3. Permintaan Ima

30.1K 1.8K 57
                                    

Ima langsung menunduk kala pandangannya pertemu dengan tatapan Nick. Sebagai wanita normal, hatinya bertalun-talun kala ditatap dengan senyuman yang menawan oleh pria tampan seperti Nick.

"Jujur saya tertarik saat kamu menyampaikan dakwah di atas panggung kemarin. Usia saya pun sudah tidak muda lagi dan saya sadar kamu bukan wanita biasa. Sehingga saya memutuskan untuk melamarmu," ucap Nick.

Ia sengaja mengucapkan kalimat manis agar Ima percaya dan mau menerimanya.

"Bagaimana, Ima?" tanya Umar.

Ima merapatkan kedua bibirnya. Ia bingung hendak menjawab apa. Satu sisi ia ingin menerima Nick. Namun di sisi lain rasanya ini seperti mimpi karena Nick terlalu sempurna baginya.

Pria tampan kaya dan rupawan. Wanita mana yang mampu menolaknya. Sayangnya Ima belum tahu rahasia besar mengenai pria itu. Seandainya ia tahu, mungkin Ima sudah menolaknya mentah-mentah.

'Sepertinya dia belum membocorkan rahasiaku pada siapa pun,' batin Nick. Ia yang terlalu ketakutan itu tidak berpikir dengan jernih. Seandainya ia sadar, mana mungkin Ima mau menerimanya jika ia mengetahui rahasia pria itu.

"Saya harap Ustadzah Ima mau menjadi menantu saya. Saya akan sangat bahagia jika kalian bisa menikah," ucap Rose. Ia pun masih sulit percaya bahwa anaknya mendadak ingin menikahi Ima.

Saat ini ia merasa Nick merupakan anak paling berbakti di dunia. Sebab mau menuruti keinginannya. Padahal ia baru berbasa-basi pada Nick. Belum sempat bicara serius mengenai keinginannya itu.

"Bismillah, insyaaAllah saya bersedia," ucap Ima, malu-malu.

"Alhamdulillah," mereka semua pun bahagia mendengarnya. Termasuk Nick. Dengan begitu ia bisa lebih mudah mengendalikan Ima.

'Sebentar lagi kamu akan hidup di bawah kendaliku,' batin Nick sambil tersenyum licik dan menunduk.

Nick sangat yakin bisa mengendalikan Ima dengan mudah.

"Tapi aku ada satu syarat," ucap Ima.

Nick yang tadi sedang tersenyum sambil menunduk pun langsung menoleh ke arah Ima. 'Apa yang dia inginkan? Apakah dia akan memerasku?' batin Nick.

"Apa itu?" tanya Rose sambil tersenyum.

"Aku ingin ada hafalan surat Ar-Rahman sebagai bukti keseriusan Anda," ucap Ima. Ia yakin Nick belum menghafal surat tersebut.

Seketika wajah Nick langsung kaku. Ia menelan saliva karena sudah jelas dirinya tidak hafal. Jangankan menghafal, bahkan suratnya yang mana pun ia tidak tahu.

Rose pun tidak kalah gugup. Ia tahu betul seperti apa anaknya itu. "Apa tidak ada yang lain?" tanya Rose. Ia merasa itu terlalu sulit bagi Nick.

"Maaf, Bu. Bukan bermaksud mempersulit. Saya hanya ingin bukti dari keseriusan anak Ibu. Sebab, bagaimana pun rasanya sulit dipercaya jika ada orang yang baru mengenal tiba-tiba melamar seperti ini," jawab Ima terus terang.

Nick tercekat. Ia tak menyangak Ima akan sangat berani seperti itu. 'Jika bukan karena rahasiaku. Sudah pasti aku akan mundur. Memangnya dia pikir dia siapa? Berani sekali menantangku seperti itu?' batin Nick dengan perasaan yang sangat dongkol.

"Bagaimana, Nick? Apa kamu bisa menyanggupinya?" tanya Rose.

"Ima, kamu jangan mempersulit orang yang sudah berniat baik padamu," bisik Umar.

"Itu tidak sulit jika memang dia bersungguh-sungguh, Pak De," sahut Ima.

Umar hanya bisa menghela napas. Sebab apa yang Ima katakan memang benar. Tidak mungkin ia melepaskan keponakan kesayangannya begitu saja.

Ustadzah Dinikahi Mafia TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang