64. Sudah Bisa

18K 1.2K 42
                                    

Nick gelagapan saat ditanya seperti itu oleh Ima. Rasanya sangat malu karena selama ini dirinya tidak bisa shalat. Apalagi tadi Nick sudah mengatakan bahwa tidak ada lagi yang ia sembunyikan dari istrinya itu.

Ehem!

Ia berdehem untuk menetralkan tenggorokkannya. "Iya, aku sedang menyempurnakan bacaan shalatku," jawab Nick, kikuk.

Melihat sikap Nick, Ima pun curiga. "Menyempurnakan atau baru mau belajar?" tanyanya.

Nick terkesiap. "Eum ...." Rasanya sangat sesak karena terlalu malu di hadapan istrinya sendiri.

Ima tersenyum. "Ya sudah, Mas. Gak perlu malu. Lebih baik belajar sekarang dari pada tidak sama sekali," ucap Ima.

Wajah Nick merah padam. Ia pun langsung berdiri dan memeluk istrinya itu. "Maafkan aku, Sayang. Aku memang suami tidak berguna," ucapnya. Rasa malu Nick sudah sampai ke ubun-ubun.

"Ya sudah, Mas. Yang penting kamu serius belajar. Bagaimanapun kamu itu imam aku. Kalau imamnya sendiri tidak bisa shalat, lalu mau dibawa ke mana kapal rumah tangga kita nanti," ucap Ima.

Ia cukup realistis. Sehingga tidak segan mengatakan hal itu meski terdengar pahit.

"Iya, Sayang. Aku akan berusaha sebaik mungkin. Semoga pas anak kita lahir nanti aku sudah hafal semuanya dan bisa azan, ya," ucap Ima.

"Aamiin ... ya udah kalau begitu dilanjut kerjanya! Kalau ngobrol terus nanti gak selesai-selesai," ucap Ima.

"Oke, tapi sun dulu, dong!" pinta Nick sambil menyodorkan pipinya.

"Dasar manja!" ucap Ima. Kemudian ia mengecup Nick. Namun Nick langsung menoleh, sehingga bibirnya mendarat di bibir Nick.

"Terima kasih, Sayang," ucap Nick sambil tersenyum.

"Iih, Mas!" keluh Ima. Ia pun tersenyum karena merasa suaminya itu sangat konyol.

"Apa? Mau lagi?" canda Nick.

"Enggak, ya udah ah, bahaya aku kalau di sini terus. Selamat kerja ya, Sayang," ucap Ima. Ia pun berjalan ke arah pintu.

"Terima kasih, Sayang," sahut Nick. Senyumannya sangat lebar karena ia bahagia.

Setelah keluar dari ruang kerja Nick, Ima pun bingung hendak melakukan apa. Sebab ia dilarang memasak oleh suaminya itu.

"Duh, aku jadi bingung. Ngapain, ya?" gumam Ima.

Ia tak membayangkan bagaimana jika setiap hari dirinya harus seperti itu. "Apa aku ikutin saran Mas Nick aja, ya? Bikin vlog tentang kajian. Lumayan sih bisa berbagi ilmu. Tapi aku gak pede," ucap Ima.

Akhirnya Ima mengambil ponsel dan mencari referensi tentang postingan kajian.

"Ooh, begini. Tapi gimana caranya biar aku gak perlu pakai wajahku, ya?" gumam Ima.

Ia memikirkan cara agar dirinya bisa syiar tanpa perlu menampilkan wajahnya. Sebab ia tidak ingin wajahnya terekspos di media.

Bukan apa-apa, Ima belum terbiasa berhadapan dengan kamera, sehingga ia merasa malu. Padahal selama ini ia sudah cukup sering bicara di depan jamaah yang cukup banyak. Namun menurutnya beda dengan kamera sebab ia harus bicara sendiri.

"Apa aku coba aja, ya?" gumam Ima. Ia jadi salah tingkah membayangkannya.

"Huuh! Belum apa-apa udah nervous aja. Tapi dari pada aku bingung, lebih baik aku bikin konsepnya aja dulu," ucap Ima.

Akhirnya ia pun mengambil buku catatan dan beberapa kitab. Ia pun membuat konsep postingan agar nanti dirinya tidak kebingungan. Dengan begitu ia sudah tahu apa yang akan ia posting selanjutnya.

Ustadzah Dinikahi Mafia TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang