8. Malam Pertama

47.3K 2K 27
                                    

Saat Ima menoleh ke arah Nick, ternyata pria itu pun sedang menatap Amber. 'Apa mereka memiliki hubungan spesial?' batin Ima.

Hatinya jadi gelisah membayangkan Nick memiliki hubungan dengan wanita lain.

'Ah, sudahlah! Aku gak boleh suudzon sama suami sendiri,' gumam Ima. Ia tidak ingin pikirannya terganggu oleh hal-hal negatif.

Selesai resepsi, Ima dan Nick masuk ke kamar pengantin.

Sebagai wanita yang selalu menjaga jarak dengan pria, tentu hal seperti ini tidak biasa bagi Ima. Ia sangat canggung ketika berada dalam satu kamar dengan Nick.

"Kamu mau mandi duluan atau aku dulu?" tanya nick.

"Mas duluan aja! Aku mau bersihin make up," jawab Ima, gugup.

"Oke," sahut Nick. Kemudian ia masuk ke kamar mandi. Sebenarnya ia risih dipanggil 'Mas' oleh Ima. Namun Nick sedang malas berdebat. 'Sialan gue dipanggil Mas. Dikira Mas tukang bakso, apa?' batin Nick, kesal.

Berhubung tadi siang Nick gagal bercinta dengan Amber, ia berencana akan melanjutkannya malam ini. Melihat istrinya berpakaian seperti itu, Nick sangat tidak bergairah. Sebab ia belum tahu bagaimana bentuk tubuh istrinya itu.

Sementara itu, Ima membersihkan make up-nya sambil memikirkan apa yang harus ia lakukan setelah selesai mandi nanti.

"Kira-kira dia bakalan langsung minta haknya gak, ya?" gumam Ima. Ia sedikit khawatir karena hal itu cukup menakutkan baginya.

Apalagi suaminya itu tampan dan gagah. Ia takut akan terhipnotis oleh suaminya itu.

"Huuh! Udah ah, gak usah mikir yang aneh-aneh. Belum tentu dia juga mau begitu. Apalagi kan tadi habis acara. Pasti capek," gumam Ima. Kemudian ia lanjut membersihkan make up-nya.

Beberapa saat kemudian, Nick sudah selesai mandi. Melihat hal itu, Ima yang sedang gugup pun bergegas masuk ke kamar mandi. Sebab khawatir Nick akan melakukan sesuatu padanya.

"Aku mau mandi ya, Mas," ucap Ima sambil masuk ke kamar mandi.

Nick hanya melirik sekilas. "Mau mandi kek, mau nyungseb kek. Bukan urusan gue," gumam Nick, pelan.

Ia berjalan ke arah lemari dan mengambil pakaian di kopernya.

"Pokoknya malam ini aku akan bersenang-senang dengan kesayanganku," gumam Nick, yakin.

Namun baru saja selesai mengenakan pakaian, Nick sudah mengantuk kembali.

"Sial! Kenapa ngantuk begini, sih?" gumam Nick. Efek obat tidur yang diberikan Joe tadi masih ada. Sehingga Nick mengantuk setelah tubuhnya rileks karena baru saja mandi.

"Tidur sebentar, deh. Nanti aku ke sana tengah malam," ucap Nick. Ia pun merebahkan tubuhnya di tempat tidur.

Beberapa saat kemudian, Ima sudah keluar dari kamar mandi. "Eh, udah tidur," gumamnya, pelan.

Ia tidak menyangka ternyata Nick selelah itu sampai tertidur di malam pertamanya. "Bagus deh kalau emang dia tidur. Jadi aku gak perlu khawatir lagi, hehe," ucap Ima. Lalu ia pun mengenakan pakaian tidur berupa gamis panjang yang berbahan tipis.

"Hem ... pakai hijab gak, ya?" gumam Ima. Ia bingung hendak tidur menggunakan hijab atau tidak.

"Duh, gimana ini? Dia kan udah halal, tapi rasanya aneh kalau tiba-tiba aku gak pakai hijab di depan dia. Harusnya kan dia sendiri yang buka hijab aku untuk pertama kali," gumam Ima.

Ia sebal karena bingung akan keadaan.

"Huuh! Ya udah deh, namanya tidur, masa pake hijab. Apa adanya aja," ucap Ima. Akhirnya ia memutuskan untuk tidak menggunakan hijab dan membiarkan rambut panjangnya itu terurai.

"Eum ... aku tidur di mana, ya?" gumam Ima lagi. Ia bingung karena malu rasanya jika tiba-tiba tidur di samping Nick. Namun akan sangat aneh jika dirinya tidur di sofa.

"Tapi kan dia suami aku. Kalau aku tidur di sofa, nanti dikira aku gak mau deket-deket dia, lagi," gumam Ima.

"Ya Allah, ternyata begini rasanya menikah. Kenapa dia harus tidur duluan, sih? Bikin aku bingung aja." Ima berubah pikiran. Kali ini ia berharap Nick tidak tidur lebih dulu darinya.

"Ya Allah, semoga keputusanku tepat," ucap Ima. Ia memutuskan untuk tidur di samping Nick. Namun Ima akan tidur di bagian tepi kasur agar tidak terlalu dekat dengan suaminya itu.

"Maaf ya, Mas. Aku hanya berusaha menjalankan apa yang seharusnya aku lakukan sebagi istri kamu," ucap Ima. Kemudian ia pun merebahkan tubuhnya di samping suaminya itu.

"Dia kenapa harum banget, sih? Masa mau tidur aja pake parfum?" gumam Ima. Aroma harum maskulin Nick begitu menggodanya. Sehingga Ima tidak berkonsentrasi.

Nick memang sengaja mengenakan parfum karena tadi ia berniat pergi ke kamar Amber.

"MasyaaAllah, begitu indah ciptaan-Mu," gumam Ima saat tak sengaja menatap Nick. Akhirnya ia memandangi ketampanan suaminya itu. "Bismillah ...." Ima berusaha memejamkan mata. Meskipun itu tidaklah mudah.

Akan tetapi, kondisinya yang lelah setelah akad nikah dan resepsi itu membuat Ima terlelap.

Keesokan harinya, Nick bangun lebih dulu. Sebab ia sudah cukup lama tidur sejak siang kemarin.

Saat mengerejapkan mata, Nick melihat ada sosok wanita cantik di hadapannya. "Siapa dia?" gumam Nick, pelan.

Sosok dengan rambut hitam berkilau, alis tebal, bulu mata lentik, hidung bangir dan bibir seksi. Begitu menggoda gairahnya di pagi buta itu.

"Apa ini wanita yang kemarin aku nikahi? Mengapa sangat berbeda?" gumam Nick. Saat itu ia melihat wajah Ima dari dekat. Sehingga bisa melihatnya dengan jelas.

Wajah Ima yang natural kali ini berbeda dengan yang pernah ia lihat saat photo tadi. Sebab tadi ia menggunakan riasan tebal.

"Ternyata bibirnya seksi juga. Kissable," gumam Nick sambil menyunggingkan sebelah ujung bibirnya.

"Astaga! Apa yang aku pikirkan? Ini tidak benar," ucap Nick. Ia pun hendak beranjak, tetapi Ima malah tak sengaja memeluknya.

Nick pun terbelalak kala tubuhnya dibeluk seperti guling oleh istrinya itu. Ia langsung memejamkan mata kala merasakan bumper bagian depan Ima menyentuh tubuhnya. Apalagi setiap tidur, Ima tidak mengenakan bra. Sehingga sentuhan itu begitu terasa.

"Sepertinya besar," gumam Nick lagi. Tanpa sadar ia telah tergoda oleh Ima.

"Ya ampun, Nick! Come on! Kamu harus fokus. Ingat! Ada Amber yang selalu ada untukmu," ucap Nick. Lagi-lagi hati dan pikiran Nick bertolak belakang.

Ia berusaha melepaskan tubuhnya dari pelukan Ima. Sebab posisi seperti itu tidaklah nyaman baginya. Apalagi setiap pagi gairah Nick selalu meningkat. Ia khawatir akan khilaf dan menyerang Ima. Padahal dirinya sudah berjanji pada Amber tidak akan melakukan hal seperti itu.

"Huuuh! Akhirnya," gumam Nick. Ia lega saat berhasil melepaskan tubuhnya dari Ima.

Setelah menyadari bahwa hari sudah hampir pagi, Nick pun kesal karena artinya ia tidak jadi pergi ke kamar Amber. Sementara hari ini tidak mungkin bisa ke sana karena dirinya ada rapat penting. Sehingga harus pergi ke kantor.

Ya, Nick memang sengaja tidak mengosongkan jadwalnya agar ia tidak perlu berlama-lama berakting di depan Ima. Rasanya itu sangat melelahkan baginya.

Saat Nick sudah selesai mandi, Ima pun terbangun. Setelah membaca doa, Ima sadar bahwa dirinya hampir terlambat shalat subuh. Apalagi ketika ia menyadari suaminya sudah bangun lebih dulu.

"Astaghfirullah," gumam Ima. Ia merasa bersalah karena terlambat bangun.

"Assalamu alaikum, Mas," sapa Ima sambil berlari kecil ke arah kamar mandi. Ia tidak mungkin menundanya lagi karena khawatir akan terlambat shalat.

Nick yang sedang minum kopi itu hanya melirik sekilas.

Selesai mandi, Ima pun langsung melaksanakan shalat subuh.

"Mas udah shalat?" tanya Ima setelah ia selesai shalat.

Ustadzah Dinikahi Mafia TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang