Selesai mandi, Nick mengenakan pakaian di walk in closet. Setelah itu ia menghampiri Ima.
"Sepertinya dia sangat puas," gumam Nick sambil tersenyum, saat melihat Ima terlelap.
Nick pun meninggalkan kamar itu. Kemudian ia mencari asisten rumah tangga.
"Bi, saya minta tolong, sprei kamar tamu ganti dengan yang baru," pinta Nick.
"Baik Tuan," jawab Bibi. Ia tidak berani bertanya lebih banyak. Ia pun langsung mengganti spreinya.
Nick kembali ke kamarnya. Kemudian ia mengecek email lagi sambil menunggu Ima yang sedang terlelap. Padahal bisa saja dirinya bekerja di ruang kerja. Namun entah mengapa kali ini ia malah menunggu Ima di sana.
Satu jam kemudian Ima terbangun. "Astaghfirullah, maaf Mas. Aku ketiduran," ucapnya dengan wajah yang sedikit sembab karena bangun tidur. Ia pun duduk sambil memegangi selimut yang menutupi tubuhnya itu.
"Gak masalah. Kamu pasti lelah, kan?" tanya Nick, bangga.
Ima pun tertunduk malu dengan wajah merona. "Iya," ucapnya sambil tersenyum.
Nick menaruh ipadnya. Kemudian ia berjalan ke arah Ima dan duduk di sampingnya. "Gimana, apa ada yang sakit?" tanya Nick.
Ima menggelengkan kepalanya. "Cuma sedikit. Tapi gak apa-apa, kok," jawabnya.
"Maaf, ya. Tadi aku terlalu bersemangat. Lebih baik sekarang kamu mandi! Setelah itu kita pindah ke kamar tamu," ucap Nick.
Ima bingung mengapa Nick memintanya pindah. "Kenapa harus pindah, Mas?" tanyanya.
Nick menoleh ke arah tempat tidur yang basah. "Aku tidak yakin kita akan nyaman tidur di kasur yang basah seperti ini," ucap Nick sambil tersenyum. Kali ini ia seolah melupakan Amber.
Ima langsung menutup mulutnya dengan tangannya. Ia melihat ada noda merah dan basah di sprei berwarna putih tersebut. "Ya Allah, apa ini karena ...?" Ima tidak melanjutkan ucapannya.
Nick yang paham pun mengangguk. "Iya, kamu yang sudah membasahinya," ucap Nick, gemas. Ia jadi teringat bagaimana tadi Ima membasahi sprei itu dengan cairan cintanya.
"Maafin aku ya, Mas. Aku jadi ngotorin tempat tidur kamu," ucap Ima. Ia jadi tidak enak hati pada Nick. Baru saja datang ke rumah itu, Ima sudah mengotori kasurnya.
"Tidak perlu meminta maaf. Kamu seperti itu juga kan karena aku," ucap Nick, bangga.
Ima tersipu malu. Mengingat apa yang telah mereka lakukan tadi.
"Tapi kamu suka, kan?" tanya Nick. Ia penasaran bagaimana perasaan Ima tentang apa yang sudah mereka lakukan itu.
Ima pun mengangguk, malu-malu.
"Puas, gak?" goda Nick sambil ikut menunduk agar bisa melihat wajah Ima yang sedang malu itu.
"Mas, jangan nanya itu!" pinta Ima, manja.
"Kenapa?" tanya Nick sambil mengerutkan keningnya.
"Aku malu," ucap Ima jujur. Wajahnya pun terlihat merona.
"Aku suamimu, untuk apa kamu malu? Lagi pula aku bertanya seperti itu karena khawatir kamu tidak puas denganku," ucap Nick.
Ima menggelengkan kepalanya. "Enggak, kok. Aku puas banget," ucapnya. Ia tidak ingin Nick merasa bersalah.
Nick pun sangat bangga karena telah memuaskan Ima. "Sip kalau begitu. Sekarang kamu mandi, sana!" ucap Nick, sambil mengusap kepala Ima. Kemudian ia beranjak dari tempat tidur dan meninggalkan kamar itu.
Sampai saat ini Ima masih belum bisa mengendalikan senyumannya. Ia merasa Nick sangat manis dan membuatnya bahagia. "Ternyata menikah itu menyenangkan. Pantas saja disebut surga dunia," gumam Ima. Lalu ia pun turun dari tempat tidur dan mandi.
Tiba di ruang kerja, Nick mendapat telepon dari Amber. Saat itu ia beru ingat bahwa memiliki seorang kekasih dan telah berjanji padanya untuk tidak menyentuh Ima.
"Astaga! Kenapa aku bisa melupakan Amber?" gumam Nick. Ia pun bingung pada dirinya sendiri.
Sampai saat ini Nick masih yakin bahwa dirinya hanya mencintai Amber. Ia pun meyakinkan dirinya bahwa sikap manisnya itu hanya karena mengikuti saran dari Joe. Ia tak sadar bahwa justru dirinya sedang mengikuti kata hati.
Nick menjawab panggilan video Amber.
"Ya, Honey," ucap Nick.
"Kamu ke mana aja, sih? Dari tadi aku telepon kok gak dijawab?" keluh Amber.
"Aku lagi banyak kerjaan. Kamu kan tau sekarang ini aku double job. Masa kamu gak bisa ngerti, sih?" tanya Nick.
"Iya tapi aku kangen kamu, Sayang. Kamu gak lihat ini aku udah pakai lingerie kesukaan kamu. Ke sini, dong!" pinta Amber manja. Ia pun menunjukkan tubuhnya yang hanya mengenakan lingerie itu. Sebab biasanya Nick tidak akan tahan jika sudah digoda seperti itu.
Namun, anehnya kali ini Nick tidak bereaksi. Meski sudah melihat Amber seperti itu, ia biasa saja. Tubuhnya tak terangsang seperti sebelumnya.
"Sayang, maaf sekali, aku tidak bisa ke sana," ucap Nick. Meski Amber sudah berpakaian dan bergaya erotis, tetapi ia tidak bisa mengalahkan keseksian Ima. Sehingga kali ini naluri Nick tidak tergoda sama sekali.
"Kamu kenapa, sih? Aneh banget, deh," keluh Amber.
"Aku kan sudah bilang. Aku sedang sibuk, Sayang," jawab Nick.
"Bohong! Ini pasti karena istri baru kamu itu, kan? Atau jangan-jangan sebenarnya kamu udah cinta sama dia?" tuduh Amber.
Ditanya seperti itu oleh Amber, Nick pun gelagapan. "Enggak, kok. Udah deh, kamu gak usah mikir macem-macem. Aku tuh lagi sibuk banget. Kamu gak lihat ini aku lagi di ruang kerja?" Nick pun mengarahkan kameranya agar Amber percaya bahwa dirinya sedang berada di ruang kerja.
"Oke, aku percaya sama kamu. Tapi kapan kita bisa ketemu? Aku kangen banget lho, Nick. Kita udah lama kan gak bercinta. Udah tiga bulan lebih. Kamu selalu sibuk ngurusin bisnis kamu," keluh Amber.
Beberapa bulan terakhir Nick memang selalu sibuk. Sehingga ia tidak sempat bermesraan dengan Amber.
Sebelum menikah dengan Ima, Rose sudah meminta Nick untuk cek kesehatan. Sebab ia khawatir anaknya itu memiliki penyakit karena ia curiga pergaulan Nick di luar negeri cukup bebas. Rose melakukan itu karena ia ingin segera memiliki cucu.
Rose pun senang karena Nick sangat sehat. Sehingga ia pikir Nick tidak seperti apa yang ia duga. Padahal selama ini Nick memang bermain aman agar kekasihnya itu tidak hamil.
"Sabar, ya! Nanti akan aku usahakan untuk datang ke tempat kamu kalau senggang," jawab Nick.
Amber tiba-tiba ingat sesuatu. Ia ingin protes mengapa Nick memindahkannya ke kamarnya saat di hotel kemarin. Sebab, Joe beralasan bahwa Nick yang memindahkan Amber ke sana.
"Oh iya, kenapa waktu itu ...?" Belum sempat Amber bertanya, pintu ruang kerja Nick diketuk.
Tuk, tuk, tuk!
Nick pun langsung menoleh. Ia khawatir itu adalah Ima. "Honey, sudah dulu, ya! Ada telepon masuk dari Mamah aku. Bye!" ucap Nick. Kemudian ia langsung memutus sambungan teleponnya.
"Masuk!" ucap Nick, salah tingkah.
Ceklek!
Benar saja, Ima yang muncul dari balik pintu.
"Mas lagi sibuk, ya?" tanya Ima.
"Oh enggak, kok. Ada apa?" Nick balik bertanya.
"Gak apa-apa, tadi kayaknya aku denger Mas lagi teleponan. Telepon siapa?" tanya Ima lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ustadzah Dinikahi Mafia Tampan
Roman d'amourIma dilamar oleh seorang Mafia yang pura-pura mencintainya hanya karena gadis itu mengetahui rahasianya. Sang Mafia bernama Nick itu tidak ingin rahasianya terbongkar. Sehingga ia terpaksa menikahi Ima agar bisa membungkam mulutnya. Padahal selama...