49. Nyawanya di Tangan Kamu

23.5K 1.4K 53
                                    

Saat sudah berada di kamar Nick terlihat begitu tegang. Ia bingung harus mulai menjelaskan dari mana

"Duduk dulu, Sayang!" ucap Nick.

Ima pun menuruti permintaan suaminya itu. Ia duduk di sofa kamar mereka. Setelah itu Nick berjongkok di hadapannya.

Nick menggenggam kedua tangan Ima sambil menatapnya. Sedangkan Ima memalingkan wajahnya karena malas menatap Nick.

"Sayang, aku mohon maaf atas segala kesalahan yang pernah aku perbuat di masa lalu," ucap Nick dengan suara tercekat.

Tidak mudah melakukan pengakuan dosa di hadapan orang yang dicintai. Apalagi dosanya begitu besar.

"Dulu aku memang pria brengsek. Jauh dari agama. Aku bun sering berzina," ucap Nick sambil menahan napas. Ia memejamkan mata karena merasa berat dan tidak sanggup untuk melanjutkan ucapannya.

Gluk!

Nick menelan saliva karena Ima tidak merespon sama sekali.

"Aku menyesal atas semua yang pernah aku buat. Tapi aku bersumpah demi Allah, setelah menikah denganmu aku tidak pernah melakukan hal itu lagi," ucap Nick sambil mengangkat dua jarinya.

Ima langsung menoleh. "Jangan bawa-bawa nama Allah! Apalagi jika kamu mengucapkan sumpah palsu. Kamu pikir, aku tidak bisa melihat dengan mata kepalaku sendiri? Mungkin jika aku tidak datang ke apartemen itu, saat ini kamu masih asik bercinta dengan wanita itu," ucap Ima.

Nick menggelengkan kepalanya. "Kamu salah! Tidak ada sedikit pun niatku untuk melakukan apa yang kamu tuduhkan. Aku sangat marah padanya dan akhirnya aku gelap mata. Apa yang kamu lihat tadi, itu aku sedang ingin membunuhnya," ucap Nick, pasrah.

Deg!

"Kamu jangan main-main dengan nyawa manusia, Mas!" ucap Ima. Ia tidak menyangka suaminya nekat melakukan hal itu.

"Aku tidak main-main. Dia berani merusak rumah tanggaku. Jadi aku tidak akan segan untuk membunuhnya. Jika sampai kamu tidak mau kembali denganku, maka dia harus mati," ucap Nick, tegas.

Ima mengerutkan keningnya. "Aku gak nyangka kamu sekejam itu, Mas. Aku pikir kamu pria yang baik dan lembut," ucap Ima.

"Ya, aku memang kejam. Banyak hal yang belum kamu tau tentang aku. Tapi yang pasti, cuma kamu yang bisa membuatku bersikap lembut," sahut Nick.

"Bohong! Kamu menikahiku bukan karena cinta. Namun, entah rahasia apa yang kamu maksud sampai tega menikahi aku hanya untuk mengendalikanku," ujar Ima sambil berurai air mata.

Hatinya begitu perih setiap kali mengingat rekaman suara itu.

"Sayang, itu hanya salah paham. Ya, dulu aku pernah bicara seperti itu. Tapi nyatanya, setelah menikah denganmu. Aku justru jatuh cinta dan takut kehilangan kamu," ucap Nick.

"Saat ini aku tidak tahu harus percaya pada siapa, Mas,"  lirih Ima.

"Aku tidak akan memaksa kamu untuk percaya padaku. Tapi yang terpenting kamu tetap tinggal di sini dan hidup bersamaku. Jangan pernah sekali pun berniat untuk meninggalkan rumah ini. Jika kamu nekat pergi, maka aku pun bisa lebih nekat," ancam Nick.

Ia tidak tahu harus berbuat apa agar Ima tetap bertahan dengannya. Sehingga Nick nekat mengancam Ima seperti itu.

"Sampai kamu pergi dari rumah ini, aku tidak akan segan untuk membunuhnya. Jadi, nyawa dia ada di tangan kamu. Jika kamu meninggalkanku, artinya kamu mau dia mati," ujar Nick.

Nick tidak peduli dengan pendapat Ima tentangnya. Ia sudah kepalang basah, sehingga menunjukan sifat aslinya di hadapan Ima.

"Mas! Kenapa kamu menempatkan aku di posisi yang sulit?" keluh Ima.

"Karena aku cinta kamu dan aku tidak ingin kehilangan kamu, Sayang," jawab Nick.

Napas Ima terlihat menggebu. Kali ini ia merasa takut berhadapan dengan suaminya sendiri. Nick yang biasanya lembut itu terlihat menyeramkan.

"Cinta bukan seperti itu, Mas," ucap Ima. "Atau ini hanya ancaman kamu supaya aku percaya, kan?" tuduh Ima.

Ia berusaha untuk tidak percaya bahwa suaminya itu jahat. Ia pikir Nick bersikap seperti itu hanya demi membuatnya percaya bahwa Nick tidak berselingkuh.

Nick menyunggingkan sebelah ujung bibirnya. Ia mengambil ponsel dan menghubungi Joe yang sedang mengurus Amber itu, melalui panggilan video.

Telepon terhubung.

"Kamu di mana?" tanya Nick.

"Aku sedang di apartemen Nona Amber, Bos," jawab Joe.

"Bagus! Tolong perlihatkan wajah wanita itu. Istriku ingin melihatnya," pinta Nick.

Sebelumnya Nick sudah meminta Joe untuk menyiksa Amber terlebih dahulu. Ditambah lagi dengan siksaan yang sebelumnya Nick lakukan. Sehingga wajah Amber saat ini babak belur.

"Baik, Bos!" sahut Joe. Ia memutar kameranya, kemudian memperlihatkan Amber yang sedang diikat dengan kondisi babak belur.

Nick menunjukkan layar ponselnya ke hadapan Ima. "Kamu lihat sendiri!" ucapnya.

Ima ternganga sambil menutup mulutnya dengan tangan. Ia tak menyangka apa yang Nick katakan memang benar.

"Jika kamu telat datang, mungkin saat ini wanita itu sudah mati di tanganku. Terima kasih karena kamu sudah menyelamatkanku, Sayang," ucap Nick sambil beranjak dan duduk di samping Ima.

Saat Amber menunduk, Joe tak segan untuk menjambak rambutnya sampai mendongak. Sehingga wajahnya bisa terlihat jelas di kamera.

"Apa tidak dibunuh saja, Bos? Dia sudah sangat keterlaluan," tanya Joe.

Nick melirik ke arah Ima. "Bagaimana? Apa kamu tega jika dia mati? Oh iya, kamu kan cemburu padanya. Pasti kamu benci dan tidak peduli dengan nyawanya, kan?" tanya Nick.

"Kamu jahat! Aku benci kamu!" ucap Ima, sambil menangis. Ia takut melihat Nick yang seperti itu.

"Kamu jangan takut sama aku, Sayang. Aku tidak akan tega menyakitimu. Jadi orang lain yang akan menanggung akibatnya jika kamu berani meninggalkanku," bisik Nick. Kemudian ia mengecup pipi Ima.

Ima langsung memalingkan wajahnya. Ia tak sudi dikecup oleh pria itu.

"Joe! Jadikan dia tawanan kita! Nyawanya ada di tangan istriku tercinta," ucap Nick.

"Siap, Bos!" sahut Joe. Setelah itu Nick memutuskan  sambungan teleponnya.

"Gimana? Apa kamu percaya sekarang?" tanya Nick sambil merangkul Ima.

Ima menatap Nick dengan tatapan benci. Saat ini Nick seperti orang asing baginya.

'Maaf jika aku membuatmu takut. Tapi aku tidak memiliki cara lain agar kamu mau bertahan. Aku berjanji tidak akan pernah menyakitimu lagi, Ima,' batin Nick sambil menatap Ima.

Hatinya begitu perih kala mendapatkan tatapan sinis dari Ima. Wajah teduh yang menyejukkan hati itu kini terlihat garang.

"Sayang, aku cinta kamu. Mohon beri aku kesempatan untuk memperbaiki diri. Saat ini aku sedang belajar agama agar bisa pantas menjadi suamimu," ucap Nick dengan wajah memelas.

Nick seperti orang yang memiliki kepribadian ganda. Tadi ia terlihat begitu menakutkan. Namun kini Nick justru terlihat seperti orang lemah.

Ima tidak mengatakan apa pun. Ia sedang mengatur napas karena hatinya begitu sesak.

"Aku tau saat ini kamu sedang bingung. Aku tidak akan memaksa tapi aku mohon agar kamu mau menuruti kata-kataku. Jangan pernah tinggalkan aku! Hem?"

"Tidak memaksa, kamu bilang?" tanya Ima. "Lalu ancaman tadi itu apa?" tanyanya.

"Aku terpaksa karena takut kamu nekat pergi dari hidupku," sahut Nick. Napasnya pun terlihat tersenggal.

"Tolong beri aku waktu, Mas! Saat ini aku takut berhadapan denganmu. Aku tidak kenal kamu, aku merasa asing. Sakit, sedih, kecewa...," lirih Ima. Kemudian ia kembali menangis.

"Maaf karena aku telah menyakitimu. Aku tidak bermaksud seperi itu. Bagaimana caranya agar aku bisa membuktikan bahwa aku cinta kamu, Ima?" tanya Nick, sambil mengusap kepala Ima.

Ima menatap Nick. Sepertinya ia ingin mengajukan sebuah syarat untuk suaminya itu.

Ustadzah Dinikahi Mafia TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang