Nick terkesiap saat ditanya seperti itu. "Maaf, Pak. Saya sudah punya istri. Bahkan sebentar lagi kami akan segera memiliki momongan," jawab Nick.
Ia jujur karena tidak ingin memberi harapan palsu pada pria itu. Ia pun khawatir pria itu akan memaksa jika dirinya menggunakan alasan lain untuk menolak.
"Ooh, maaf kalau begitu. Tapi saya sangat terkesan pada Mas. Atau begini saja, bagaimana kalau Mas bekerja di perusahaan yang saya pimpin?" tanya pria itu.
Sepanjang jalan tadi ia sudah mendengarkan pengalaman Nick. Baginya pria itu sangat kompeten dan ia tidak akan rugi jika mempekerjakan Nick.
Sebenarnya ia naik ojek karena sejak kemarin penasaran saat melihat ada tukang ojek seperti Nick. Setiap kali melewati pangkalan ojek tersebut, pria itu selalu memperhatikannya.
Sehingga hari ini ia memutuskan untuk naik ojek Nick dan mewawancarainya secara tidak langsung. Bahkan seandainya Nick masih single, ia tak segan untuk menjadikannya sebagi menantu. Sebab ia yakin pria itu pasti bisa menjaga anaknya.
"Wah, jujur saja saya sangat senang. Tapi saat ini kebetulan ijazah saya sedang tidak ada. Jadi mungkin saya tidak bisa mengajukan lamaran," jelas Nick.
Sejak pergi dari rumahnya, Nick memang tidak membawa apa pun. Hal itulah yang membuatnya memutuskan menjadi tukang ojek. Sehingga ketika mendapat tawaran seperti itu, dengan berat hati Nick harus menolaknya. Ia yakin bahwa ijazah sangat dibutuhkan.
"Tidak masalah. Ijazah bisa menyusul. Yang saya butuhkan itu kan keahlian Mas, bukan ijazah-nya," ucap pria itu.
Ia sudah terlanjur terkesima pada Nick. Sehingga mau menerima Nick meski tanpa ijazah.
"Serius, Pak?" tanya Nick, antusias. Ia pun akan senang jika bisa mendapat pekerjaan lebih baik. Dengan begitu ia bisa memberi kehidupan lebih baik bagi istri dan calon anaknya nanti.
"Tentu. Ini kartu nama saya. Besok Mas langsung datang ke kantor saya dengan membawa kartu ini," ucap pria itu, sambil menyerahkan sebuah kartu pada Nick.
"MasyaaAllah, terima kasih banyak, Pak. InsyaaAllah besok pagi saya akan datang ke sana," ucap Nick. Ia belum melihat nama perusahaan di kartu tersebut.
"Baik, saya tunggu. Jangan sampai tidak datang ya, Mas," ucap pria itu.
"Iya, Pak. Terima kasih banyak," sahut Nick.
Pria itu memang cukup sering mencari pegawai dengan cara seperti itu. Sebab baginya di luar sana pasti banyak orang yang berkompeten tetapi belum mendapat kesempatan. Sedangkan orang yang direkrut secara resmi belum tentu bekerja dengan baik.
Sore hari Nick pulang seperti biasa. Ia memang selalu pulang sebelum maghrib. Jika biasanya Nick akan pergi lagi setelah maghrib dan pulang malam hari, kali ini ia memutuskan untuk beristirahat karena besok akan pergi ke kantor pria paruh baya tadi.
"Assalamualaikum," ucap Nick saat tiba di rumahnya.
"Waalaikumsalam," jawab Ima. Ia pun menyambut suaminya dengan hangat.
"Udah mandi, Sayang?" tanya Nick saat masuk ke rumah.
"Udah dong, Mas. Ini kan udah hampir maghrib," jawab Ima.
"Yah, padahal tadinya aku mau mandi bareng," ucap Nick, genit.
Ima tersenyum. "Lain kali aja! Lagian di sini kamar mandinya juga kecil. Gak nyaman kalau harus mandi bareng," ucap Ima.
"Ya udah, aku mandi dulu, ya."
Nick pun pergi ke kamar mandi. Selesai mandi ia bersiap untuk shalat di masjid.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ustadzah Dinikahi Mafia Tampan
RomanceIma dilamar oleh seorang Mafia yang pura-pura mencintainya hanya karena gadis itu mengetahui rahasianya. Sang Mafia bernama Nick itu tidak ingin rahasianya terbongkar. Sehingga ia terpaksa menikahi Ima agar bisa membungkam mulutnya. Padahal selama...