Fatimah-Ima, gadis berusia 25 tahun merupakan seorang yatim piyatu. Ia diasuh oleh pamannya sejak orang tuanya meninggal. Ia merupakan seorang ustadzah yang mengajar di pondok pesantren milik pamannya.
Selain mengajar, Ima pun sering memenuhi undangan untuk berdakwah.
“Ima, kamu kan sudah cukup umur. Apa kamu siap untuk menikah?” tanya Ustadz Umar yang merupakan paman dari Ima.
Ima yang sedang bersiap untuk pergi berdakwah pun tersenyum. “Jodoh itu kan ada di tangan Allah, Pak De. InsyaaAllah kalau sudah ada jodohnya, Ima akan menikah,” jawabnya.
Umar pun tersenyum sambil geleng-geleng kepala. Ima memang selalu bisa menjawab pertanyaannya hingga ia sulit berkata-kata.
“Kalau misalnya ada pria yang datang melamar, berarti kamu siap untuk menerimanya?” tanya Umar.
Ima yang baru saja selesai mengenakan sepatu pun menoleh ke arah Habib. “InsyaaAllah jika memang pria itu soleh. Ima akan merimanya,” jawab gadis itu, yakin.
“Alhamdulillah,” ucap Umar. Ia senang karena gadis itu sudah bersedia untuk menikah.
“Kalau begitu aku pergi dulu ya, Pak De. Assalamu alaikum,” ucap Ima sambil mencium tangan pamannya itu.
“Waalaikum salam. Hati-hati!” sahut Umar.
Ima pun pergi meninggalkan rumah Ustadz Umar menggunakan mobil yang ia miliki.
Kariernya sebagai ustadzah cukup sukses. Ia sering mendapat panggilan di berbagai acara. Sehingga Ima bisa memiliki mobil seperti itu. Meskipun mobilnya tidak terlalu mewah, setidaknya itu cukup bermanfaat bagi Ima yang memiliki mobilitas tinggi.
Saat sedang di jalan, Ima dihubungi oleh panitia acara yang sudah menunggunya.
Kring-kring!
Ima menerima panggilan dengan menyalakan tombol loudspeaker agar tidak mengganggu perjalanannya.
“Assalamualaikum,” ucap Ima.
“Waalaikum salam. Ustadzah, sudah sampai di mana?” tanya panitia.
“Ini lagi di jalan. Sebentar lagi sampe, kok. Ada apa?” Ima balik bertanya.
“Tidak apa-apa. Saya hanya ingin memastikan. Syukurlah kalau sudah mau sampai. Hati-hati ya, Ustadzah. Kami tunggu kehadirannya di sini.”
“Baik, terima kasih. Wassalamu alaikum,” jawab Ima.
“Waalaikum salam.
Telepon terputus.
Ima melihat jam tangannya. “Masih ada waktu,” gumam Ima. Namun ia mempercepat laju kendaraan yang ia kemudikan.
Acara yang akan Ima hadiri kali ini adalah acara maulid yang diadakan di sebuah perusahaan.
Saat ini kondisi di perusahaan tersebut cukup sibuk. Sebab mereka akan kedatangan tamu penting yang merupakan anak dari pemilik perusahaan tersebut.
Pria itu bernama Nicholas Melvin Alexander. Ia sudah lama tinggal di luar negeri. Baru kali ini dirinya pulang ke Indonesia. Itu pun terpaksa karena tuntutan orang tuanya.
Ia adalah seorang mafia kelas kakap yang cukup sukses di luar negeri. Namun orang tuanya tidak mengetahui akan hal itu.
Ia biasa disapa dengan panggilan ‘Max’ oleh anak buahnya. Sedangkan orang tuanya memanggilnya dengan sebutan ‘Nick’.
Beberapa saat kemudian, Nick sudah tiba di tempat acara. Ia pun disambut dengan begitu hangat. Sebab kehadirannya sudah dinantikan sejak lama.
“Nick! Akhirnya kamu pulang juga. Mami pikir kamu tidak akan pernah pulang ke Indonesia, Sayang,” ucap mami Nick sambil memeluknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ustadzah Dinikahi Mafia Tampan
RomanceIma dilamar oleh seorang Mafia yang pura-pura mencintainya hanya karena gadis itu mengetahui rahasianya. Sang Mafia bernama Nick itu tidak ingin rahasianya terbongkar. Sehingga ia terpaksa menikahi Ima agar bisa membungkam mulutnya. Padahal selama...