Ima terperanjat kala Nick mencumbunya lagi. Pria itu begitu lihai. Ia memang sudah sangat pengalaman dalam hal seperti itu. Sehingga Nick bisa mengajari Ima dengan mudah. Tanpa rasa canggung sedikit pun.
Berbeda dengan Ima. Lututnya terasa lemas, jantungnya seolah hampir meledak. Ini pengalaman pertama Ima, sehingga ia tidak dapat menutupi rasa canggungnya.
Semakin lama, napas Nick semakin menggebu. Ia yang awalnya ingin mengerjai Ima pun malah terpancing. Gairahnya mulai terbakar dan hendak meneruskan ke tahap selanjutnya.
Namun sayang, tiba-tiba ponselnya berdering. Sehingga mereka berdua yang sedang terhanyut pun terperanjat.
Kring! Kring!
Ima dan Nick langsung melepaskan tautan bibirnya. Kemudian menoleh ke arah sumber suara.
'Sial!' maki Nick di dalam hati. Ia kesal karena kesenangannya telah diganggu. Sampai-sampai Nick lupa dengan janjinya yang tidak akan menyentuh Ima itu.
Nick pun berjalan ke arah ponselnya dan menerima panggilan itu. Sementara Ima berjalan ke arah meja rias. Ia duduk di sana sambil melamun.
'MasyaaAllah, belum apa-apa saja rasanya sudah seperti ini. Bagaimana jika sampai dia melakukan yang lebih dari ini?' batin Ima sambil menyentuh bibirnya.
Bibirnya terasa kebas. Ia bahkan seolah masih dapat merasakan apa yang Nick lakukan tadi.
"Oke, aku akan segera ke sana setelah sarapan," ucap Nick. Kemudian ia memutuskan sambungan teleponnya.
"Ayo sarapan! Setelah ini kita harus segera pulang," ajak Nick.
Ima menoleh. "Iya, Mas," jawabnya. Kemudian ia bangkit dan menuju meja makan.
"Mas mau makan apa?" tanya Ima saat tiba di meja. Ia hendak melayani suaminya.
"Sandwich aja, jawab Nick. Ia tidak berani menoleh ke arah Ima karena khawatir akan tergoda lagi jika melihat bibir istrinya itu.
Ima pun mengambilkan sandwich dan menaruhnya di piring Nick. Kemudian ia mengambil makanan untuknya dan mereka pun makan bersama.
'Kenapa malah jadi seperti ini, sih? Sepertinya ada yang salah denganku. Seharusnya aku bisa mengontrol diri dan tidak melakukan hal seperti tadi,' batin Nick sambil menikmatin sandwich-nya.
Sesekali Ima melirik ke arah Nick. Ia bingung tadi Nick sangat romantis. Namun mengapa saat ini tiba-tiba menjadi sangat dingin.
'Kenapa dia sangat misterius seperti ini, sih? Tadi hangat, sekarang cool banget,' batin Ima.
"Aku sudah selesai, aku tunggu di lobby, ya?" ucap Nick. Ia sengaja pergi lebih dulu karena tidak tahan berada di kamar itu hanya berdua dengan Ima. Ia lupa bahwa di luar sana mungkin saja dirinya bertemu dengan Amber.
Ima terkesiap. "Iya, Mas," ucapnya. Ia heran karena Nick tiba-tiba pergi tanpa menunggunya.
"Kok jadi aneh gini, sih? Apa dia juga malu sama kayak aku?" gumam Ima. Ia tidak habis pikir mengapa Nick bisa berubah drastis begitu.
"Aku gak boleh suudzon. Mungkin dia sedang ada pekerjaan. Tadi kan dia habis terima telepon," ucap Ima. Ia pun segera menyelesaikan sarapannya.
Setelah itu Ima pun membereskan barangnya. Kemudian keluar dari kamarnya tersebut.
"Selamat pagi, Nyonya!" sapa Joe yang ternyata sudah berdiri di depan pintu kamar Ima.
"P-pagi," sahut Ima. Ia bingung mengapa Joe ada di sana.
"Saya datang ke sini karena diminta oleh bos untuk mengambil koper milik Nyonya," ucap Joe.
"Ini bisa aku bawa sendiri, kok," sahut Ima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ustadzah Dinikahi Mafia Tampan
RomansaIma dilamar oleh seorang Mafia yang pura-pura mencintainya hanya karena gadis itu mengetahui rahasianya. Sang Mafia bernama Nick itu tidak ingin rahasianya terbongkar. Sehingga ia terpaksa menikahi Ima agar bisa membungkam mulutnya. Padahal selama...