70. Kamu Cemburu?

18.3K 1.2K 47
                                    

"Baik, Tuan!" sahut Joe.

Tanpa perlu arahan panjang kali lebar dari Nick, Joe sudah paham apa yang harus ia lakukan.

Kemarin Joe sempat mencari keberadaan Nick. Namun ia sudah diinfokan oleh Haris dan dilarang membantu pria itu. Sehingga Joe tidak melanjutkan pencariannya. Bahkan saat ini Joe diminta Haris untuk menghandle pekerjaan Nick sementara waktu.

"Berani sekali kamu mengganggu Tuan Nick, hah!" bentak Joe sambil meringkus orang itu.

Orang-orang yang menonton pun bingung. Mereka takjub melihat Nick yang awalnya dihina oleh pemilik mobil, justru memiliki power jauh lebih tinggi. Apalagi mobil Joe terlihat sangat mewah.

Joe saja memanggilnya 'Tuan' artinya apa yang dimiliki oleh Nick pasti melebihi milik Joe. Sehingga orang-orang itu malah mencibir pemilik mobil tadi.

"Makanya jangan sombong jadi orang. Udah tau salah, malah marah," cibir seseorang. Padahal tadi ia hanya menonton.

Terkadang uang begitu mudah membalikkan keadaan. Tadi tidak ada satu pun yang membela Nick. Setelah mengetahui bahwa Nick adalah orang kaya yang berpengaruh, mereka langsung membelanya begitu saja.

"Mas, orang itu mau diapain?" tanya Ima, sambil menoleh ke belakang.

"Aku gak tau. Biar jadi urusan Joe. Kan memang dia yang salah," sahut Nick, santai.

Orang tadi sudah menginjak harga dirinya. Sehingga Nick sudah tidak peduli dengan apa yang akan Joe lakukan. Setidaknya tadi ia sudah berusaha bersikap baik. Namun orang itu yang terus berusaha menyerang Nick.

"Tapi gak akan parah kan, Mas?" tanya Ima lagi.

"Kamu jangan khawatir! Joe sudah tahu batasan saat ini. Jadi dia tidak mungkin melewati batas. Paling sedikit hadiah agar orang itu jera," jelas Nick.

Akhirnya Ima pun diam. Ia paham bagaimana perasaan suaminya. Bahkan jika Joe tidak datang, mungkin tadi Nick dan dirinya yang akan menjadi korban.

Melihat sikap Nick saat menghadapi orang tadi pun Ima paham. Suaminya itu sudah tidak mudah tersulut emosi. Bahkan Nick terlihat begitu tenang menghadapi pemilik mobil itu.

Nick yang biasa berkuasa itu tentu tidak takut pada apa pun. Di dunia ini, selain Allah yang ia takuti hanya satu orang, yaitu istrinya.

Sehinggah, menghadapi kondisi separah apa pun, Nick akan tetap kuat selama Ima ada di sampingnya dalam keadaan aman.

"Jadi mau belanja apa, Sayang?" tanya Nick.

"Mau beli lauk dan sayuran. Sama bahan makanan yang lain, Mas," jawab Ima.

Sementara mereka belanja, Joe sedang berdebat dengan orang tadi di pos satpam pasar tersebut.

"Itu kan mobil saya rusak, tapi Bapak tadi gak mau ganti rugi. Padahal dia yang nabrak," ucap pria itu, menyolot.

"Udah gak usah banyak bacot! Lihat CCTV-nya, kita buktikan sendiri, siapa yang salah!" ucap Joe.

Tadi Joe langsung meminta petugas mengecek CCTV yang ada di sekitar sana. Ia bahkan memberi sejumlah uang yang cukup besar agar petugas bergerak cepat.

Joe lebih rela memberi uang pada petugas dari pada harus ganti rugi. Sebab, ia sedang membela harga diri bosnya.

Saat CCTV itu diputar, orang tadi masih percaya diri dan yakin bahwa dirinya tidak bersalah.

"Nah, kalian bisa lihat sendiri, kan! Dia yang nabrak mobil saya. Emang dia aja yang gak becus bawa motor," ucap orang itu, menghina Nick.

Sontak Joe naik pitam. Ia langsung berdiri dan menghajar orang tersebut.

Bug!

"Jaga mulut Anda!" bentak Joe.

"Kok kamu mukul saya. Emang bener, kan. Dia yang nabrak mobil saya." pria itu tidak terima.

"Harap tenang, Pak!" ucap satpam.

"Tolong jelaskan pada orang dungu ini!" pinta Joe. Ia bisa naik darah jika terus berbicara.

Akhirnya satpam pun menjelaskan. "Pak, dari CCTV sudah sangat jelas bahwa Anda yang bersalah. Bapak tadi kan sedang jalan lurus. Tapi Anda tiba-tiba masuk ke jalurnya. Justru jika terjadi sesuatu atas Bapak dan istrinya, Anda yang harus ganti rugi."

"KOK GITU?" tanyanya.

"Jangan-jangan SIM-nya nembak, nih. Ya udah, kita bawa ke kantor polisi aja!" ucap Joe. Ia sengaja menakuti orang tersebut.

"Ck! Ngapain bawa-bawa polisi segala. Kayak gini doang, gak usah lebay!" ucap orang itu.

Ia memang belum memiliki SIM. Bahkan mobil yang ia bawa adalah mobil sewaan. Sehingga dirinya panik ketika mobil itu rusak. Dengan begitu ia yang harus mengganti rugi.

"Makanya sebelum turun ke jalanan, pahami dulu peraturan di jalan. Jangan bawa kendaraan seenaknya. Di jalan itu banyak nyawa. Kamu bisa membahayakan nyawa orang lain jika tidak tahu aturan. Paham!" nasihat Joe.

Akhirnya orang itu pun terdiam, sambil menatap Joe.

"APA? MAU SAYA HAJAR LAGI?" bentak Joe.

"E-enggak, kalau begitu saya permisi," ucap orang itu, sambil berdiri.

"Eits! Enak aja mau main pergi," ucap Joe sambil merentangkan kakinya, menghalangi langkah orang itu.

"Apa lagi?" tanyanya bingung.

"Kamu belum minta maaf pada Tuan saya. Sekarang kamu harus minta maaf dengan tulus!" pinta Joe.

Orang itu mengerutkan keningnya. "Tapi kan orangnya sudah tidak ada," ucapnya.

"Pakai video kan bisa!" skak Joe.

Di tempat lain, Ima dan Nick sedang berjalan di dalam pasar. Nick yang selama ini selalu hidup di kalangan atas pun merasa tidak nyaman. Wajahnya terlihat merah karena mengendus aroma yang bercampur aduk.

Belum lagi bagian lantai yang kotor membuat Nick ingin melarikan diri dari tempat itu. Namun, berhubung istrinya masih asik belanja, Nick pun berusaha sebisa mungkin untuk tetap bertahan.

"Kamu kenapa, Mas?" tanya Ima saat menyadari suaminya tidak baik-baik saja.

"Gak apa-apa, kok. Ini cuma gerah," jawab Nick. Ia memang berkeringat.

"Masa? Kamu belum pernah ke pasar, ya?" tebak Ima. Ia lupa bahwa suaminya berasal dari kalangan atas.

Nick hanya tersenyum. "Ya udah buruan belanjanya! Aku udah haus," ucap Nick, berusaha mengalihkan Ima.

"Ya udah, deh. Ini dikit lagi, kok," sahut Ima.

Selama berada di dalam pasar, Nick menjadi pusat perhatian. Para wanita begitu senang melihatnya. Jarang-jarang ada pria tampan, tinggi dan menawan masuk ke pasar mereka.

"Duh, Mbak. Beruntung banget, deh. Punya suami ganteng, mau nganter ke pasar pula. Mana bawain belanjaan. Idaman banget," ucap salah seorang wanita yang menjual sayuran di pasar.

Ima hanya tersenyum getir. Ia tidak suka melihat suaminya diperhatikan wanita seperti itu.

"Udah yuk, Mas!" ajak Ima. Ia langsung menarik suaminya pergi keluar pasar.

"Kok udahan belanjanya?" tanya Nick, bingung.

"Lain kali aku belanja sendiri aja, deh. Biar mereka gak dosa karena jelalatan sama suami orang," ucap Ima, ketus.

Nick tersenyum. "Kamu cemburu?" tanyanya, bangga.

Ustadzah Dinikahi Mafia TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang