65. Diusir

19.3K 1.2K 40
                                    

Nick terkesiap kala papihnya mengatakan hal seperti itu. "Gak bisa gitu dong, Pih!" ucap Nick, sambil merangkul Ima. Ia takut dipisahkan dengan istrinya.

"Kamu tidak pantas untuk wanita salehah seperti Ima. Papih malu punya anak seperti kamu!" ucap Haris, ia terlihat begitu emosi.

"Tapi aku sedang hamil, Pih. Kami tidak boleh berpisah," ucap Ima.

"Oke, kalau tidak bisa cerai, kalian bisa pisah ranjang dulu!" ucap Haris. Saat ini ia sedang ingin menghukum anaknya.

Haris tahu Nick sangat mencintai Ima. Sehingga ia ingin memisahkan mereka untuk sementara waktu.

"Aku mohon jangan, Pih! Ima sedang membutuhkan aku. Apa Papih tidak kasihan dengan calon cucu Papih? Dia pasti sedih jika orang tuanya dipisahkan," ucap Nick, memohon.

Ia belum sempat menjelaskan karena papihnya sedang sangat emosi.

"Saya sangat kecewa sama kamu! Apa kurangnya kami? Selama ini kami selalu mencukupi hidup kamu. Bahkan sudah sejak dulu saya minta kamu gabung di perushaan. Tapi kamu malah memilih bisnis kotor seperti itu. Keterlaluan!" bentak Haris.

"Iya, aku tahu itu salah. Tapi saat ini, sudah sejak lima bulan yang lalu aku melepaskan semua itu, Pih. Bahkan semua uangnya pun tidak aku ambil," ucap Nick.

"Mana buktinya? Siapa yang bisa jamin, hah?" skak Haris.

Ima yang awalnya percaya pada Nick pun menoleh. Namun kemudian ia ingat bagaimana usaha suaminya selama ini yang sibuk mempelajari ilmu agama.

"Aku yang akan jamin, Pih," ucap Ima, yakin.

"Ima, jangan kamu korbankan dirimu hanya untuk anak tidak tahu diuntung ini! Jujur saja, Papih malu punya anak seperti dia. Selama ini Papih selalu membanggakan Nick, tapi ternyata dia melemparkan kotoran ke wajah kami," ucap Haris.

"Kamu tahu dampak dari bisnis haram kamu itu, hah? Bisnis yang Papih bangun dari nol dengan keringat dan usaha saya yang halal itu bisa bangkrut. Orang lain bisa menuduh saya melakukan kecurangan karena kamu. Mereka pasti tidak akan percaya saya lagi."

"Iya aku tahu. Makanya aku sudah tidak melakukan itu lagi, Pih. Aku sudah taubat," ucap Nick. Ia takut melihat papihnya marah seperti itu.

"Oke, sekarang saya mau bukti kalau kamu sudah taubat," ucap Haris.

Mereka semua menoleh ke arah Haris.

"Kamu tinggalkan rumah ini. Saya mau tahu kalau kamu tidak memiliki uang dan fasilitas, apakah kamu akan mencari usaha yang halal atau kembali ke bisnis harammu itu lagi!" tantang Haris.

Ia khawatir Nick belum sepenuhnya bertaubat. Ia ingin tahu sampai di mana kesungguhan anaknya itu.

Nick tercekat. Namun ia ingin papihnya percaya. Sehingga Nick bersedia untuk membuktikannya. "Oke, aku akan pergi dari rumah ini," ucapnya.

"Kalau Mas Nick pergi dari sini, aku ikut," ucap Ima, yakin. Ia memegangi lengan suaminya.

Nick memegang tangan Ima tang ada di lengannya. "Jangan, Sayang! Aku tidak ingin kamu hidup susah," ucapnya.

"Tapi sebagai istri, aku harus mendampingi Mas dalam kondisi apa pun. Lagi pula selama ini aku sudah biasa hidup susah. InsyaaAllah kita bisa, Mas," ujar Ima.

Hati Nick terenyuh melihat pengorbanan istrinya seperti itu. Ia sangat bahagia karena Ima begitu membelanya.

"Ima, tolonglah! Biarkan dia merasakan bagaimana susahnya mencari uang hasil keringat sendiri dengan cara halal. Kalau kamu ikut dia, Papih khawatir dia tidak bisa introspeksi diri," ucap Haris.

"Tapi, Pih. Sejak hamil ini aku gak bisa jauh dari Mas Nick. Kalau kami pisah rumah, yang ada aku gak akan bisa tidur dan tentu tidak baik bagi kandunganku," ucap Ima.

Bukan bermaksud membantah mertuanya. Namun Ima hanya tidak ingin suaminya menderita sendirian.

"Tapi kamu kan punya apartemen. Kalau kalian pergi berdua, pasti akan pergi ke sana dan Nick tidak benar-benar belajar mandiri. Papih ingin tahu bagaimana dia bisa bertanggung jawab, Ima," ucap Haris.

"Kalaupun harus melepas semua yang aku punya. Aku siap, Pih," jawab Ima, sambil menggenggam tangan Nick.

Nick langsung menoleh ke arah istrinya. "Sayang," lirihnya.

"Sudahlah, Pih! Jangan terlalu keras pada mereka," ucap Rose.

Sebagai ibu, meski kecewa pada anaknya, tetapi Rose masih tidak tega jika sampai Nick diusir dari rumahnya sendiri.

"Nah ini! Kamu selalu seperti itu. Jangan terlalu keras, akhirnya anakmu jadi begini. Sudah berzina, menjalani bisnis haram pula. Sebagai orang tua, Papih merasa gagal mendidiknya, Mih," tegur Haris.

Akhirnya Rose pun diam.

Ima menunduk kala mendengar ucapan mertuanya itu. Ia jadi teringat akan kesalahan Nick yang membuatnya sangat marah tempo hari.

Nick jadi khawatir istrinya akan mengungkit masalah itu. Apalagi ia ingat ucapan mamihnya bahwa wanita adalah 'ahli sejarah'.

Melihat mereka semua tegang, akhirnya Haris mengalah. "Oke kalau itu yang kalian mau. Silakan kalian angkat kaki dari sini! Tapi pastikan kalian jangan tinggal di apartemen Ima!" ucap Haris.

Rose menatap suaminya dengan tatapan nanar.

"Papih bukan bermaksud untuk menyiksamu. Jika kamu masih mau tinggal di sini, silakan! Tapi kalau kamu memaksa ingin ikut Nick, maka kamu pun harus mengikuti semua syarat Papih!" ucap Haris pada Ima.

"Apablia kamu sudah bisa membuktikan bahwa kamu benar-benar bertaubat, kalian boleh kembali ke sini dan kamu bisa mengambil alih jabatanmu lagi!" lanjut Haris, sambil menatap Nick.

Nick menelan saliva. Selama ini ia bisa bertahan tanpa bantuan papihnya hanya dengan menjalankan bisnis haram. Sejujurnya ia sendiri tidak yakin bisa bertahan jika harus memulainya semua dari nol. Sebab Nick tidak ingin istrinya hidup susah.

"Kenapa masih diam?" bentak Haris.

"Oke, aku pergi sekarang," ucap Nick. Ia pun balik badan, hendak mengambil pakaian.

"Mau ke mana, kamu?" tanya Haris.

"M-mau ambil pakaian, Pih," jawab Nick, gugup.

"Tidak! Kamu angkat kaki tanpa membawa apa pun! Termasuk pakaian," skak Haris.

Nick tercekat. "Tapi bagaimana dengan istriku?" tanya Nick. Hatinya perih kala membayangkan mereka harus hidup susah.

"Itu urusan kamu. Jika memang ingin kembali menjadi anak saya, buktikan kalau kamu bisa! Tapi jika tidak, silakan kamu ambil pakaian kalian dan jangan pernah anggap saya orang tua lagi!" skak Haris.

Mata Ima berkaca-kaca. Ia bukan takut hidup susah. Ima hanya tidak tega melihat suaminya diperlakukan seperti itu.

"Ya sudah, kalau begitu kami pamit, Pih-Mih. Maaf kalau selama ini kami punya salah," ucap Ima. Ia bersalaman dengan mertuanya sambil menggandeng tangan Nick.

Ima seperti itu karena tidak ingin melihat Nick dimarahi lagi.

Akhirnya Nick pun membuntuti Ima. Ia bersalaman dengan Rose. Sedangkan Haris tidak sudi memberi tangannya untuk Nick.

Mereka pun pergi dari rumah itu dengan berjalan kaki.

Saat ini mereka berdua masih mengenakan pakaian shalat. Beruntung Ima mengenakan baju, sehingga ia tidak terlalu malu jika mukenanya tersingkap.

"Sayang, maafkan aku. Aku memang suami yang tidak berguna," ucap Nick, sambil merangkul Ima. Ia merasa sangat bersalah pada istrinya itu.

"Sudahlah, Mas! Lebih baik kita cari rumah kontrakan, yuk! Alhamdulillah aku masih bawa ponsel. Jadi kita masih punya uang," jawab Ima.

"Tapi kamu tahu kan apa kata Papih?"

"Iya. Makanya kita cari rumah kontrakan yang sederhana aja. Biar Papih gak curiga," ucap Ima. Wajahnya terlihat begitu tulus dan hal itu membuat hati Nick semakin perih.

Ustadzah Dinikahi Mafia TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang