"Aku janji akan usaha sendiri. Nanti kalau kita sudah punya uang, kita ganti uang Mamih yang ini, ya," ucap Nick.
Sepertinya Nick sudah sakit hati karena diusir oleh orang tuanya. Sehingga ia berjanji pada dirinya sendiri untuk mencari uang dari hasil keringat tanpa membebani orang tuanya lagi.
"Mas marah?" tanya Ima.
"Aku gak marah. Aku hanya ingin membuktikan pada mereka bahwa aku bisa berdiri sendiri," ucap Nick.
"Aku minta maaf, kalau untuk beberapa saat mungkin kita harus hidup susah dulu. Tapi aku janji akan berusaha supaya bisa membangun bisnis sendiri," ucap Nick.
"Aku percaya kamu pasti bisa, Mas," sahut Ima. Ia tetap menyemangati suaminya agar tidak putus asa.
"Terima kasih, Sayang," ucap Nick, kemudian mengecup kening istrinya.
"Mas mau aku masakin air hangat, gak?" tanya Ima. Saat itu hari sudah malam. Ima tidak tega jika suaminya mandi menggunakan air dingin.
"Gak usah, Sayang. Aku mandi air dingin aja. Gerah," sahut Nick.
Sebenarnya Nick tidak ingin mandi air hangat karena merasa sayang jika gasnya habis. Sehingga ia memilih untuk mandi air dingin meski kondisi malam itu sudah cukup dingin.
"Beneran?" tanya Ima. Ia tak yakin bahwa suaminya sedang kegerahan.
"Iyaa, ya udah kamu tidur duluan, sana! Aku mau mandi," ucap Nick.
Akhirnya Nick masuk ke kamar mandi, sementara Ima masuk ke kamar.
Saat menyiraim air ke tubuhnya, Nick merasa kedinginan. "Astaga, airnya dingin sekali," gumam Nick, pelan. Akhirnya ia mandi secepat kilat agar bisa segera keluar dari kamar mandi.
Selesai mandi, Nick menggigil. Ia mengeringkan tubuhnya dan diam sejenak. Ia tidak ingin masuk ke kamar dengan kondisi seperti itu. Ia sadar istrinya pasti akan khawatir jika melihat dirinya menggigil.
Nick mengusap-usap tubuhnya sendiri agar hangat. Setelah lebih baik, ia pun memberanikan diri masuk ke kamar.
"Udah mandinya, Mas?" tanya Ima.
"Udah, Sayang," sahut Nick, pura-pura santai. Padahal ia buru-buru ingin mengenakan pakaian.
Nick memilih baju dan celana panjang agar tubuhnya lebih hangat.
"Mau aku buatin minum yang hangat, gak?" tanya Ima.
"Boleh, tapi jangan terlalu manis, ya!" pinta Nick.
"Ya udah, iya." sahut Ima. Ia pun beranjak dan pergi ke dapur.
Saat menutup pintu kamarnya, Ima menitikan air mata. Sebenarnya tadi ia mengintip dari pintu kamar ketika suaminya sedang menggigil. Namun sikap Nick yang seperti itu membuat Ima pura-pura tidak tahu. Ia tidak ingin menjatuhkan harga diri suaminya.
"Ya Allah, kuatkanlah suamiku," gumam Ima, perlahan.
Ia membuatkan teh manis hangat untuk suaminya. Setelah itu ia membawanya ke kamar.
"Ini, Mas," ucap Ima, sambil memberikan teh manis itu pada suaminya. Sebelum masuk kamar, Ima sudah mengusap air matanya.
"Terima kasih, Sayang," jawab Nick. Tangannya sedikit gemetar kala mengambil cangkir dari tangan istrinya. Kemudian ia segera meminum teh hangat itu.
"Hati-hati, Mas!" ucap Ima.
"He'em."
"Tadi kamu udah makan apa belum?" tanya Ima.
"Udah, tadi aku makan di warteg. Oh iya, kok Mamih bisa tau kalau kita tinggal di sini?" Nick balik bertanya.
Tadi Nick memang makan di warteg. Namun ia hanya makan nasi dengan lauk telur balado. Ia tidak ingin uangnya habis hanya untuk mengisi perutnya. Apalagi ini hari pertama dirinya mengojek.
"Tadi Mamih telepon aku terus minta share loc. Maaf ya aku belum izin sama kamu," ucap Ima. Ia merasa bersalah karena tidak izin pada suaminya lebih dulu. Ima tidak bisa izin karena Nick tak memegang ponsel.
"Iya gak apa-apa. Lakukan apa pun yang menurut kamu baik. Aku percaya sama kamu," sahut Nick.
Ima pun mengangguk.
"Ya udah, sekarang kita istirahat, yuk!" ajak Nick.
Akhirnya mereka pun tidur.
Ima yang baru bangun itu tidak bisa terlelap. Sedangkan suaminya langsung pulas karena kelelahan.
"Ya Allah, kamu memang bukan orang sempurna, Mas. Tapi kamu lelaki terbaik, aku bangga bisa jadi istri kamu. Aku pun bersyukur bisa menikah denganmu, Mas," gumam Ima, pelan.
Ia meraih tangan Nick dan menyadari tangan suaminya berbeda dari biasanya. Jika biasanya tangan pria itu selalu lembut, kini mulai terasa kasar. Ima pun menarik sedikit bagian baju di lengan itu dan ia melihat tangan suaminya belang.
Sambil menitikan air mata, Ima mengecup tangan itu. "InsyaaAllah tangan ini akan selalu membawa keberkahan, aamiin," lirih Ima. Kemudian ia memeluk suaminya yang terlihat kelelahan tersebut.
Keesokan harinya, Nick bangun lebih awal. Ia sengaja tidak membangunkan Ima dulu karena dirinya ingin mencuci pakaian.
"Kalau kamu bangun, pasti kamu akan melarang aku melakukan hal itu," gumam Nick, kemudian ia mengusap kepala Ima dan beranjak dari tempat tidur.
Setelah itu Nick pergi ke kamar mandi untuk mencuci. Kebetulan di rumah itu tidak ada mesin cuci, sehingga Nick menggunakan tangan.
Sebelum mencuci, ia membaca petunjuk di kemasan detergent lebih dulu. Nick yang memang pintar pun bisa mengikutinya dengan mudah.
Sekitar pukul 05.30, Ima sudah bangun. Ia bingung karena suaminya tidak ada. "Mas!" panggilnya. Ia mencari-cari Nick dan ternyata suaminya itu sedang menjemur pakaian.
"Lho, kamu ngapain?" tanya Ima. Ia tak menyangka Nick akan melakukan hal itu.
Tadi saat sedang merendam pakaian, Nick pun menyapu dan mengepel, sehingga saat ini rumah mereka sudah rapi.
"Lagi jemur, Sayang. Masa lagi masak," sahut Nick, bercanda.
"Ya ampun, Mas. Kenapa harus kamu yang ngerjain, sih? Aku juga bisa. Pokoknya mulai besok aku gak mau lihat kamu ngerjain kerjaan rumah lagi." Ima marah pada suaminya itu.
Bukan apa-apa, ia tidak tega karena tahu suaminya sudah lelah mencari nafkah. Sehingga jika harus mengerjakan pekerjaan rumah juga, Ima khawatir Nick akan kelelahan.
"Ya kan tadi juga kamu gak lihat. Ya udah besok aku bangun lebih pagi biar pas kamu bangun semuanya udah beres," jawab Nick.
"Mas ...," lirih Ima. Matanya sudah berkaca-kaca.
"Kamu udah shalat apa belum? Lebih baik shalat dulu, sana! Abis itu kita sarapan. Tadi aku udah beli nasi uduk di warung depan," ucap Nick tanpa beban.
Sontak saja Ima langsung memeluk suaminya itu sambil menangis. "Kamu jangan bikin aku merasa bersalah gini dong, Mas," rengek Ima.
"Lho, kenapa harus merasa bersalah?" tanya Nick, bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ustadzah Dinikahi Mafia Tampan
RomanceIma dilamar oleh seorang Mafia yang pura-pura mencintainya hanya karena gadis itu mengetahui rahasianya. Sang Mafia bernama Nick itu tidak ingin rahasianya terbongkar. Sehingga ia terpaksa menikahi Ima agar bisa membungkam mulutnya. Padahal selama...