94. JoeLy

12.7K 947 26
                                    

Nick melihat ke arah Joe. Ia malah tersenyum melihat wajah Joe seperti tertekan.

"Boleh kan, Kak?" tanya Lily lagi.

Joe semakin memelas sambil menatap Nick. Namun Nick malah sengaja menjebaknya.

"Boleh! Kapan pun kamu mau pergi diantar Joe, hubungi saja dia!" sahut Nick, sambil melirik ke arah Joe.

Joe terkesiap. Ia kesal karena Nick malah sengaja menyuruh Lily seperti itu.

Sementara itu Lily malah kegirangan. "Yeeaayy ... Joe! Kamu dengar sendiri, kan? Kak Nick sudah mengizinkan. Jadi jangan coba-coba menghindar dari aku!" ancam Lily. Setelah itu ia masuk ke kamarnya.

"Ya ampun, Lily. Masih saja seperti itu. Maaf ya, Joe. Lily sering merepotkan kamu," ucap Rose.

"Iya, tidak apa-apa, Nyonya. Kalau begitu saya permisi dulu," sahut Joe.

"Lho, mau ke mana? Ayo kita makan siang sama-sama!" ajak Rose.

"Terima kasih, Nyonya. Saya makan dengan teman yang lain saja," sahut Joe.

"Joe! Kamu itu sudah kami anggap seperti keluarga sendiri. Anggap ini perintah! Jadi jangan coba-coba untuk menolaknya," ucap Haris.

Jika sudah seperti itu, Joe pun tak bisa berkutik lagi.

"Nah! Kamu dengar sendiri kan, Joe!" timpal Rose.

Akhirnya Joe pun pasrah. Ia bergabung makan bersama mereka.

"Nick! Kalau kira-kira Papih menyerahkan semuanya ke kamu. Apa kamu sudah siap?" tanya Haris.

Ia merasa lelah. Sehingga ingin menyerahkan kepemimpinan seluruhnya pada Nick.

"InsyaaAllah siap, Pih," jawab Nick. Melihat kondisi papihnya yang sudah sakit-sakitan, Nick pun tak tega. Akhirnya ia menerimanya meski tak mudah.

Menjadi pemimpin perusahaan besar milik papihnya, berarti Nick harus mengorbankan banyak waktu. Namun ia yakin Ima akan selalu mendukungnya dalam kondisi apa pun.

"Syukurlah kalau begitu. Nanti papih akan minta management untuk mempersiapkan serah terima jabatan," ucap Haris.

Keesokan harinya. Saat Joe baru membuka mata, ponselnya sudah berdering.

"Ck! Siapa sih pagi-pagi udah telepon?" keluh Joe. Ia pun menjawabnya tanpa melihat lebih dulu. Sebab pandangannya masih buram.

"Hem?"

"Joe! Hari ini kamu jemput aku jam delapan, ya!" ucap Lily tanpa basa-basi.

Joe mengerutkan keningnya. Kemudian ia melihat ke layar ponselnya lagi. 'Ah! Tau dia yang telepon, gak akan aku jawab,' batin Joe. Ia kesal karena Lily mengganggunya di pagi buta seperti itu.

"Joe! Kalau kamu gak datang ke sini, aku yang susulin kamu ke apartemen sekarang juga!" ancam Lily.

"Oke! Aku ke sana jam delapan." Joe tidak berani jika sampai Lily datang ke apartemennya. Akhirnya ia menjawab dengan cepat.

"Sip! Ditunggu," ucap Lily, bahagia. Ia terdengar sangat antusias.

"Yes! Hehehe."

"Habis telepon siapa, Ly?" tanya Rose.

"Joe, Mih. Aku kan hari ini mau jalan-jalan," jawab Lily, santai.

"Ya ampun. Ini jam berapa? Kamu tuh ganggu orang aja," tegur Rose.

"Biarin! Aku emang sengaja ganggu dia, kok. Siapa suruh cuek banget jadi orang. Aku tuh sebel kalau ngomong sama dia gak pernah dijawab," keluh Lily.

"Kalau sebel, kenapa juga kamu minta temenin dia?" skak Rose.

Ustadzah Dinikahi Mafia TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang