99. Bukan Aku Orangnya

14.4K 1.1K 41
                                    

"Panggil polisi!" teriak Nick. Ia masih menggebu-gebu. Nick tak dapat membayangkan jika air panas itu tersiram ke istrinya.

"Satu tetes pun air itu mengenai tubuh istriku. Akan aku rebus kamu hidup-hidup!" Nick semakin gelap mata.

"Mas, istighfar!" ucap Ima, pelan. Ia mengusap-usap punggung suaminya.

"Lebih baik segera bawa dia ke rumah sakit!" ucap Ima. Ia tidak tega melihat wajah wanita itu melepuh.

Orang-orang bingung melihat sikap Ima. Mereka tidak habis pikir mengapa Ima masih peduli dengan wanita itu.

"Ya Tuhan, kenapa beliau baik sekali? Aku kalau jadi beliau, sudah kujambak wanita itu."

"Itu dia. Pantas saja Tuan Nick sampai tergila-gila padanya."

"Sudah berusaha menggoda suaminya, kini mau mencelakai istrinya. Wahhh, aku kalau jadi beliau sih gak ada ampun, ya."

Para staf sibuk bergossip membahas Ima. Mereka sangat kagum dengan sosok yang pemaaf itu.

"Tolong urus orang ini!" ucap Ima pada asisten Haris yang saat itu mendampingi Nick.

"Baik, Nyonya," jawab asisten.

"Lebih baik kita pulang sekarang, Mas!" ajak Ima.

Akhirnya mereka pun meninggalkan ruangan itu. Ima tidak ingin melihat Nick semakin murka, sehingga ia langsung mengajaknya pergi dari sana.

"Keterlaluan sekali!" keluh Nick sambil berjalan meninggalkan ruangan itu.

"Sabar, Mas! Kita tidak perlu membalasnya dengan kejahatan. Biar Allah saja yang membalasnya," ucap Ima.

"Tapi dia hampir mencelakai kamu," ujar Nick, sedikit menyentak.

"Alhamdulillah Allah melindungiku melalui kamu. Aku punya suami siaga yang bisa diandalkan. Terima kasih ya, Mas," ucap Ima sambil menatap Nick.

Nick langsung menghentikan langkahnya. Ia pun menoleh ke arah Ima. "Kamu luar biasa," ucapnya. Ia tak dapat berkata-kata lagi. Nick langsung memeluk Ima di depan umum.

Semua orang yang melihatnya sangat iri. Mereka terlihat begitu romantis.

"Sekarang kita pulang, yuk! Nanti aku kasih hadiah," bisik Ima. Ia tahu suaminya sedang emosi. Sehingga Ima berusaha menghiburnya.

Nick melepaskan pelukannya. "Kamu memang paling bisa," ucapnya sambil mencubit hidung Ima. Kemudian ia menggandeng istrinya itu menuju lobby.

Beberapa saat kemudian, mereka tiba di rumah. Namun Nick merasa risih ketika melihat ada Alvin di sana.

"Mau apa dia datang ke sini?" gumamnya, kesal.

"Mas kok begitu sama saudara sendiri?" tanya Ima. Ia tidak suka jika suaminya memiliki kebencian pada orang lain. Terlebih itu adalah saudaranya sendiri.

"Dia yang cari gara-gara sama aku," sahut Nick, kesal.

Sampai saat ini Nick masih mengira bahwa Alvin yang mengadu pada Rose, mengenai hubungannya dengan Amber. Sehingga ia pikir pria itu masih ingin berusaha menghancurkan rumah tangganya.

"Ada apa?" tanya Nick. Ia tidak bisa berakting. Sehingga Nick menunjukkan apa yang ia rasakan.

"Wooww, santai dong, Bro! Aku datang baik-baik, tapi sambutannya hangat sekali," ucap Alvin.

"Assalamualaikum," ucap Ima. Ia tidak ingin mereka bertengkar.

"Waalaikumsalam. Apa kabar?" sapa Alvin.

"Lebih baik kamu masuk!" Nick meminta Ima masuk. Ia tidak suka istrinya berinteraksi dengan Alvin.

Ima pun menuruti suaminya. Ia pamit pada Alvin dan masuk ke rumahnya.

"Ada apa?" tanya Nick lagi.

"Astaga, Nick! Kamu tuh sampai kapan mau begitu terus? Oke, dulu aku memang sempat menginginkan dia. Tapi sekarang aku sadar bahwa dia memang mencintai kamu," ucap Alvin.

"So?"

"Aku ke sini cuma mau minta tolong."

"Apa kamu tidak malu? Setelah kamu berusaha merusak rumah tangga kami, sekarang kamu mau minta tolong?" tanya Nick.

Alvin mengerutkan alisnya. "Maksudnya?" Ia tidak merasa pernah merusak rumah tangga mereka. Dulu memang Alvin berniat merebut Ima dari Nick. Namun ia mengurungkan niatnya setelah tahu keseriusan Nick.

"Kamu kan yang mengadu ke Mamih mengenai Ambar?" tuduh Nick.

Alvin ternganga. "What the hell! Kamu pikir aku ini orang yang kurang kerjaan, hah? Hei! Aku sibuk, Bro. Mana sempat mengurusi hal remeh seperti itu," sahut Alvin, yakin.

"Kalau bukan kamu, lalu siapa?" tanya Nick.

Alvin tergelak. "Hahaha, mana aku tahu. Itu kan masalahmu. Kenapa tanya ke aku?" sahutnya.

Nick memicingkan matanya. Ia kesal sekaligus malu.

"Aku tidak ingin merendahkan diriku dengan melakukan hal kotor seperti itu. Kalaupun harus bersaing, aku akan bersaing secara sehat," ucap Alvin.

"Oke! Aku minta maaf telah salah menduga. Dulu kamu selalu berusaha mendekati istriku. Jadi aku pikir ...."

"Sudahlah! Istrimu memang perfect, jadi jangan heran kalau banyak yang mendekati. Tapi aku gak sebodoh itu. Bagaimana pun kita ini saudara. Mana mungkin aku merusah hubungan kita hanya karena seorang wanita," jelas Alvin.

"Syukurlah kalau kamu sadar. Jadi kamu mau minta tolong apa?" tanya Nick.

"Begini. Aku kan mau ada acara keagamaan di kantor. Kalau boleh, aku mau minta tolong istrimu untuk mengisi acara," pinta Alvin.

Nick berpikir sejenak. "Sorry ya, Vin. Aku bukannya gak ngizinin. Tapi tadi kamu lihat sendiri, kan? Kandungan istriku sudah semakin besar, jadi dia sudah mulai mengurangi aktifitasnya," jelas Nick.

"Tapi kalau sudah melahirkan nanti, insyaaAllah aku tidak akan melarangnya," lanjutnya.

"Eum ... iya juga, sih. Ya sudahlah kalau begitu. Nanti aku ke ustadz Zaki aja," ucap Alvin.

"Kamu kenal ustadz Zaki?" Nick terkejut.

Alvin tersenyum. "Kenal lah! Siapa sih yang gak kenal beliau? Ustadz tampan yang kondang. Eh! Tapi kamu tau gak?"

"Tau apa?"

"Ustadz Zaki itu anaknya Pak Hartawan," bisik Alvin.

"Hah?" Nick sangat terkejut. Ia memang pernah membantu Zaki. Namun ia tak menyangka bahwa pria itu adalah seorang anak dari konglomerat. Dulu anak buah Nick pernah memberitahunya. Namun Nick tidak mendengarnya dengan jelas.

"Iya. Sebenarnya ini rahasia umum di kalangan terbatas. Hanya sebagian kecil yang tahu masalah ini. Kamu kan tahu sendiri bagaimana dunia bisnis. Tapi meski begitu, ada saja yang berusaha mengganggu beliau," jelas Alvin.

"Pantas saja," gumam Nick.

"Kenapa?"

"Ah, tidak. Ya sudah, kamu mau mampir?"

"No! Aku kan mau ke rumah ustadz Zaki. Ya sudah, aku pamit dulu."

"Oke! Sekali lagi aku minta maaf, ya." Nick mengulurkan tangannya.

Alvin langsung memeluk Nick. "Iya, santai aja, Bro! Sampai kapan pun kita ini tetap saudara."

"Thanks, Vin!"

"Salam ya buat istri kamu," canda Alvin.

"Vin!" tegur Nick.

"Hahaha, iya-iya. Dasar Mafia bucin," ledek Alvin. Kemudian ia berlari masuk ke mobilnya.

Nick tersenyum sambil geleng-geleng kepala. Ia lega karena kini hubungan mereka sudah membaik.

Nick pun masuk ke rumahnya. Ternyata Ima masih berdiri di dekat jendela.

"Lho, kamu kok di sini?" tanyanya.

Ima tersenyum sambil menatap Nick. Ia senang karena suaminya sudah berdamai dengan sepupunya sendiri.

"Jadi dari tadi kamu memandang Alvin?" tuduh Nick, kesal.

Ustadzah Dinikahi Mafia TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang