💛• Part 48

12.2K 815 44
                                    

Gue gak tau lo masih cinta atau enggak sama gue. Gue juga gak tau apa isi hati lo saat ini. Yang gue tau, gue hanya cinta elo. Dan hanya elo!

Ervan Arthalanta Raatone~

__________________________________________

Setelah mendengar kabar itu, gue langsung bergegas turun menemui kedua orang tua gue.

"Mom? Dad? Where are you?" Panggil gue untuk kesukian kalinya. Namun, tak ada yang menyahutinya.

Lalu, gue memutuskan untuk pergi dengan sopir pribadi. "Pak Dodi, anterin saya ke CafeNa"

"Loh, kok malem-malem gini, Non?" tanya pak Dodi sebagai sopir gue.

"CafeNa kebakar, Pak"

Ia terkejut, "Lah? Kok bisa? Yaudah ayok Bapak anterin sekarang juga"

Langsung gue masuk ke mobil. "Pak, Daddy sama Mommy kemana?" tanya gue yang sedari tadi gak lihat Daddy dan Mommy.

"Tuan sama Nyonya sedang ke Paris, Non" gue mengangguk sebagai jawaban.

Sekarang, gue udah pasrah sama cafe itu. Mau ludes kebakar kek, mau hilang ditelan bumi kek, terserah!! Gue udah gak peduli.

Karna apa? Disitu terlalu banyak kenangan gue bersama orang yang sangat gue harapkan. Tapi sekarang, orang itu gak mengharapkan gue. Terus untuk apa lagi gue menyimpan kenangan itu? Toh juga buat gue sakit hati kan?

Hari ini benar-benar membuat kue frustrasi dari sahabat cewek gue marah hanya karena masalah yang sama sekali gak gue lakuin ke cowoknya, Ervan yang marah hanya karena ucapan gue yang ketus itu dan sekarang Cafe gue kebakar.

Apa dosa gue hari ini sampai-sampai gue apes gak karuan kayak gini.

Rasanya mau nangis gue sekarang!!

Tak lama kemudian, mobil gue udah sampai di CafeNa. Gue bingung, gue sama sekali gak lihat orang yang berkumpul untuk memadamkan api itu. Bahkan gue gak liat ada api di Cafe gue. Lalu, kenapa orang tadi bilangnya Cafe gue kebakar? Apa yang dimaksud di dalamnya?

Gue memutuskan untuk masuk ke Cafe yang berbatas namakan gue. Gue masukkan kunci nya ke dalam lubang pintu dan terbukalah Cafe itu.

Kenapa semua ruangannya gelap? Padahal semua pegawai gue udah gue bilangin untuk ngidupin lampunya setiap kali selesai bekerja. Tapi, ini kenapa kaga dimatiin?

Niatnya, gue masuk ke dalam kafe itu guna untuk menghidupkan lampu nya, namun ada yang membuat gue tertarik. Lurus di depan mata gue setitik cahaya.

Karena rasa keingint ahuan gue, gue memutuskan untuk mendekati cahaya itu. Saat gue mendekat kepada cahaya itu, tiba-tiba saja Ada lilin yang hidup dari arah belakang.

"Ini apa lagi sih?"

Tetap saja gue berjalan menuju cahaya itu. Lebih dekat gue kepada titik cahaya itu, ternyata ada beberapa orang yang membawa biola dan memainkannya sangat sangat merdu.

Sesampai nya gue disitu, tenyata itu bukan ahnya setitik cahaya saja. Melainkan ada orang yang membawa cahaya itu. "Siapa?" tanya tetapi tidak dijawab oleh orang itu.

Dengan penuh keberanian gue pegang pundaknya, "Ada apa ya?" orang itu menoleh.

Betapa terkejutnya gue, orang itu adalah orang yang tadi gue ceritain. Orang yang gue harapkan tetapi dia udah enggak ngarepin gue. Yap dia Ervan!

Dia langsung meraih tangan gue dan mengajak gue duduk di meja yang berbalut kain biru itu. Gue hanya mengikutinya. dan Ervan menarik kursi untuk kue duduk.

Fake Nerd Girl  [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang