81. Datang ke Rumah Haris

14.8K 1.2K 57
                                    

Pras terkesiap. Ia tak menyangka Jamal mengetahui niat busuknya. Bahkan wajahnya terlihat pucat karena ia sangat takut Jamal akan memecatnya.

Jamal sendiri berani melakukan hal itu karena ia sedang merasa tidak enak hati apda Haris. Sehingga siapa pun yang berusaha mengusik Nick akan dia tegur. Terutama Pras yang selalu berusaha menjatuhkan Nick secara terang-terangan.

"M-maaf, Pak. Saya tidak berniat seperti itu," ucap Pras, gugup.

Jamal menyunggingkan sebelah ujung bibirnya. "Lalu apa niat Anda selama ini selalu mencari kesalahan Pak Nick?" skak Jamal.

Pras tidak dapat berkata-kata.

"Jika ingin mencapai sesuatu, berusahalah sendiri! Tunjukkan kemampuan bahwa Anda bisa. Jangan berusaha memanjat dengan cara menjatuhkan orang lain. Kalaupun dengan cara itu Anda bisa naik, tapi percayalah itu tidak akan bertahan lama!" nasihat Jamal.

Jamal tidak berniat memecat Pras. Bagaimana pun kinerja pria itu cukup baik meski tak sebaik Nick. Sehingga ia berusaha menasihatinya agar pikiran Pras lebih terbuka.

"Bukan tanpa alasan saya menjadikan Pak Nick sebagai GM. Sebelumnya saya sudah mencari tahu tentang beliau dan menurut saya beliau memang kompeten. Terbukti kan, ternyata beliau adalah seorang pengusaha. Pantas saja visi misinya jelas. Kinerjanya pun sangat baik."

"Ingat! Hukum tabur tuai masih berlaku. Jangan sampai Anda menyesal hanya karena sebuah kesalahan kecil. Akibatnya bisa fatal," ucap Jamal sambil menepuk bahu Pras. Kemudian ia berlalu begitu saja.

Gluk!

Rasanya napas Pras seolah terhenti. Ia sangat malu sekaligus gelisah. Ia pun bingung bagaimana menghadapi Nick nanti.

Beberapa jam kemudian mereka sudah tiba di kantor. Nick yang menggunakan motor itu tiba lebih dulu. Ia pun sudah berada di ruangannya.

Sejak tadi Pras gelisah bagaimana caranya memperbaiki hubungan dengan Nick. Ia bingung ingin mulai dari mana. Jika dirinya pura-pura tidak memiliki kesalahan, Pras takut Nick berbalik menjatuhkannya. Padahal Nick bukan orang seperti itu.

"Baiklah, aku coba saja," gumam Pras. Akhirnya ia memberanikan diri untuk datang ke ruangan Nick. Ia ingin minta maaf atas apa yang telah dilakukan olehnya selama ini.

Saat Pras hendak mengetuk pintu ruangan Nick, tiba-tiba pintu itu terbuka dari dalam. Hal tersebut membuat Pras terperanjat karena sangat terkejut.

"Ada apa?" tanya Nick, singkat. Ia malas basa-basi dengan pria itu. Sejak awal ia sadar Pras tidak menyukainya.

"Eh, Pak Nick. Ini ...." Belum sempat Pras menyelesaikan ucapannya, Nick langsung memotongnya.

"Maaf saya sedang sibuk. Lebih baik Anda selesaikan pekerjaan Anda. Tidak perlu repot-repot mengubah apa yang telah terjadi," skak Nick.

Gluk!

Pras menelan saliva. Ia panas dingin saat mendengar ucapan Nick.

"Pak, saya hanya ingin minta maaf," ucap Pras.

Nick menyunggingkan sebelah ujung bibirnya. "Kenapa? Karena tahu latar belakang saya? Maaf ya, saya tidak butuh permintaan maaf palsu," ucap Nick, kemudian ia berlalu.

Nick tidak sebaik itu. Sehingga tak mudah baginya memaafkan Pras. Apalagi ia tahu betul pria itu tidak tulus. Meminta maaf hanya karena 'sesuatu'.

Pras tercekat. Ia menatap Nick dengan napas yang tersenggal. "Sombong sekali, dia. Mentang-mentang anak pemilik perusahaan ini, sampai memandangku sebelah mata seperti itu," gumamnya.

Ia tidak sadar bahwa sikap Nick seperti itu akibat ulahnya sendiri.

Malam hari, Nick dan Ima sedang berbincang sebelum tidur. Mereka berbaring di atas tempat tidur dengan posisi Ima yang berada di pelukan Nick.

"Gimana pertemuannya tadi, mas?" tanya Ima.

"Alhamdulillah lancar. Tapi Papih minta kita untuk datang ke rumahnya akhir pekan ini," ucap Nick.

"Oya? Apa itu artinya Papih sudah memaafkan kamu?" tanya Ima lagi.

"Entahlah. Sebenarnya aku malas bertemu dengannya. Tapi bagaimana pun dia orang tuaku, jadi aku harus menghargainya sebagai orang tua," ucap Nick, memelas.

"Iya, Mas. Apa pun yang pernah Papih lakukan ke kita, gak sebanding dengan pengorbanan beliau selama ini membesarkan kamu. Bagaimana pun kamu itu darag dagingnya Papih, jadi Mas harus ikhlas memasafkannya," ucap Ima.

"Iya, Sayang. Tapi kalau kita tetap hidup seperti ini, apa kamu keberatan?" tanya Nick.

Sampai saat ini ia masih belum ingin kembali ke perusahaan papihnya.

"Apa pun keputusan Mas. Aku percaya itu adalah yang terbaik. Tapi kalau memag Mas gak mau kembali, kenapa harus menuruti tantangan papih? Kan bisa aja kita beli rumah pakai uang aku. Terus kamu melamar kerja pakai ijazah dan CV yang ada," tanya Ima.

"Aku yakinkamu pasti bisa mendapat pekerjaan yang lebih dari saat ini jika menggunakan ijazahmu," lanjutnya.

"Aku hanya ingin membuktikan bahwa aku bisa, Sayang. Melakukan semua ini bukan berarti aku sangat ingin kembali mengambil alih perusahaan Papih," jawab Nick.

Ima tersenyum. Ia senang karena suaminya tidak haus akan harta.

"Ya sudah kalau begitu. Aku sih nurut aja. Tapi kapan pun kamu butuh uang, jangan sungkan untuk mengatakannya ya, Mas! Alhamdulillah uangku masih cukup untuk membeli rumah," ucap Ima.

"Iya, Sayang. Terima kasih. Tapi gajiku saat ini sudah lumayan. Jadi insyaaAllah nanti aku akan menabung untuk beli rumah. Tapi nanti kalau aku sudah gajian pertama kali, kita harus pindah dari sini! Gak apa-apa kan ngontrak dulu?" tanya Nick.

"Iya, gak masalah, Mas. Kan sekarang juga kita ngontrak."

"Hehehe, iya. Aku lupa."

Beberapa hari kemudian, tiba waktunya untuk pergi ke rumah Haris. Mereka pun pergi menggunakan motor dengan pakaian yang sangat sederhana. Sebab memang hanya itu yang mereka miliki.

Saat tiba di depan gerbang rumah Haris, Nick sempat ditahan oleh penjaga. Sebab penjaga itu tidak mengenalinya.

"Maaf, mau bertemu siapa, ya?" tanya penjaga. Ia tak melihat wajah Ima yang duduk di belakang Nick.

Nick pun membuka helm-nya. "Papih ada?" tanyanya.

"Astaga, Tuan Muda! Maaf saya tidak mengenali Anda. Tuan ada di dalam, sudah menunggu Anda sejak tadi," ucap penjaga itu. Ia sangat terkejut saat mengetahui bahwa orang yang ia tegur itu adalah Nick.

Nick selalu menggunakan mobil mewah. Sehingga tidak heran jika penjaga itu tak mengenalinya. Apalagi wajah Nick tertutup oleh helm.

Akhirnya Nick pun masuk setelah dibukakan pintu. Ini kali pertama ia datang ke rumah mewah itu hanya dengan menggunakan motor.

Mengetahui Nick datang, Rose langsung keluar rumah untuk menyambut anak dan menantunya itu.

"Sayang!" panggil Rose. Hatinya merasa miris melihat mereka naik motor yang sangat sederhana. Apalagi saat ini kondisi Ima sedang mengandung. Ia sangat tak tega melihatnya.

"Assalamualaikum," ucap Ima saat sudah berhadapan dengan mertuanya itu.

"Waalaikumsalam. Ya allah, kalian apa kabar?" tanya Rose. Ia langsung memeluk Nick dan Ima sekaligus.

"Alhamdulillah kabar baik, Mih. Mamih apa kabar?" Ima balik bertanya.

"Kurang baik. Mamih selalu memikirkan kalian. Ya Tuhan, nick. Kamu kurus sekali, kulitmu juga jadi lebih gelap," ucap Rose sambil menangkup wajah anaknya.

"Maklumlah, waktu itu aku ngojek selama beberapa minggu. Jadi seperti ini adanya," jawab Nick, santai.

"Nick!" Hati Rose sangat perih mendengar anaknya mengojek.

"Kalian sudah datang?" tanya Haris yang baru saja muncul dari dalam.

Nick dan Ima saling menoleh.

Ustadzah Dinikahi Mafia TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang