59. Aku Berdosa

19.3K 1.2K 38
                                    


Nick gelagapan saat ditanya seperti itu oleh Ima. Ia bingung harus menjelaskan dari mana.

'Apa yang harus aku katakan?' batinnya. Ia sangat khawatir Ima akan marah padanya.

"O-ohh itu. Nanti aku jelasin kalau udah makan, ya. Itu masalah kerjaanku," jelas Nick, gugup. Namun sebenarnya itu tidak jelas bagi Ima.

"Ooh," sahut Ima. Ia tidak memaksa jika Nick belum mau menjelaskannya.

Namun jawaban Ima yang seperti itu membuat Nick semakin tidak enak hati padanya.

'Maafkan aku, Sayang. Suamimu ini sangat pengecut,' gumam Nick dalam hati.

Akhirnya Nick makan dengan tidak enak hati. Bahkan makanan yang ia makan pun terasa hambar.

Selesai makan, sesuai janjinya Nick mengajak Ima ke ruang kerjanya untuk membahas apa yang Ima tanya. Ia tak ingin ada keraguan di hati istrinya itu.

"Ayo ke ruanganku, Sayang!" ajak Nick.

"Iya, Mas," sahut Ima. Ia tahu apa yang akan Nick bahas. Namun Ima gelisah, khawatir bahwa apa yang akan dikatakan oleh suaminya adalah sesuatu yang mengecewakan.

Ceklek!

Nick membuka pintu, kemudian ia mengajak Ima masuk. "Duduk, Sayang!" ajak Nick.

Ia menuntun Ima ke sofa, kemudian Nick duduk di sebelahnya. Ia menatap Ima untuk beberapa saat. Terlihat jelas di wajahnya bahwa Nick sangat sulit untuk mengucapkan kata-kata.

Ima tersenyum. Ia tidak tega melihat suaminya tertekan seperti itu. "Aku tidak tahu apa yang akan Mas katakan. Tapi, apa pun itu, kejujuran lebih dari segalanya. Meski terkadang memang pahit," ucap Ima.

"Memang terkadang menyakitkan. Tapi aku akan lebih menghargai jika Mas mau jujur padaku dari pada aku tahu dari orang lain. Pasti akan lebih mengecewakan," lanjutnya.

Nick mengembuskan napas. "Huuh! Maaf, aku terlalu pengecut," ucap Nick, jujur.

Ima mengerutkan keningnya. Kemudian ia menggenggam tangan Nick.

"Kalau memang sekiranya Mas belum siap untuk cerita, aku tidak akan memaksa," ucap Ima. Ia tak ingin suaminya tertekan.

"Enggak. Aku mau cerita sekarang. Tapi aku malu dan takut kamu semakin kecewa sama aku," ucap Nick.

"Setiap orang pasti punya kesalahan. Sebenarnya Allah pun melarang umatnya untuk membuka aib. Namun, sekiranya Mas merasa hal itu memang perlu diceritakan padaku, katakanlah!" pinta Ima.

"Oke, aku akan mengatakannya," ucap Nick, yakin.

Ima pun menyimaknya.

"Tapi sebelumnya aku mohon supaya kamu mendengarkan sampai selesai. Jangan marah atau protes dulu!" pinta Nick.

"Iya," jawab Ima. Namun ucapan Nick justru membuatnya semakin penasaran.

"Jadi, sebenarnya sebelum pindah ke Indonesia, aku menjalani bisnis haram di luar negeri," ucap Nick, sambil menahan napas. Ia khawatir dengan reaksi Ima.

Ima tak dapat menyembunyikan keterkejutannya. "Maksudnya?" tanya Ima. Ia sangat shock ternyata suaminya separah itu.

"Aku mafia kelas kakap," jawab Nick, singkat dan padat.

Deg!

Genggaman tangan Ima langsung mengendur. Ia semakin merasa tak mengenal suaminya. Menyadari hal itu, Nick gantian menggenggam tangan Ima.

"Aku tau kamu pasti sangat kaget. Tapi aku merasa harus jujur. Dan aku bersumpah bahwa saat ini diriku telah melepaskan semua bisnis itu, termasuk uangnya," ucap Nick, panik.

Ima tak dapat berkata-kata. Ia masih mengendalikan hatinya yang terkejut itu.

"Dulu aku jatuh terlalu dalam. Hingga mungkin dosaku lebih besar dari gunung. Jujur, memang awalnya niatku menikahimu karena aku pikir kamu tahu rahasiaku itu. Tapi ternyata setelah menikah, justru kamu membuatku jatuh cinta," jelas Nick.

"Bahkan saat ini aku rela melepaskan semua itu demi kamu. Karena aku tahu kamu tidak akan mau menerimaku jika aku masih menjalankan bisnis haram itu," lanjutnya.

Ima terlihat menghela napas. "Jadi kamu sudah melepaskan semuanya?" tanya Ima.

"Iya, Sayang. Aku tidak mengambil uangnya sepeser pun, kamu jangan khawtir!" ucap Nick.

"Lalu bagaimana dengan rumah ini dan seluruh harta yang kamu punya?" skak Ima.

Nick pun terkesiap. Ia berpikir keras, mengingat dari mana asal uang aset yang ia miliki.

"Ruma ini dibelikan orang tuaku, jadi sudah pasti bukan dari hasil bisnis haram. Kalau barang-barang yang lain ... aku perlu mengingatnya satu per satu," ucap Nick.

"Maaf ya, Mas. Aku bukan mau merepotkan kamu. Aku hanya ingin kita hidup dari uang halal. Oke, untuk masa lalu kamu, aku bisa terima. Tapi tolong bersihkan semua sisa harta kamu yang dibeli menggunakan uang haram!" pinta Ima.

Nick mengangguk perlahan. Kepalanya hampir meledak karena berusaha keras untuk mengingatnya. Sebab harta yang ia miliki sangat banyak.

"Tanggung jawab mengenai harta itu berat, Mas. Nanti kita akan dihisab, dimintai pertanggungjawaban atas semua yang kita punya. Aku mau kita bisa masuk surga bersama-sama, Mas," ucap Ima.

"Apa orang seperti aku bisa masuk surga?" tanya Nick, memelas.

Ima tersenyum, ia menangkup pipi suaminya itu. "Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Selama kamu mau bersungguh-sungguh, Allah pasti akan mengampuni dosamu," ucapnya.

Nick menghela napas. Ia lega karena ternyata Ima tidak marah padanya. "Terima kasih, Sayang. Aku pikir kamu akan marah lagi padaku," ucap Nick, kemudian ia memeluk Ima.

"Untuk apa aku marah? Itu kan masa lalu kamu. Aku tidak mungkin bisa mengubahnya. Yang penting sekarang kamu mau berubah dan tidak mengulanginya lagi," ucap Ima.

"Kamu memang istri terbaik. Pantas saja aku tergila-gila padamu," ujar Nick.

Ima tersenyum. "Lagi begini sempet-sempetnya gombal, sih?" tanya Ima.

"Aku serius, Sayang. Kalau enggak, untuk apa aku melepas bisnis yang sudah lama aku bangun? Bahkan aku harus merelakan uang ratusan miliyar," ucap Nick.

"Untuk diri kamu sendiri. Supaya selamat dunia akhirat," jawab Ima.

"Tapi aku maunya sama kamu," jawab Nick.

"Aamiin, kita sama-sama menuju surganya ya, Mas?" tanya Ima.

Nick mengangguk. "Sebenarnya aku bingung. Kenapa orang bejad seperti aku bisa mendapatkan istri sebaik kamu. Sampai saat ini aku merasa gak pantas buat kamu, Sayang," ucap Nick.

Ima melepaskan pelukannya. "Kamu gak perlu bingung, Mas! Jika memang sudah jodoh dari Allah, maka itulah yang harus kamu terima. Mungkin dengan kamu menikahiku, Mas diberi kesempatan oleh Allah untuk bertaubat," ucap Ima.

"Iya. Kalau istriku bukan kamu, mungkin sampai saat ini aku masih tenggelam dalam kubangan," ucap Nick.

"Maksudnya siapa? Wanita itu?" tanya Ima, sinis.

Ustadzah Dinikahi Mafia TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang