55. Pergi ke Dokter

23.1K 1.2K 38
                                    

Ima senang karena suaminya begitu bersemangat menyambut kehamilannya. "Ya udah kalau begitu kamu tunggu di meja makan aja, dulu! Aku sebentar lagi selesai," ucap Ima.

Ia tidak enak hati pada Bi Mar jika mereka terus bermesraan seperti itu. Apalagi Bi Mar tidak mungkin pergi begitu saja karena pekerjaannya belum selesai di sana.

"Tapi aku maunya di sini. Kan udah dua malam aku gak—"

Ima langsung menoleh dan memotong ucapan Nick. "Mas, cobain ini, deh!" ucap Ima. Ia sangat terkejut karena Nick hampir mengatakan bahwa mereka sudah dua malam tidak berhubungan suami istri.

Nick pun tidak menolak. Ia membuka mulutnya dan mencicipi makanan buatan Ima. "Hem, masakan kamu gak pernah gagal. Gimana aku gak makin cinta, coba," ucap Nick. Kemudian ia mengecup kepala Ima.

'Syukurlah. Hampir saja,' batin Ima.

Sementara itu Bi Mar tersenyum sambil memalingkan wajah. Ia dapat menebak apa yang akan dikatakan oleh Nick. 'Dasar, Tuan!' batinnya.

Nick pun benar-benar menemani Ima masak. Namun Ima justru merasa Nick mengganggunya. Ia jadi tidak leluasa bergerak.

"Mas, jujur aja aku tuh kalau masak sambil dilihatin malah jadi grogi," ucap Ima, sambil menghentikan gerakkannya.

"Kenapa? Kan sama suami sendiri," tanya Nick.

"Ya tetep aja. Gimana kalau aku jadi salah masukin bumbu? Masakannya nanti gak enak," ujar Ima.

"Oke aku ngalah. Aku tunggu di meja makan. Jangan lama-lama, ya!" pinta Nick.

"Hem!" sahut Ima.

Akhirnya Nick pun meninggalkan Ima ke ruang makan.

Saat suaminya pergi, Ima menoleh ke arah Bi Mar. "Bi, maaf ya kalau sikap Mas Nick jadi bikin Bibi gak nyaman," bisik Ima.

"Iya, gak apa-apa, Nyonya. Namanya juga pengantin baru. Apalagi kan Nyonya baru hamil. Mungkin Tuan terlalu bahagia," jawab Bi Mar. Ia tidak ingin Ima malu.

"Hehehe, terima kasih kalau Bibi ngerti," ujar Ima. Ia lega karena Bi Mar tidak mempermasalahkannya.

"Sudah, Nyonya jangan memikirkan yang tidak perlu dipikirkan. Bibi sudah biasa di sini, jadi gak kaget dengan sikap Tuan yang memang terkadang tindakannya tidak bisa diprediksi, hehe," ucap Bibi.

"Bibi kayaknya udah paham banget gimana Mas Nick, ya?" tanya Ima.

"Enggak juga, Nyonya. Cuma kebetulan saja ada beberapa sikap Tuan yang memang seperti itu. Tapi, sejak ada Nyonya di rumah ini, Tuan terlihat jadi lebih ceria dan mudah senyum, hehe," bisik Bibi.

"Oya? Emang dulu jarang senyum?" tanya Ima.

"Begitulah kira-kira," sahut Bibi, sambil menoleh ke belakang. Khawatir ada Nick di sana.

Setelah selesai masak, Ima dan Nick makan bersama. Sejak mengandung, Ima jadi lebih mudah lapar. Bahkan pagi-pagi ia bisa makan nasi agar tidak kelaparan.

"Makan yang banyak, ya! Jangan takut gemuk. Yang penting kamu dan anak kita sehat," ucap Nick.

Ima tersenyum. "Iya, Mas. Tapi gak harus banyak juga. Yang penting gizinya cukup," sahut Ima.

"Apa pun itu, yang penting kamu happy dan sehat selalu," ucap Nick, kemudian ia mengusap kepala Ima.

"Nanti mau ke rumah sakit jam berapa?" tanya Nick.

"Aku belum tau. Enaknya jam berapa, ya?" Ima balik bertanya.

"Gimana kalau habis sarapan kita langsung ke rumah sakit?" usul Nick.

Ustadzah Dinikahi Mafia TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang