62. Saya Hamil

22.5K 1.3K 33
                                    

Nick tercekat setelah mendengar ucapan mamihnya itu. Ia tak menyangka bahwa Ima tidak akan bisa melupakannya.

"Apa semua wanita pendendam, Mih?" tanyanya.

"No! Itu bukan masalah dendam. Tapi itu perasaan. Hati wanita itu tulus dan halus. Jadi, sekali kamu menyakiti dia, kamu tidak akan mampu untuk mengobatinya lagi. Meski dia tersenyum, bisa saja sebenarnya dia menyembunyikan sebuah luka," jelas Rose.

"Ingat ya, Nick! Selain sulit melupakan masalah, wanita pun pandai menutupi perasaan. Jadi kamu harus hati-hati! Jangan sampai istrimu yang terlihat baik-baik saja itu tertekan karena kamu tidak sadar!" lanjutnya.

"Jadi aku harus gimana, Mih?" tanya Nick. Ia serius jika membahas masalah Ima.

"Kamu harus peka. Sayangnya banyak lelaki yang sulit melakukan itu. Terdengar sepele memang, tapi nyatanya sebagian besar lelaki tidak peka."

"Wanita itu ingin dimengerti. Jadi kamu harus tahu apa yang dia mau tanpa perlu kamu tanya!" ucap Rose.

Nick tercenung. "Bagaimana bisa, Mih? Aku kan bukan peramal yang bisa tahu tanpa diberitahu," ucap Nick, heran.

"Ya itu tugas kamu. Kalau kamu cinta dan tidak ingin kehilangan dia, maka kamu harus bisa membahagiakannya. Sebenarnya meskipun sering kesal pada suami, tetapi wanita lebih banyak menerima atas sikap yang tidak ia sukai itu," ucap Rose.

Nick pun lega.

"Tapi masalahnya kamu udah punya kesalahan fatal, jadi jangan sampai membuat kesalahan lagi! Jangan kamu abaikan hal-hal kecil seperti yang Mamih jelaskan tadi! Paham!" ucap Rose, tegas.

"Mih, aku kok jadi seperti anak kecil, sih?" tanya Nick.

"Mungkin kamu pintar untuk urusan bisnis. Tapi kamu bodoh untuk masalah perempuan!" skak Rose.

Gluk!

"Iya aku kan belum pengalaman, Mih," ucap Nick, memelas.

"Apanya belum pengalaman, hah? Makanya hubungan itu jangan cuma tentang ranjang saja! Tapi banyak hal yang perlu kamu pahami. Sering tidur sama cewek sih bilang belum pengalaman," gerutu Rose.

"Sebagai orang tua, Mamih merasa gagal, Nick. Apa yang kamu lakukan itu dosa besar. Apa kamu tidak kasihan pada orang tuamu?" tanya Rose.

"Aku khilaf, Mih," ucap Nick.

"Halah! Khilaf kok bertahun-tahun!" skak Rose.

Nick pun terdiam. Ia sedang khawatir orang tuanya akan mengetahui tentang bisnis yang sudah ia lepas itu. Nick yakin mereka akan sangat murka. Jika sampai mereka tahu, mungkin dirinya bisa dicoret dari kartu keluarga.

"Ya sudah, kalau begitu aku pamit dulu ya, Mih. Sebenarnya siang ini aku ada janji makan siang dengan Ima. Tapi karena Mamih memanggilku, akhirnya janjinya aku batalkan," ucap Nick.

"Kenapa kamu gak bilang?" tanya Rose.

"Ya kan tadi Mamih gak ngasih aku kesempatan untuk bicara," sahut Nick.

"Harusnya kamu bilang dong kalau emang ada janji sama Ima. Mamih juga gak akan maksa," ucap Rose. Ia tidak mau tahu dengan penjelasan anaknya itu.

Nick terdiam sambil menatap Rose dengan tatapan datar. Ia kesal karena selalu disalahkan.

"Ya sudah kalau begitu kamu temui dia, sana!" ucap Rose.

"Telat, Mih. Pasti dia sudah makan di pondok. Ya sudah aku kembali ke kantor," jawab Nick.

"Oke, hati-hati! Ingat, ya! Wanita itu ahli sejarah!" sahut Rose.

"Iya, Mih. Assalamualaikum," ucao Nick. Ia pun meninggalkan rumah tersebut.

Sepanjang jalan Nick melamun. Ia jadi memikirkan perkataan Rose. Nick khawatir Ima benar-benar tidak bisa melupakannya dan hal itu akan menjadi bom waktu yang bisa meledak kapan saja.

"Aku harus bagaimana agar dia bisa melupakan hal itu?" gumam Nick.

Saat sedang memikirkan istrinya, ada telepon masuk dari Ima.

Nick pun langsung menjawab panggilan tersebut. "Iya, Sayang," ucapnya.

"Assalamualaikum," sahut Ima, sekaligus menyindir Nick.

"Waalaikumsalam. Maaf, aku lupa," jawab Nick. Ia lupa karena tadi terlalu semangat menjawab telepon dari istrinya itu.

"Mas lagi di mana?" tanya Ima.

"Aku lagi di jalan, mau ke kantor. Ada apa, Sayang?" Nick balik bertanya.

"Ini, aku kebetulan udah selesai ngajar. Jadi mau langsung pulang," jawab Ima.

"Ya udah kalau begitu aku jemput sekarang, ya!" sahut Nick, cepat.

"Lho, gak usah, Mas. Kan kamu mau ke kantor. Aku biar naik kendaraan umum aja," jawab Ima.

"Gak! Pokoknya aku jemput sekarang!" sahut Nick. Kemudian ia memutus sambungan teleponnya.

"Lho, malah dimatiin," gumam Ima sambil menatap ponselnya.

Mau tidak mau Ima pun menunggu suaminya itu. Saat ia sedang menunggu, ada Adam melintas. Pria itu pun menyapa Ima.

"Assalamualaikum, Ustadzah," sapa Adam.

"Waalaikumsalam, Ustadz," sahut Ima. Ia berusaha tetap bersikap ramah meski risih.

"Saya dengan Ustadzah resign, ya?" tanya Adam.

"Iya, Ustadz. Kebetulan saya sedang hamil muda, jadi mau istirahat di rumah saja," jawab Ima. Ia sengaja mengatakan hal itu agar Adam sadar bahwa Ima sudah menikah.

Hati Adam hancur mendengarnya. Meski sudah tahu Ima telah menikah, tetapi Adam sangat kecewa saat mengetahui Ima hamil.

"Wah, selamat ya. Semoga lancar sampai melahirkan nanti," ucap Adam. Ia berusaha untuk bersikap netral meski hatinya sakit.

"Alhamdulillah. Terima kasih Ustdaz," jawab Ima.

Saat mereka sedang berbincang, mobil Nick tiba di pondok. Pria itu pun melihat ada seorang pria berdiri di samping istrinya.

"Ustadz macam apa yang selalu berusaha mendekati istri orang?" geram Nick.

Ia pun memarkir mobilnya kemudian turun dari mobil tersebut. Setelah itu Nick menghampiri istrinya itu.

"Assalamualaikum, Sayang!" salam Nick. Kemudian ia langsung mendaratkan sebuah kecupan di pipi Ima. Nick ingin menunjukkan bahwa dirinyalah yang memiliki wanita itu. Adam pun salah tingkah dibuatnya.

"Waalaikumsalam," sahut Ima. Ia khawatir Nick akan marah pada Adam.

"Ayo!" ajak Nick, sambil merangkul pinggang istrinya.

"Saya duluan ya, Ustadz," ucap Ima. Ia tidak mungkin pergi begitu saja.

"Iya, silakan!" sahut Adam.

Setelah mengucapkan salam, Ima pun pergi meninggalkan tempat tersebut.

Nick puas karena bisa menunjukkan kemesraan di hadapan Adam. Ia merangkul Ima dengan begitu mesranya sambil berjalan menuju mobil mereka.

Tiba di mobil, Nick pun membukakan pintu untuk istrinya tersebut. Ia memperlakukan Ima dengan begitu baik, layaknya seorang putri.

Setelah menutup pintu mobil Ima, Nick masuk ke pintu sebelahnya. Ia tak peduli meski Adam sedang memperhatikan mereka dengan tatapan nanar.

"Siapa dia?" tanya Nick. Saat sudah masuk ke mobil.

Ustadzah Dinikahi Mafia TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang