51. Berusaha

19.8K 1.3K 40
                                    

Nick terdiam beberapa saat. "Tapi dosa saya sangat banyak, Ustadz. Apa mungkin akan diterima?" tanya Nick.

Ia ragu dosanya akan diampuni oleh Allah SWT.

"Tergantung. Kalau kamu bersungguh-sungguh, Allah pasti akan menerimanya. Sebab Allah maha pengampun," ucap Zaki.

"Jika kamu sudah taubat dan menjalani hidup yang benar, insyaaAllah istrimu pun akan merasakannya dan percaya bahwa kamu memang sungguh-sungguh," lanjutnya.

"Tapi sampai sekarang saya belum hafal cara dan bacaan shalat serta wudhu, Ustadz," ucap Nick.

"Ini, kebetulan saya ada buku tuntunan shalat lengkap beserta doa-doanya. Di sini pun ada tata cara shalat taubat dan shalat sunah lainnya, termasuk doa dzikir," ucap Zaki, sambil menyodorkan sebuah buku berwarna merah.

"MasyaaAllah, terima kasih banyak, Ustadz. Buku ini pasti akan sangat membantu," ucap Nick.

"Saya tau kamu orang sibuk. Jadi akan repot jika harus menemui saya secara langsung hanya untuk belajar. Di buku ini sudah lengkap semuanya. Jadi hanya perlu dibaca dan dihafalkan," ucap Zaki.

"Tapi nanti kamu bisa menemui saya untuk menyempurnakan gerakan ketika shalat," sambung Zaki.

"Tentu, Ustadz. Dengan senang hati," jawab Nick. Ia sangat bersemangat ingin mempelajari buku tersebut. Sebab ia sudah tidak sabar ingin memiliki ilmu yang bisa membuatnya layak menjadi suami Ima.

"Ini harga bukunya berapa ya, Ustadz?" tanya Nick. Ia tidak enak hati, sudah diberikan ilmu, diberi buku pula.

"Tidak usah. Saya ikhlas membantu kamu. Yang terpenting, kamu pun ikhlas melakukan semuanya. Supaya ilmunya dapat," jawab Zaki.

"MasyaaAllah, terima kasih banyak, Ustadz. Saya sangat berhutang budi pada Ustadz Zaki," ucap Nick. Ia hendak bersimpuh di hadapan Zaki. Namun pria itu langsung melarangnya.

"Jangan! Saya tidak mau seperti itu. Manusia dilarang bersujud di hadapan manusia lain. Hanya Allah-lah yang pantas manusia sembah," ucap Zaki.

Nick pun langsung berdiri. Kemudian ia memeluk Zaki. "Terima kasih, Ustdaz. Saya sangat takut kehilangan istri saya. Jadi apa pun akan saya lakukan demi mempertahankan pernikahan ini," ucap Nick.

Zaki mengusap punggung Nick, kemudian melepaskan pelukannya. "Tapi alangkah baiknya jika mencari ilmu itu karena Allah. Bukan hanya karena manusia," ucap Zaki.

Nick mengangguk. "Iya, maafkan saya. Mungkin saat ini saya belum tahu betul arahnya ke mana. Tapi mohon doanya semoga saya bisa segera mendapat hidayah. Sehingga bisa menjalani semuanya dengan benar," ucap Nick.

"Aamiin ... Allah pasti akan memberi jalan bagi orang yang bersungguh-sungguh," ujar Zaki.

Meski saat ini niat Nick masih karena istrinya, Zaki sudah cukup senang. Sebab ia tahu bahwa manusia tidak mungkin berubah secara drastis. Ia mendoakan pria itu agar segera mendapat hidayah.

"Kalau begitu saya permisi dulu ya, Ustadz. Assalamualaikum," ucap Nick.

"Waalaikumsalam," sahut Zaki.

Nick pun meninggalkan rumah tersebut.

"By!" ucap Aisyah saat melihat Nick pergi.

"Apa, Sayang?" tanya Zaki.

"Orang itu belum bisa shalat?" tanya Aisyah.

"Iya."

"Kok bisa udah setua itu belum bisa shalat?" Aisyah heran melihat Nick tidak bisa shalat.

"Di dunia ini, banyak yang seperti itu. Jangankan yang tidak pernah belajar shalat. Yang pernah belajar pun bisa lupa jika tidak diamalkan. Oleh karena itu, jika kita memiliki ilmu, harus rajin diamalkan. Supaya tidak lupa," jelas Zaki.

Sementara itu, Nick sudah tiba di rumahnya.

"Assalamualaikum," ucap Nick saat memasuki rumah tersebut.

"Waalaikumsalam," sahut Bi Mar. Ia yang membukakan pintu untuk Nick.

"Nyonya udah makan, belum?" tanya Nick. Tadi ia cukup lama di rumah Zaki. Sehingga kembali ke rumahnya saat sudah hampir dzuhur.

"Belum, Tuan," jawab Bi Mar.

Nick menghela napas. Kemudian ia berjalan ke arah kamarnya untuk mengecek kondisi Ima.

Ceklek!

Nick membuka pintu kamarnya secara perlahan. Ternyata saat itu istrinya sedang terlelap.

'Mungkin dia lelah karena banyak menangis. Ya sudah, biar dia tidur,' batin Nick.

Akhirnya ia menutup kembali pintu kamar tersebut. Setelah itu, Nick pergi ke ruang kerjanya untuk mempelajari buku yang diberikan oleh Zaki.

Saat Nick menuju ke ruang kerja, Joe muncul di hadapannya. "Selamat siang, Bos!" ucap Joe.

"Siang! Lain kali kalau masuk rumah itu ucapkan salam!" tegur Nick. Ia khawatir Ima mendengarnya dan merasa heran karena Joe tidak mengucapkan salam.

"Oh iya. Salam, Bos," ucap Joe, menuruti permintaan Nick.

Nick langsung menatap Joe dengan tatapan kesal. Joe pun bingung karena dirinya merasa telah mengikuti arahan Nick.

"Katanya harus bilang salam?" tanya Joe.

"Bukan begitu! Kamu nih gak pernah belajar agama, apa?" tanya Nick, kesal.

Joe sudah lama tinggal di luar negeri. Ia pun sudah terbiasa jauh dari agama, sama seperti Nick.

"Terus gimana, Bos?" tanya Nick.

"Assalamualaikum!" ucap Nick.

"Ooh, begitu. Assalamualaikum, B-bos," ucap Joe, kikuk. Ia tidak terbiasa mengucapkannya, sehingga merasa aneh.

"Waalaikumsalam. Ayo masuk!" ajak Nick.

Bi Mar yang mendengar obrolan di dapur itu cengengesan. 'Ya ampun, mereka lucu banget, sih?' batinnya.

Ia merasa Nick lucu karena bisa berubah seperti itu hanya demi Ima. "Nyonya memang membawa dampak positif bagi Tuan," ucap Bi Mar.

"Tutup pintunya!" pinta Nick saat mereka sudah berada di dalam ruang kerjanya.

Joe pun menutup pintu itu. Kemudian ia mendekat ke arah Nick.

"Jadi bagaimana?" tanya Nick.

"Saat ini Nona Amber sudah kami amankan. Bahkan ponselnya kami sita agar tidak berulah lagi," jelas Joe.

"Kapan kamu akan mengirimnya ke luar negeri?" tanya Nick lagi.

"Besok atau lusa, Bos. Tapi sebenarnya ada opsi lain selain mengirimnya ke luar negeri," jawab Joe.

"Apa itu?" dijual ke mafia yang memiliki power. Aku yakin dia tidak akan bergerak dan kita tidak perlu repot mengurusnya lagi," ujar Joe.

Nick terdiam sejenak. Ia memikirkan baik buruknya jika sampai Amber dijual ke mafia.

"Jangan!" ucap Nick.

Joe mengerutkan keningnya. "Kenapa, Bos? Apa Bos masih mencintainya?" tanya Joe.

Nick langsung melemparkan sebuah benda, hingga jatuh tepat di kening Joe.

Buk!

"Jaga mulut kamu!" bentaknya. Ia khawatir Ima mendengar ucapan Joe dan salah paham lagi.

"M-maaf, Bos!" ucap Joe. Ia tak menyangka reaksi Nick akan seperti itu.

"Jangan pernah mengatakan hal seperti itu lagi. Terutama di rumah ini! Paham!" pinta Nick.

"Siap, Bos. Paham!" sahut Joe.

"Satu lagi," ucap Nick.

"Apa itu, Bos?" tanya Joe.

"Aku ingin melepas semua bisnis haramku," ucap Nick sambil menatap Joe.

Joe sangat terkejut. "Bagaimana mungkin, Bos? Saham Bos sangat besar dan banyak pekerja yang bergantung pada bisnis itu. Mohon dipikirkan lagi!" pinta Joe.

Ustadzah Dinikahi Mafia TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang