90. Suami Soleh Istri Bidadari

16.1K 1.1K 33
                                    

Selesai shalat, Nick pun melanjutkan rapatnya kembali.

"Mari kita mulai lagi. Saya harap kalian semua sudah sahalat," ucap Nick.

Beberapa direksi yang belum melaksanakan shalat pun menelan salivanya.

"Oke, sebelumnya saya ingin menyampaikan sesuatu lebih dulu," ucap Nick.

"Rencananya saya akan merenovasi paviliun yang ada di samping gedung ini," ucap Nick.

Mereka semua pun sangat senang mendengarnya.

"Sekaligus akan mengubah fungsinya menjadi masjid," lanjut Nick.

Seketika senyuman mereka pun memudar. Sebab tempat itu merupakan tempat entertain. Di sana ada ruang karaoke dan mini bar khusus karyawan. Mereka heran mengapa Nick seperti itu.

"Mohon maaf, Tuan. Lalu bagaimana jika para staf sedang stress dan butuh hiburan?" tanya salah satu direksi.

"Kalau stress harusnya berdoa pada Sang Pencipta. Bukan mencari hiburan. Jika doanya dikabulkan, insyaaAllah tanpa dicari pun akan langsung mendapat hiburan dan Yang Maha Kuasa," skak Nick.

Direksi itu pun tercekat.

"Satu lagi. Saya akan membuat peraturan baru. Seluruh staf maupun direksi di perusahaan ini yang beragama muslim wajib melaksanakan shalat tepat waktu! Jika tidak, maka akan dikenakan SP. Tolong catat itu!" ucap Nick pada direksi SDM.

"Bagaimana jika saat itu staf atau kami sedang melakukan tugas penting, Tuan?" tanya direksi.

"Dalam hidup ini tidak ada yang lebih penting dari pada shalat. Sebab shalat merupakan tiang agama," skak Nick lagi.

"Sebagai pemimpin di perusahaan ini saya tidak ingin dimintai pertanggung jawaban. Sebab, jika kalian melalaikan shalat karena sibuk bekerja, maka saya pun akan disalahkan karena tidak bisa mengarahkan kalian," ucap Nick lagi.

"Oke, sementara itu dulu. Selanjutnya akan saya sampaikan nanti," ujar Nick.

Mereka semua menelan saliva. Peraturan baru yang dibuat oleh Nick itu menurut mereka sangat absurd. Meski begitu, beberapa dari mereka ada yang senang karena memang taat.

'Gila! Ini kantor apa pondok pesantren?' batin salah satu direksi. Ia kesal karena aturan Nick itu cukup memberatkan baginya.

Selesai rapat, Nick kembali ke ruangannya. Saat itu mamahnya menghubungi Nick.

Telepon terhubung.

"Assalamualaikum, Mih!" ucap Nick.

"Nick! Kami mau berangkat ke Singapura sekarang," ucap Rose.

"Memang semuanya sudah siap, Mih? Bagaimana kondisi Papih?"

"Justru itu. Sejak semalam belum ada perkembangan. Oleh karena itu Mamih dan tante kamu sepakat untuk membawanya ke Singapura. Di sana ada dokter ahli. Semoga dengan dibawa ke Singapura Papih kamu bisa lebih cepat pulih," jelas Rose.

"Ya sudah, apa pun yang akan Mamih lakukan, aku akan mendukung. Aku pun mendoakan semoga Allah memberikan kemudahan bagi Mamih dan Papih. Hati-hati di jalan ya, Mih," ucap Nick.

"Iya, Nak. Kamu juga hati-hati, ya! Jaga Ima baik-baik," pesan Rose.

"Baik, Mih!"

Telepon terputus.

Nick menghela napas. "Ya Allah, sembuhkanlah orang tuaku," gumam Nick. Ia akan merasa bersalah jika belum sempat meminta maaf pada papihnya secara langsung.

Hari itu ia sangat sibuk sehingga pulang larut malam ke rumahnya.

"Assalamualaikum," ucap Nick saat memasuki rumahnya.

Ustadzah Dinikahi Mafia TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang