30. Bisnis Haram

24.8K 1.3K 60
                                    

Saat ini Nick sedang berada di kantornya. Ia mendapat telepon dari anak buahnya yang ada di perbatasan.

"Kenapa waktu itu tidak kalian habisi saja mereka? Kalau sudah begini kan semua repot jadinya," tegur Nick, pada anak buah yang ada di seberang telepon.

Ia sedang kesal karena beberapa bulan yang lalu anak buahnya berhasil menangkap seorang komandan yang berjaga di perbatasan. Yang membuat Nick kesal adalah, komandan itu berhasil melarikan diri. Sehingga markas mereka diketahui.

Markas tersebut adalah tempat transit penyelundupan barang ilegal yang nantinya akan mereka bawa masuk ke Indonesia melalui jalur darat dan udara. Biasanya mereka bergerak tengah malam agar tidak diketahui oleh penjaga perbatasan.

Berhubung markas mereka diketahui, mau tidak mau mereka harus pindah dan membuat markas baru yang lebih jauh. Namun, sebelum markas baru mereka selesai, para tentara penjaga perbatasan itu telah menyerang markas mereka kembali.

Tentara itu pun berhasil mengamankan banyak senjata ilegal yang ada di markas tersebut. Hal itulah yang membuat Nick sangat murka.

"Maaf, Tuan. Saat saya tiba di sana, Komandan dan dokter itu sudah melarikan diri. Sebab Anak buah saya tidak berani langsung menghabisi mereka, sebelum saya datang," jelas anak buah Nick yang merupakan pemimpin di markas tersebut.

"Kalau sudah begini, siapa yang akan tanggung jawab? Apa kalian bisa ganti rugi, hah? Bahkan nyawamu pun tidak cukup untuk membayar kerugianku!" Nick sangat kesal karena harus mengalami kerugian yang cukup besar.

Selain itu, para klien yang sudah memesan bahkan membayar senjata itu terus mendesak team Nick karena pesanan mereka belum juga tiba. Nick jadi khawatir akan kehilangan kepercayaan pada klien elit tersebut.

Saat ini, ia tidak pernah menemui kliennya secara langsung. Ada kaki tangan Nick yang berhubungan dengan mereka. Sebab ia tidak ingin identitasnya diketahui. Jika tidak, Nick tidak mungkin bisa membiarkan Ima pergi ke luar rumah sendirian.

Sebab, sebagai mafia, tentu Nick memiliki banyak musuh yang mengincar nyawanya.

"Mohon ampun, Tuan. Saya berjanji hal seperti ini tidak akan terulang lagi. Tapi saya tidak sanggup jika harus membayar semua itu ... bagaimana jika saya membayarnya dengan anak gadis saya, Tuan?" tawar anak buah Nick.

"Cuih! Kamu pikir sehebat apa anakmu sampai ingin kau sandingkan denganku? Aku tidak butuh wanita. Yang kubutuhkan hanya uang. Oke, jika kamu tidak bisa membayarnya, kamu harus bisa membalaskan semua perbuatan komandan itu!" ucap Nick.

"Maksudnya bagaimana, Tuan?" tanya anak buah Nick.

"Kamu ini bodoh atau apa? Habisi dia! Bila perlu tangkap orang terdekatnya agar dia mau menyerah," bentak Nick. Kemudian ia memutuskan sambungan teleponnya.

Nick sangat emosi karena mengalami kerugian besar. "Sial! Sampai aku bertemu dengan komandan itu, akan aku habisi dengan tanganku sendiri!" desis Nick.

Ia tidak terima karena bisnisnya diganggu. Padahal selama ini tidak ada yang berani mengusiknya. Namun, sejak beberapa tahun terakhir, ia jadi tidak tenang karena ada komandan baru di perbatasan. Ia tidak bisa diajak kompromi meski ditawari uang dalam jumlah yang cukup besar.

Kekayaan Nick dari bisnis haramnya itu cukup banyak. Sebab ia bukan hanya menjual senjata ilegal. Namun masih banyak barang lain yang ia bawa masuk melalui berbagai penjuru Indonesia. Termasuk berlian, barang antik, bahkan hewan langka yang diawetkan.

Nick harus menyelundupkan semua barangnya melalui perbatasan agar ia tidak perlu membayar bea cukai. Belum lagi barang seperti senjata dan hewan langka sudah pasti akan disita oleh pihak bea cukai jika menemuinya.

Klien yang membeli barang padanya pun senang. Sebab harga yang ia tawarkan masih di bawah harga pasaran. Sebab ia tidak perlu membayar pajak yang nominalnya memang cukup besar.

Untuk barang impor yang harganya lebih dari $1500 (kurang lebih sekitar 20 juta), importir harus membayar bea masuk (7,5%: barang umum, 15-20%: tas dan tekstil, 25-30%: sepatu), ditambah PPN 10% dan PDRI (pajak dalam rangka impor).

Sehingga jika barang tersebut bernilai ratusan juta. Maka sudah dapat dibayangkan berapa pajak yang harus dibayar untuk setiap barangnya.

Selain itu, penerima barang atau pembeli pun harus menyampaikan pemberitahuan impor barang. Untuk menghitung besaran pajak yang harus dibayarkan kepada bea cukai. Belum lagi pajak tahunan yang harus mereka bayarkan.

Sehingga mereka lebih memilih menyogok penjaga perbatasan dengan uang ratusan juta, dari pada harus membayar pajak. Sebab, Nick sekali mengimpor barang, nilainya bisa mencapai puluhan, bahkan ratusan miliyar.

Bisnis gelap seperti ini memang masih banyak diminati. Hal itulah yang membuat Nick semakin berjaya. Seandainya orang tua Nick tahu, mereka pasti akan sangat marah. Sebab, Haris dan Rose merupakan orang yang taat hukum.

Saat sedang kusut dengan pekerjaannya, Nick menghubungi Ima untuk menenangkan diri. Mendengar suara Ima, bisa membuat hatinya sedikit lebih tenang.

Telepon terhubung.

"Assalamu alaikum, Mas," sapa Ima.

"Waalaikum salam. Kamu lagi di mana, Sayang?" tanya Nick. Ia melihat Ima sedang duduk di sebuah tempat. Sebab Nick menggunakan panggilan video.

"Ini lagi duduk di kantin, Mas. Kamu udah makan, belum?" Ima balik bertanya.

"Aku baru selesai kerja, habis ini aku makan. Kamu makan apa?"

Ima pun memutar kameranya, kemudian mengarahkan kamera tersebut ke arah makanan yang sedang ia santap.

"Aku makan ini, Mas. Kamu jangan telat makan, ya!" pinta Ima.

Saat itu Ima sudah mengangkat ponselnya kembali. Namun ia lupa memutar kameranya. Sehingga Ima bisa melihat wajah Nick, tetapi Nick justru melihat wajah orang lain.

Nick tidak langsung protes. Ia memperhatikan orang yang duduk di meja seberang Ima. 'Siapa dia? Sepertinya aku pernah melihatnya,' batin Nick.

Hatinya kesal karena orang itu terus mencuri pandang ke arah Ima. Nick berusaha mengingat-ingat siapa pria itu, hingga akhirnya ia ingat. 'Ah, itu kan pria yang waktu itu datang ke pernikahanku. Ternyata dia ada di sana juga?' batin Nick.

"Sayang! Kamu lagi di kantin mana?" tanya Nick.

"Di kantin pondok, Mas. Eh ini kameranya belum diputar, hehe. Maaf," ucap Ima. Ia pun langsung menekan tombol switch.

Saat itu Ima sedang makan di kantin khsusu guru. Meja ustadz dan ustadzah terpisah. Namun posisinya bersebrangan. Sehingga Adam masih bisa melihat Ima.

Ima sendiri tidak sadar ada Adam di sana. Sebab matanya memang tidak pernah jelalatan. Ia hanya fokus pada makanannya saja. Ia tidak sadar bahwa saat ini suaminya sedang terbakar api cemburu karena ada pria lain yang sedang memandangi istrinya.

Sebagai lelaki, Nick dapat menilai bahwa tatapan Adam bukan sekadar tatapan biasa. Ia tahu pria itu menyukai istrinya.

"Apa kamu tidak bisa makan di tempat lain, Sayang?" tanya Nick.

Ustadzah Dinikahi Mafia TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang