun masuk dan mengambil ponselnya.

Nomer hp yang tak dikenal sedang meneleponnya. Sekali, dua kali orang itu menelepon tetapi tetap tidak ia angkat. Namun, akibat terganggu dengan suara deringan itu, dengan terpaksa ia mengangkatnya.

"Halo?"

"...."

"Nga--"

Tuttt tutt

"Ish, siapasih gaje banget. Nelponnya bolak-balik tapi ngomongnya gak ada sedetik" gerutu Clara sambil turun untuk melihat siapa yang malam-malam begini datang ke mansion itu.

"Lah? Jefan?"

Yah! Orang itu adalah Jefan. Orang yang dingin tetapi penuh kehangatan didalamnya. "Lama banget sih lo bukanya? Mana gue telpon gak diangkat"

Clara memasang senyum tak berdosa, "Ya maap. Lagian kan nomer nya gak ada nama, yah jadilah gak gue jawab. Emang yang kasih nomer gue siapa?"

"Lya."

"Oh, terus lo ngapa kemari? Kangen?"

"Gak. Gue cuman mau kasih ini" Jefan menyodorkan rantang bermotif bunga-bunga kepada Clara, "Dari nyokap"

Mata Clara seketika berbinar, "Tante Berliana? Ahh seneng banget gue bisa nyicip makanan nya lagi." Ia membuka rantang itu, "Huwaa ini enak banget sumpah. Mana kesukaan gue lagi"

"Lo suka rendang?"

"Banget. Rasanya tuh, UH MWANTEP WARBINASAH"

"Alay lo kebangetan"

Fake Nerd Girl  [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang