5. Pura-Pura Cinta

32.1K 1.9K 50
                                    

Sontak saja Ima terkejut saat diarahkan seperti itu. Tubuhnya seketika kaku dan gemetar. Ia tidak berani menatap suaminya yang tampan itu.

Melihat Ima seperti itu, Nick menyunggingkan senyuman. Entah mengapa semakin Ima gugup, ia semakin senang. Seolah dirinya telah mengintimidasi wanita itu.

Nick pun menarik dagu Ima dan langsung menatapnya. Kemudian ia mendekatkan bibirnya ke bibir Ima. Hingga jarak bibir mereka hanya tinggal 1 cm.

Nick pun menarik pinggang Ima agar merapat ke tubuhnya. Kemudian tanpa ragu ia memeluk tubuh istrinya itu dari belakang. Lalu melingkarkan tangannya di perut Ima. Sehingga Nick dapat merasakan bagaimana lekuk tubuh istrinya itu.

'Kenapa dia sangat seksi?' batin Nick. Ia yang sudah sering menjamah wanita itu dapat mengetahui bagaimana bentuk tubuh Ima meski tidak melihatnya secara langsung. Ia bisa merasakan dari sentuhan tubuh mereka.

Ima menahan napas. Ini kali pertamanya dipeluk seperti itu. Apalagi bibir Nick seolah hendak menyentuh bibirnya. Membuat Ima merasa seperti mau pingsan karena debaran jantungnya yang terlalu cepat.

'Matanya indah sekali,' batin Nick saat menatap Ima dari dekat. 'Astaga! Kenapa aku jadi seperti ini? Ini tidak benar,' gumam Nick dalam hati.

Nick pun berusaha untuk tidak tergoda oleh Ima. Ia meyakini hatinya bahwa dirinya melakukan itu hanya demi menggoda Ima agar bisa bertekuk lutut di hadapannya.

Namun, tanpa disadari sentuhan tubuh mereka membuat tubuh Nick menegang. Hal itu pun membuat Nick sangat frustasi. Rasanya ia ingin langsung mencumbu Ima saat itu juga.

Akhirnya Nick yang tidak tahan pun langsung memalingkan wajah. Ia tidak ingin sampai dirinya tergoda oleh Ima.

Selesai berfoto, mereka pun menerima ucapan selamat dari para tamu yang menghadiri akad nikah mereka. Termasuk Adam yang sedang patah hati karena wanita pujaannya kini telah dimiliki orang.

"Selamat, ya. Semoga samawa," ucap Adam dengan tatapan nanar. Hatinya hancur berkeping-keping dan ia tidak dapat menyembunyikan hal itu.

Bahkan Nick pun bisa merasakan bahwa pria itu menaruh hati pada istrinya. Meski ia menikahi Ima bukan karena cinta. Namun, sebagai bos mafia yang selalu berkuasa itu tidak rela jika miliknya diganggu oleh orang lain.

"Terima kasih," jawab Ima.

Setelah itu Adam pun memberikan selamat pada Nick. Ia mengulurkan tangan sambil menatap pria itu.

"Selamat, ya. Tolong jaga Ustadzah Ima baik-baik!" ucap Adam.

"Anda tidak perlu bicara seperti itu. Sebagai suami, saya pasti akan menjaga istri saya dengan baik," sahut Nick. Tatapannya sangat tajam. Genggaman tangannya pun begitu erat.

Setelah bersalaman dengan Nick, Adam pun turun. Namun Nick terus menatap pria itu. Seolah Adam merupakan ancaman baginya.

Bahkan ia memberi kode pada anak buahnya untuk mengawasi Adam.

Selesai menerima ucapan selamat, mereka pun makan bersama dengan keluarga sebelum beristirahat. Sebab nanti malam mereka akan mengadakan resepsi.

"Kalian mau bulan madu ke mana, Nick?" tanya Rose.

Saat ini Nick dan Ima duduk bersebelahan. "Untuk sementara mungkin belum bisa, Mih. Mamih kan tau aku baru bergabung di perusahaan. Jadi masih banyak hal penting yang harus aku kerjakan," jawab Nick.

"Lho, jangan gitu dong, Nick! Mamih kan pingin cepet-cepet punya cucu. Iya kan, Pih?" Rose meminta dukungan pada suaminya.

"Benar itu, Nick. Papih dan Mamih kan sudah tidak muda lagi. Jadi lebih cepat lebih baik," timpal Haris.

Nick tersenyum. "Aku rasa tanpa perlu berbulan madu, kami masih bisa memberikan cucu untuk kalian. Iya kan, Sayang?" tanya Nick sambil menoleh ke arah Ima. Ia bahkan menggenggam tangan istrinya itu, lalu mengecupnya.

Ima pun salah tingkah. Ia malu membahas hal seperti itu di depan umum.

Rose tersenyum. "Hihihi, iya juga, ya. Mamih lupa," sahutnya. Ia senang karena Nick terlihat begitu mencintai Ima.

Melihat Ima salah tingkah, Nick kembali menyunggingkan sebelah ujung bibirnya. 'Dasar wanita sok alim. Baru begitu saja sudah ge'er,' batin Nick.

Ia senang karena bisa menggoda Ima dengan mudah. Sehingga ia yakin dirinya akan mampu mengendalikan Ima.

Selesai makan bersama, Ima dan Nick kembali ke kamarnya masing-masing.

"Kalian jangan masuk satu kamar dulu, ya! Biar nanti malam pengantinnya lebih maksimal," goda Rose.

Ia khawatir Ima akan lemas jika siang ini Nick langsung mengambil haknya sebagai suami. Sehingga Rose meminta mereka beristirahat di kamar yang berbeda.

"Apa bedanya, Mih?" tanya Nick. Ia pura-pura keberatan.

"Ya beda dong, Sayang. Lagian nanti kan kalian akan melangsungkan resepsi. Jangan sampai aura Ima tidak keluar jika sudah melakukan hal itu!" jelas Rose. Saat ini mereka sedang berjalan di koridor hotel.

Ima tersipu malu. Membayangkan apa yang akan mereka lewati nanti malam, membuatnya sangat gugup.

"Sayang sekali. Padahal kami sudah jadi suami istri tapi harus tidur di kamar terpisah," ucap Nick sambil merangkul Ima.

Ima terkesiap dan menoleh ke arah Nick.

"Jangan khawatir! Nanti aku akan masuk ke kamarmu diam-diam," ucap Nick pada Ima.

"Nick!" tegur Rose. Ia gemas karena anaknya sulit diatur. Padahal Nick mengatakan itu hanya demi meyempurnakan aktingnya saja.

Nick tersenyum. 'Tenang aja, Mih! Aku gak keberatan karena masih ada Amber yang bisa memuaskanku,' batin Nick.

Saat tiba di depan kamar Ima, Nick langsung mendaratkan kecupan di pipi gadis itu. "Sampai ketemu nanti malam," ucapnya setelah mengecup Ima.

Rose pun tersenyum lebar. Ia sangat senang karena anaknya sudah mencintai wanita yang tepat.

Ima hanya membalasnya dengan senyuman sambil mengangguk perlahan. "Mih, aku masuk dulu, ya," ucapnya.

Sejak rencana pernikahan, Ima diminta oleh Rose memanggilnya dengan sebutan 'Mamih'. Pun demikian dengan Rose. Ia memanggil Ima dengan menyebut namanya langsung. Tanpa embel-embel 'ustadzah'.

"Iya, Sayang. Istirahat yang cukup biar nanti malam segar!" pinta Rose.

"Joe, tolong kamu jaga mereka, ya! Jangan sampai Nick masuk ke kamar Ima," ucap Rose pada Joe yang sejak tadi membuntuti mereka.

"Baik, Nyonya," sahut Joe. Ia pun berdiri di sana.

"Mana mungkin Bos mau masuk ke kamar istrinya," gumam Joe sambil tersenyum, saat Rose sudah meninggalkan tempat itu.

Tak lama kemudian, Amber muncul dan menuju ke ruangan Nick.

"Anda mau apa, Nona?" tanya Joe.

"Menurut kamu?" Amber balik bertanya.

"Tapi Bos harus istirahat!" Joe tidak ingin bosnya mendapat masalah jika membawa wanita lain masuk ke kamar.

Tak lama kemudian, pintu kamar Nick terbuka dari dalam.

"Sayang, ayo! Aku sudah menunggumu sejak tadi," ucap Nick.

Amber pun tersenyum licik ke arah Joe.

'Sial! Aku harus mencari cara untuk membuat wanita itu pergi dari kamar Bos,' batin Joe sambil mengepalkan tangannya.

Ustadzah Dinikahi Mafia TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang