89. Rapat Ditunda

13.5K 1.1K 42
                                    

Napas Pras terasa sesak. Ia tak dapat membayangkan jika nanti dirinya bertemu dengan Nick.

'Aku harus bangaimana? Bahkan waktu aku ingin minta maaf pun dia sudah meng-ultimatum aku. Bisa-bisa kali ini dia langsung memecat aku begitu saja,' batin Pras.

Saat ini mencari pekerjaan tidaklah mudah. Apalagi jika memiliki riwayat dipecat. Hal itu membuat Pras merasa khawatir. Ia sangat menyesal karena telah mengusik Nick.

Sementara itu, Nick yang sedang diruangannya tersebut serius mempelajari tentang seluruh hal yang berkaitan dengan perusahaan. Sebab sudah beberapa bulan ia lepas tangan.

Saat Nick sedang serius, ada seorang OB datang untuk mengantarkan minuman.

"Permisi!" ucap OB itu setelah dipersilakan masuk. Kemudian ia pun menaruh minuman tersebut di meja Nick.

"Ini minumnya, Tuan!" ucap OB.

Nick yang serius menatap layar di samping kiri pun menoleh ke arah OB yang berdiri di sebelah kanan. "Oke, terima kasih," ucap Nick.

Namun mereka sama-sama terkejut karena pria itu adalah orang yang tempo hari menghajar Nick.

"Kamu?" tanya Nick, kesal. Ia tak menyangka orang yang mobilnya lecet karena hampir bertabrakan dengannya itu adalah OB di perusahaannya sendiri.

Orang itu langsung panas dingin. Ia ingat betul bagaimana dirinya menyerang Nick. Bahkan ia menghajar Nick ketika sedang duduk di pangkalan.

"Oh, jadi kamu kerja di sini?" tanya Nick sambil menatap orang tersebut.

Orang itu bingung harus berbuat apa. Sehingga ia langsung berlutut di sanping Nick.

"Tuan! Saya mohon maaf. Saya tidak tahu kalau Tuan adalah pemilik perusahaan ini," ucap orang itu.

Ia belum lama bekerja di perusahaan itu. Sehingga dirinya sangat takut dipecat oleh Nick.

"Oh, jadi kamu memandang orang lain berdasarkan status sosial?" tanya Nick.

"B-bukan begitu, Tuan. Waktu itu kondisi saya sedang tidak baik. Jadi saya emosi. Mohon ampuni saya, Tuan," ucap orang itu lagi.

"Saya paling tidak suka orang arogan seperti kamu. Untung tempo hari saya yang kamu serang. Bagaimana jika orang lemah? Pasti sudah habis kamu hajar!" ucap Nick, kesal.

"Saya berjanji tidak akan melakukan hal itu lagi, Tuan. Tapi mohon, izinkan saya untuk tetap bekerja di sini!" pinta orang itu.

Nick tidak menjawabnya. Ia langsung menghubungi bagian SDM untuk mengurus orang itu.

Mendengar nama manager SDM dipanggil, orang itu pun semakin ketakutan.

"Tuan! Tolong jangan pecat saya!" ucapnya sambil menyentuh tangan Nick.

"Jangan sentuh saya!" ucap Nick, tegas. Kemudian ia lanjut membaca berkas lain sambil menunggu manager SDM.

Tak lama kemudian manager tersebut tiba di ruangan Nick.

"Permisi, Tuan!" ucapnya.

"Masuk!" sahut Nick, santai.

"Ada apa, Tuan?" tanya manager. Ia bingung melihat OB itu berlutut di samping Nick.

"Saya tidak mau tahu. Tolong kamu urus orang ini! Jangan sampai dia muncul di hadapan wajah saya lagi!" pinta Nick.

Ia tidak ingin emosi. Sebab jika melihat wajahnya, Nick selalu kesal karena ingat bagaimana tempo hari Ima hampir terjatuh dari motor karena orang itu hendak menghajar Nick.

"M-maksudnya dipecat, Tuan?" tanya manager itu.

"Tuan, saya mohon!" rengek OB.

Nick memicingkan matanya ke arah orang tersebut. Melihatnya seperti itu, ia pun tak tega. Nick menghela napas.

"Saya beri kamu kesempatan. Tapi jangan pernah melakukan hal seperti itu lagi pada siapa pun, paham!" ucap Nick.

"Paham, Tuan! Terima kasih," ucap OB. Ia sangat bersyukur karena Nick memberinya kesempatan lagi.

"Kamu tidak perlu memecatnya. Tapi saya tetap tidak ingin melihat wajahnya. Saya tidak mau tahu bagaimana pun caranya, jangan sampai dia muncul di hadapan saya lagi!" pinta Nick pada manager.

"Baik, Tuan," jawab manager.

OB tersebut rela meski harus bersembunyi dari Nick. Dari pada dirinya harus kehilangan pekerjaan, itu lebih baik. Lagi pula berhadapan dengan Nick pun ia takut.

"Lebih baik kamu keluar sekarang sebelum saya berubah pikiran!" ucap Nick, dingin.

OB itu pun langsung berdiri dan pamit. "Sekali lagi terima kasih, Tuan. Kalau begitu saya permisi," ucap OB tersebut.

Nick mengembuskan napas kasar.

"Dasar manusia. Memandang semuanya dari harta. Aku benci sekali orang seperti itu," gumam Nick.

Ia paling kesal jika ada orang yang menghormatinya karena harta. Hal itulah yang membuat Nick tidak pernah mempan jika dipuji oleh orang yang sedang berusaha mencari muka di hadapannya.

Nick pun selalu bersikap dingin karena ia tahu mereka semua baik karena memandang statusnya. Bagi Nick, hanya orang-orang yang mau membantunya ketika susah yang memang tulus padanya.

"Sepertinya aku harus berterima kasih pada mereka," gumam Nick sambil mengingat siapa saja orang tersebut.

Nick menghubungi Joe.

"Assalamualaikum, Joe!" ucap Nick.

Joe langsung tersenyum getir. 'Aku berasa jadi asisten ustadz sekarang,' batinnya. Menurutnya Nick sangat tidak pantas seperti itu. Padahal biasanya Nick selalu langsung mengatakan apa yang ingin ia sampaikan.

"Waalaikumsalam, Bos. Ada apa?" tanya Joe.

"Kamu tahu pangkalan ojek tempat saya mangkal tempo hari?" tanya Nick.

"Iya tau, Bos. Kenapa?" tanya Joe lagi.

"Hem ... tolong kamu tawarkan mereka pekerjaan di perusahaan kita! Aku yakin mereka orang jujur dan pekerja keras," ucap Nick.

Ia dapat menilai mereka karena dirinya lumayan lama mangkal di pangkalan tersebut.

"Tapi bagaimana jika mereka tidak memiliki ijazah, Bos?" tanya tukang ojek lagi.

Nick pun berpikir sejenak. 'Iya juga, ya. Lagi pula kalau mereka semua aku tarik ke sini, lalu siapa yang ngojek nanti?' batin Nick.

"Kalau begitu gini aja, deh. Kamu renovasi pangkalan ojek itu. Lalu kamu berikan mereka motor masing-masing satu! Pakai uang pribadi aku!" pinta Nick.

"Apa Bos yakin?" tanya Joe, heran.

"Yakin! Mereka orang baik yang mendukung aku di saat aku susah. Jadi aku ingin memberikan tanda terima kasih untuk orang-orang tersebut," jelas Nick.

"Baik kalau begitu. Akan segera saya laksanakan," sahut Joe.

Telepon terputus.

Nick lega karena sudah melakukan apa yang ia pikirkan.

Saat ini seluruh fasilitasnya sudah kembali. Sehingga ia pun bisa menggunakan uangnya lagi.

Saat ini Nick tidak sempat untuk bersantai. Ia sangat sibuk sampai tak bisa menghubungi Ima.

Ima yang paham akan kondisi suaminya pun tak ingin mengganggu. Ia hanya sesekali mengirim pesan untuk mengingatkan suaminya shalat.

Ting!

Sebuah notifikasi masuk di ponsel Nick ketika dirinya sedang memimpin rapat.

Ima: Assalamualaikum, Sayang. Kalau Mas sedang sibuk, gak perlu balas pesan aku. Aku cuma mau ingetin Mas. Jangan lupa shalat, ya! I love you, suamiku. Semangat kerjanya. (emoticon kiss)

Nick yang sedang memimpin rapat itu pun langsung tersenyum. Kemudian ia menghentikan rapatnya sejenak.

"Rapat ditunda beberapa menit! Bagi yang muslim, lebih baik kita shalat ashar dulu!" ajak Nick.

Para peserta rapat pun saling menoleh. Mereka bingung karena baru kali ini rapat dijeda karena tiba waktu shalat.

Nick langsung beranjak dan meninggalkan ruangan tersebut.

"Ini gak salah? Sejak kapan ada rapat ditunda untuk shalat? Padahal rapatnya pun sudah hampir selesai," tanya salah seorang direksi.

Ustadzah Dinikahi Mafia TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang