53. Mengendap ke Kamar Ima

25.1K 1.5K 50
                                    

Malam ini Ima dan Nick tidur terpisah. Namun mereka sama-sama gelisah dan tidak bisa tidur karena sudah terbiasa tidur berdua.

Ima sendiri bingung. Ia sangat ingin menghukum Nick dengan pisah kamar seperti itu. Namun hatinya justru keberatan. Ia sangat ingin tidur sambil dipeluk dan dielus-elus oleh suaminya tersebut.

Pun dengan Nick. Ia memang tidak ingin jauh dari Ima. Rasanya begitu berat jika harus tidur terpisah seperti itu. "Ya Tuhan, sampai kapan aku harus begini? Aku tidak sanggup jika terlalu lama seperti ini," gumam Nick.

Ia terus mondar mandir di kamarnya. Berharap Ima sudah terlelap dan Nick akan mengendap masuk ke kamar mereka.

"Kalau dia sudah tidur, aku akan tidur di sampingnya. Besok pagi, sebelum dia bangun, aku akan pindah secara diam-diam. Oke, begitu saja," gumam Nick.

Ia berusaha agar bisa tetap tidur di samping Ima. Nick tak peduli meski Ima melarangnya. "Dari pada aku tidak bisa tidur. Lebih baik aku melanggar perjanjian," ucap Nick.

Sekitar pukul 10 malam, Nick pergi ke kamar mereka. Ia ingin mengecek Ima sudah tidur atau belum.

Ceklek!

"Sayang, kamu udah tidur?" tanya Nick.

Ima tidak menjawabnya. Sebenarnya ia belum tidur. Namun Ima pura-pura terlelap. Sebab ia tidak ingin Nick tahu bahwa dirinya sedang gelisah karena pisah kamar.

Tidak mendapat respon dari Ima, Nick pun mengendap masuk. Sebelumnya ia menutup pintunya lebih dulu.

"Sayang," panggilnya secara perlahan. Ia khawatir Ima bangun, tetapi Nick masih ingin memastikan agar istrinya itu tidak marah.

'Sepertinya dia sudah terlelap,' batin Nick.

'Mau apa dia ke sini?' batin Ima. Ia dapat merasakan Nick naik ke tempat tidur.

"Maaf ya, Sayang. Aku gak bisa tidur kalau gak meluk kamu," ucap Nick, pelan. Setelah itu ia berbaring di samping Ima dan memeluknya dari balakang.

Deg!

Ia terkejut dan tidak menyangka bahwa Nick akan nekat. Satu sisi Ima sangat ingin protes. Namun di sisi lain hatinya begitu nyaman. Berat rasanya jika harus mengusir Nick. Sehingga Ima pura-pura tidak sadar bahwa Nick sedang memeluknya.

"Maafkan aku, Sayang. Aku memang lelaki berengsek yang tidak pantas untuk wanita sempurna seperti kamu. Tapi aku akan berusaha untuk memantaskan diri. Kamu harus percaya bahwa hanya kamu yang ada di hati aku," bisik Nick.

Hati Ima terenyuh mendengar ucapan Nick. Ia jadi yakin bahwa Nick memang tidak bersalah sepenuhnya. Namun tetap saja, ia kecewa karena harus melihat apa yang seharusnya tidak dilihat.

Ima sangat ingin memeluk suaminya itu. Ia tahu saat ini suaminya sedang bersedih karena masalah yang mereka hadapi. Sebab suaranya terdengar lirih.

Akhirnya Ima yang tidak tahan pun balik badan.

Set!

Nick sangat terkejut saat istrinya balik badan. Ia pikir Ima akan marah dan mengusirnya. Namun Ima malah memeluknya dan terlihat begitu nyaman.

'Ya Allah, belum ada sehari, tapi rasanya udah kangen banget. Kalau begini caranya, mana bisa aku pisah jauh dari dia,' batin Ima. Ia menelusupkan wajahnya ke dada Nick dan menghirup aroma tubuh suaminya itu.

"S-sayang," ucap Nick, gugup. Ia ingin menjelaskan mengapa dirinya berada di kamar itu. Namun lidahnya terasa begitu kelu. Bahkan Ima dapat mendengar debaran jantung Nick yang berdetak kencang itu.

Akan tetapi, setelah beberapa detik kemudian Nick sadar. Ima tak meresponnya, sehingga ia pikir Ima masih terlelap.

'Huuh! Untunglah,' batin Nick, sambil mengembuskan napas.

Ia lega karena ternyata Ima belum bangun. Akhirnya dengan ragu Nick memeluk Ima. Ia pun merasa nyaman dan tentram. Beberapa menit kemudian, mereka berdua terlelap.

Keesokan harinya, Nick yang berniat bangun lebih dulu itu ternyata kalah cepat dari Ima. Ia terlalu nyaman sehingga tidurnya sangat nyenyak.

Ketika membuka mata, Ima melihat suaminya masih terbaring di sebelahnya. Ia pun membiarkan Nick tetap tidur, kemudian dirinya turun untuk mandi.

Setelah Ima selesai mandi, Nick masih terlelap. Ia pun shalat subuh lebih dulu, hingga akhirnya Nick terbangun tepat saat Ima baru selesai shalat subuh.

Nick mengerejapkan mata. Awalnya ia masih santai kala nyawanya belum terkumpul.

"Assalamualaikum warahmatullah," ucap Ima saat selesai shalat, ia pun menoleh ke arah Nick.

Deg!

Nick sangat terkejut saat melihat Ima sudah bangun.

'Ya ampun, aku ketiduran. Waduh, gimana ini? Dia pasti marah karena aku melanggar janji,' batin Nick. Ia mematung kaku karena bingung harus berbuat apa.

'Lebih baik aku minta maaf aja,' gumamnya. Nick pun turun dari tempat tidur dan menghampiri istrinya yang masih duduk, berdoa di atas sajadah itu.

Nick duduk sambil menghadap ke arah Ima. Ia menunggu istrinya itu selesai berdoa. Seperti anak kecil yang hendak melakukan pengakuan dosa pada orang tuanya.

Saat Ima sudah selesai berdoa, Nick pun langsung bicara. "Sayang, semalam aku ...." Nick bingung hendak mengatakan apa.

"Sudahlah, Mas. Lebih baik kamu mandi dan shalat subuh!" jawab Ima. Ia pun bangkit dan membereskan alat shalatnya itu.

"Kamu gak marah?" tanya Nick. Ia masih bingung akan sikap istrinya tersebut. Dibilang tidak marah, tetapi masih dingin. Dibilang marah, tetapi tidak ada reaksi seperti orang marah.

Ima yang sedang menaruh sajadah dan mukenanya pun menghentikan gerakan sejenak. Kemudian ia melanjutkannya dan menoleh ke arah Nick.

"Kalau tau aku akan marah, kenapa kamu masih nekat?" skak Ima.

Nick pun tercekat. "Maaf, aku gak bisa tidur kalau pisah kamar. Makanya pindah ke sini. Aku tau itu salah, tapi mohon jangan marah! Lebih baik kamu pukul atau hajar aku, dari pada harus pisah kamar," pinta Nick sambil berlutut di hadapan Ima.

Ima menghela napas. Kemudian ia mendekat ke arah suaminya dan membantu Nick untuk bangun. "Mas gak perlu melakukan hal itu. Apalagi aku ini istri kamu. Gak pantes suami berlutut di hadapan istrinya," ucap Ima. Ekspresinya terlihat masih datar.

Nick senang karena sikap Ima cukup baik padanya. "Terima kasih, Sayang. Jadi mulai sekarang apa aku boleh tidur di sini?" tanya Nick.

Set!

Ima langsung mendelik ke arah Nick.

"Oh iya, maaf. Aku udah keterlaluan. Aku gak akan maksa kamu, Sayang. Kalau begitu aku mau mandi dulu," ucap Nick, gugup. Melihat Ima seperti itu, Nick jadi salah tingkah.

Ia pun melangkah ke arah kamar mandi.

Saat Nick baru melangkahkan kakinya, tiba-tiba Ima bersuara. "Boleh," ucapnya.

***

Maaf ya, kemarin-kemarin aku sibuk ngurusin PO buku cetak DPG, jadi gak sempat update.

See u,

JM.

Ustadzah Dinikahi Mafia TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang