29. Jam Pasir

28.6K 1.4K 28
                                    

Saat ini Ima dan Nick sedang berbincang. Mereka baru saja selesai bercinta karena ulah Nick yang sudah terpancing oleh Amber tadi membuat Ima terbangun.

"Mas kenapa tadi gak bangunin aku dulu?" tanya Ima sambil bersandar di pelukan suaminya.

"Aku gak tega bangunin kamu, Sayang. Kamu kan lagi tidur nyenyak. Takut ganggu," jawab Nick.

Ima terkekeh. "Emang kalau langsung nyerang kayak tadi, gak ganggu?" ledek Ima sambil tersenyum.

"Ya ganggu juga, sih. Tapi setidaknya kalau kayak tadi, kamu langsung bersemangat pas bangun karena sudah terangsang," jawab Nick. Ia pun tersenyum karena merasa dirinya sangat konyol.

"Dasar! Tapi kok bisa sih, kamu pulang kerja kan pasti capek. Kenapa malah pingin begitu? Atau jangan-jangan di tempat kerja tadi lihat cewek seksi, ya?" canda Ima.

Nick tercekat. Tebakkan istrinya itu memang benar. Ia jadi merasa Ima seolah memiliki indra keenam. "Ah, kamu bisa aja! Aku tuh emang begitu. Kalau lagi capek, harus dilampiaskan biar capeknya hilang," jawab Nick, santai.

Set!

Ima langsung memicingkan matanya ke arah Nick. "Emang gitu? Berarti sebelum nikah, kamu begitu juga?" tanya Ima. Wajahnya yang tadi tersenyum pun terlihat begitu serius.

"Eh, bukan begitu. Kalau belum nikah dulu, aku melampiaskannya dengan olah raga, Sayang. Sekarang kan udah punya istri. Masa harus olah raga sendirian? Lagian kan udah terbukti semalam, habis lelah kerja, kamu yang bisa bikin aku rileks," jelas Nick, panik.

"Hihihi, santai aja kali, Mas! Gak usah panik gitu. Aku juga cuma bercanda, kok," ucap Ima. Ia percaya pada suaminya itu.

'Huuh! Hampir saja,' batin Nick.

"Mas!" panggil Ima.

"Iya, Sayang?" tanya Nick sambil menatap istrinya.

"Terima kasih, ya," ucap Ima sambil tersenyum. Matanya memperlihatkan pancaran kebahagiaan.

"Untuk?" Nick mengerutkan keningnya.

"Untuk cinta yang udah kamu kasih ke aku. Terima kasih karena tadi kamu ngungkapinnya juga romantis banget," jawab Ima, jujur.

Tadi Nick mengungkapkan cintanya pada Ima saat mereka sedang bercinya. Sehingga itu sangat berkesan bagi mereka, sebab Ima pun membalas ungkapan cinta suaminya tersebut.

Nick tersenyum. Kini ia sudah tidak ragu mengakui perasaannya. Apalagi ia memiliki saingan berat. Sehingga Nick tidak ingin menahan diri. Ia takut menyesal di kemudian hari.

Masalah Amber, akan ia pikirkan nanti. Yang pasti Nick akan memulangkan Amber ke negaranya secara baik-baik. Sebab ia masih menghargai mendiang sahabatnya yang merupakan kakak Amber tersebut.

"Terima kasih juga karena kamu udah mau jadi istri aku," jawab Nick. Kemudian ia mengecup Ima.

"Aku bersyukur, Mas. Bisa punya suami sebaik kamu. Apalagi kamu soleh dan rajin ibadah. Jadinya aku gak nyesel meski kita menikah dalam kondisi yang belum terlalu mengenal satu sama lain," ucap Ima.

Gluk!

Nick menelan salivanya. Setiap ucapan Ima seolah menjadi tamparan baginya. Ia malu karena dirinya jauh dari apa yang Ima katakan. Soleh? Tentu saja ia tidak soleh. Baik? Mungkin Nick hanya baik pada Ima. Sedangkan pada orang lain, ia tidak peduli. Apalagi ibadah. Ia hanya melakukannya di hadapan Ima.

"Aku yang paling bersyukur karena bisa mendapat istri sebaik kamu, Sayang. Tapi sebenarnya kamu melampaui ekspetasi aku," ucap Nick, jujur.

"Apa, tuh?" tanya Ima.

"Kamu itu cantik, aku sudah tahu sejak awal. Tapi, setelah menikah aku baru tahu kalau ...." Nick tidak melanjutkan ucapannya. Ia khawatir Ima akan tersinggung.

"Kalau apa?" Ima jadi penasaran.

"Tapi kamu jangan marah, ya?" pinta Nick.

"Apa?"

"Kalau ternyata badan kamu seksi banget, kayak jam pasir. Jadi aku 'semangat' terus kalau ada di deket kamu," bisik Nick, genit.

"Iih, Mas nakal banget, deh!" keluh Ima sambil mencubit dada suaminya. Saat sedang bersama Nick, Ima seolah lupa bahwa dirinya adalah ustadzah. Ia jadi manja dan genit.

"Emang gak boleh ya, nakal sama istri sendiri?" tanya Nick sambil menggenggam tangan Ima.

"Ya bolehlah. Yang gak boleh itu kalau genitnya ke cewek lain. Itu baru dosa. Haram!" ucap Ima sambil menatap tajam suaminya.

"Enggaklah! Mana mungkin aku godain cewek lain? Istriku aja udah perfect begini," sahut Nick, gelagapan.

"Alhamdulillah," ucap Ima, sambil memeluk Nick.

"Tapi aku mau tanya satu hal," ucap Nick.

"Apa, Mas?"

"Kenapa sih pakaian kamu sangat tertutup?" tanya Nick lagi.

"Kalau terbuka, namanya diobral, dong?" sahut Ima sambil bercanda.

"Lho, aku serius nanya."

"Aku juga serius jawabnya. Sekarang kamu kalau beli barang di toko, mau milih yang kemasannya tertutup rapat atau yang sudah terbuka?" Ima balik bertanya.

"Yang rapatlah."

"Nah! Itu tau. Sama dong. Tubuh wanita juga berharga, makanya ditutup rapat," ujar Ima.

"Oke. Kan di luar sana banyak wanita yang pakaiannya tertutup, tapi bentuk atau lekuk tubuhnya masih terlihat. Kenapa kamu gak begitu?" tanya Nick lagi.

Ima tersenyum. "Mas mau aku pakai pakaian seperti itu? Terus pas keluar rumah nanti, pria lain bergairah karena melihat badanku yang seksi ini. Belum lagi ada yang godain aku karena tertarik sama bentuk badan aku. Gitu?" tanya Ima.

"Lho, jangan!" ucap Nick, cepat. Ia tidak rela jika kemolekkan tubuh istrinya dinikmati oleh pria lain. Meski hanya sebatas memandangnya.

"Terus kenapa kamu nanya kayak gitu?" tanya Ima lagi.

"Ya, gak apa-apa. Maksud aku waktu belum nikah dulu, lho. Kalau sekarang jelas aku gak akan ngizinin," ucap Nick.

Ia yang dulu benci wanita berhijab. Kini justru ingin istrinya mengenakan pakaian tertutup dan longgar.

"Karena tubuhku hanya untuk suamiku. Sudah atau belum menikah sama saja. Sebab, dalam islam memang seperti itu. Tubuh wanita hanya untuk suaminya. Karena Islam begitu menjunjung tinggi harga diri wanita," jelas Ima.

"Wah ... aku jadi merasa spesial," ucap Nick, bangga.

"Iya, dong. Bukan cuma spesial, tapi istimewa, hehe," jawab Ima, sambil bercanda.

"Ya udah, kalau begitu kita istirahat, yuk!" ajak Nick.

"He'em."

"Terima kasih, ya. Kamu sudah menjaga semuanya cuma untuk aku," ucap Nick. Jantungnya berdebar-debar karena terlalu bahagia.

Di tempat lain, ada Amber yang masih uring-uringan. Ia kesal karena Nick selalu menghindarinya.

"Aku yakin dia memang sedang menghindariku. Oke, jangan harap aku akan tinggal diam!" gumam Amber, dengan berapi-api.

Ustadzah Dinikahi Mafia TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang