"Mau ke mana, kamu?" tanya Nick sambil menarik Ima.
"Kan Mas mau kerja, aku mau ke dapur," sahut Ima, malu-malu.
"Kamu harus tanggung jawab! Jangan curang," ucap Nick. Kemudian ia membalas Ima dengan mencumbu bibirnya untuk beberapa saat.
"Perasaan tadi aku cuma cium pipinya, deh," ucap Ima, malu-malu.
"Balasan memang selalu lebih kejam dari perbuatan," sahut Nick sambil tersenyum. Ia pun mengusap bibir Ima yang basah akibat ulahnya.
Ima tersenyum sambil geleng-geleng kepala. "Bisa bahaya kalau dilanjut. Ya udah aku ke dapur dulu, ya. Mau masak buat makan malam," ucap Ima.
"Iya," jawab Nick. Saat Ima melangkah, ia menepuk bumper istrinya itu karena gemas.
"Mas! Nakal, deh," keluh Ima sambil tersenyum.
"Makanya jangan gemesin jadi orang!" sahut Nick.
Ima sangat bahagia karena suaminya begitu baik. Ia tak menyangka Nick yang baru bertemu beberapa kali dengannya itu bisa membuatnya nyaman.
Awalnya ia merasa khawatir karena belum dapat menebak sikap Nick yang terkadang dingin. Namun kali ini Ima sudah tidak khawatir lagi karena Nick lebih terbuka dan begitu lembut padanya.
"Kenapa aku jadi seperti ini? Bukankah tujuan aku menikahinya untuk menaklukannya? Tapi kenapa justru jadi aku yang ...?" Nick gelisah dengan perasaannya sendiri.
"Tapi tadi dia bilang gak tau apa-apa tentang aku. Masa iya dia gak dengar rahasiaku itu? Atau jangan-jangan dia hanya berakting agar aku tidak mendesaknya?" gumam Nick.
Ketika ia sedang melamun, ponselnya berdering. Amber kembali menghubunginya dengan panggilan video.
"Duh! Ngapain lagi sih dia?" keluh Nick. Ia kesal karena Amber mengganggu konsentrasinya.
Awalnya Nick mengabaikan panggilan tersebut. Namun akhirnya ia menjawab karena Ambert terus menghubunginya sampai berkali-kali.
"Iya, Honey. Ada apa?" tanya Nick. Meski berusaha mesra, tetapi raut wajah Nick terlihat kaku. Seperti sedang malas menjawab telepon itu.
"Kamu kok gitu, sih?" tanya Amber. Saat ini ia hanya mengenakan bikini, seperti sebelumnya.
"Gitu gimana? Aku cuma lagi pusing karena banyak kerjaan. Kamu coba ngerti, dong!" pinta Nick, kesal.
"Sejak kapan kamu jadi suka nyuekin aku kayak gitu, Nick? Biasanya sesibuk apa pun kamu, minimal kita bisa video call-an, lho. Tapi sekarang? Kamu seolah terus menghindar," keluh Amber.
"Kamu kan tahu, sekarang beban kerjaku itu bertambah, Amber. Masa kamu gak bisa ngertiin aku, sih?" keluh Nick.
Amber sengaja berpose seksi. Ia menunjukkan belahan dadanya pada Nick. Namun Nick sama sekali tidak tergoda. Sebab itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan keseksian tubuh Ima.
"Kamu gak pingin, Darl?" tanya Amber dengan tampang wajah yang sengaja dibuat-buat agar terlihat seksi.
"Amber, aku sedang sibuk. Tolong jangan kekanakkan seperti itu!" tegur Nick.
Sementara itu, Bibi yang melihat Ima pun menyapanya.
"Duh, kayaknya Nyonya lagi happy banget, deh," ucap Bibi yang sedang ada di dapur.
"Emang kelihatan ya, By?" tanya Ima, malu.
"Dari jauh juga kelihatan wajah Nyonya itu berbinar-binar," ucap Bibi. Ia senang karena istri Nick begitu ramah.
Awalnya Bibi khawatir, pria seperti Nick akan menikahi wanita high class yang sombong. Namun ternyata Ima justru jauh dari ekspetasinya. Gadis anggun yang sopan dan ramah, serta bisa menghargai orang lain.
"Hehehe, namanya juga pengantin baru, By. Pasti happy, kan," ucap Ima.
"Iya, saya senang kalau Nyonya happy. Semoga bisa membawa dampak positif bagi Tuan Nick," sahut Bibi. Kemudian ia pamit pada Ima.
"Mau ke mana, Bi?" tanya Ima.
"Ini mau nyuci sprei dulu," sahut Bibi.
Ima pun terkesiap. Ia yakin bahwa sprei yang akan dicuci itu adalah sprei yang tadi ia basahi. "Biar aku aja yang nyuci, By!" ucap Ima.
Ia malu jika orang lain yang menyuci spreinya.
"Jangan, Nyonya. Saya bisa dimarahi Tuan jika Nyonya yang menyucinya," sahut Bibi.
"Tapi kan saya gak enak kalau Bibi yang nyuci," ucap Ima.
"Udah gak apa-apa. Bibi udah biasa. Nanti Bibi Nyucinya sambil tutup mata, hehe," sahut Bibi. Ia paham apa yang membuat Ima malu. Sebab saat melepas spreinya tadi, Bibi melihat ada banyak bercak dan noda di sprei itu.
"Maaf ya, Bi," ucap Ima, menyesal.
"Iya gak apa-apa," sahut Bibi.
Setelah Bibi pergi, Ima pun mencari bahan makanan yang ada di kulkas. "Hem ... masak apa, ya?" gumam Ima.
"Eh iya, aku lupa deh. Mas Nick sukanya makan apa, ya? Kayaknya aku tanya aja, deh," ucap Ima. Ia pun berjalan ke ruang kerja Nick kembali.
Nick tidak tahu Ima sedang berjalan ke sana. Ia pikir istrinya itu sedang masak. Sehingga saat ini ia masih menerima telepon dari Amber dengan santai.
"Sudahlah, Amber! Aku sedang tidak menginginkannya," ucap Nick. Sebab saat itu Amber sedang menggoda Nick dengan tubuh seksinya.
"Mas!" ucap Ima sambil membuka pintu ruang kerja Nick. Ia lupa mengetuk pintu. Sehingga Nick terperanjat kala menyadari ada Ima masuk ke ruang kerjanya.
Sontak Nick pun langsung memutuskan sambungan teleponnya.
"I-iya. Ada apa?" tanya Nick, gugup.
"Maaf aku terlalu semangat sampai lupa menutup pintu," ucap Ima.
"Iya tidak apa-apa," sahut Nick.
"Kamu kenapa, Mas? Kok kayak gak nyaman gitu, sih? Mukanya juga merah. Kamu demam?" tanya Ima. Ia mendekat dan menangkup pipi suaminya. Khawatir suaminya itu sedang sakit.
"Enggak, Sayang. Aku cuma kelelahan aja. Lagi banyak kerjaan," jawab Nick. Ia menggenggam tangan Ima dan menarik tangan itu dari pipinya, secara perlahan.
"Syukurlah. Tapi kok tangan kamu dingin sih, Mas?" tanya Ima sambil menggenggam kedua tangan Nick.
"Iya, AC-nya kan nyala. Jadi dingin," sahut Nick, kikuk.
"Ooh ...." Ima sedikit curiga saat melihat tingkah laku Nick. Ia khawatir suaminya itu sakit, tetapi menyembunyikan darinya.
Saat Ima hendak bicara, ponsel Nick kembali berdering. Ternyata Amber kesal kala Nick memutus sambungan teleponnya. Apalagi tadi dia mendengar suara Ima sebelum panggilannya terputus.
Ima menoleh ke arah ponsel Nick. Beruntung Nick menaruh ponsel itu dengan posisi terbalik. Sehingga Ima tidak dapat melihat layarnya.
"Kok gak dijawab, Mas?" tanya Ima sambil tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ustadzah Dinikahi Mafia Tampan
RomanceIma dilamar oleh seorang Mafia yang pura-pura mencintainya hanya karena gadis itu mengetahui rahasianya. Sang Mafia bernama Nick itu tidak ingin rahasianya terbongkar. Sehingga ia terpaksa menikahi Ima agar bisa membungkam mulutnya. Padahal selama...