25. Menjaga Hati

27.1K 1.4K 37
                                    

Siang ini Nick dan Ima makan siang bersama di tempat yang telah dipilih oleh Nick.

Nick tiba lebih dulu karena ia sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Ima. Sehingga ketika Ima sampai, Nick sudah duduk di kursinya.

Ia yang sejak tadi memperhatikan pintu masuk itu langsung tahu ketika Ima datang. Saat melihat Nick, Ima langsung tersenyum dan mendekat ke arahnya.

Nick sebal karena setiap Ima melangkah, begitu banyak pria yang menoleh ke arahnya. "Apa mereka tidak bisa menjaga mata mereka?" gumam Nick, kesal. Ia tidak terima istrinya dipandangi oleh orang lain seperti itu.

"Assalamu alaikum, Mas," ucap Ima.

Nick langsung berdiri dan menyambut istrinya dengan bangga. "Waalaikum salam, Sayang," ucap Nick. Ia merangkul pinggang Ima, kemudian mengecup pipinya.

"Udah pesan makanan belum?" tanya Ima.

"Belum. Aku juga baru sampai," sahut Nick. Ia tidak ingin Ima tahu bahwa dirinya menunggu Ima di sana.

"Oke," sahut Ima. Kemudian mereka pun duduk dan memesan makanan.

Setelah memesan makanan, Nick menagih janji Ima yang akan menjelaskan tentang kedatangan Alvin ke tokonya.

"Alvin ngajak kerja sama apa?" tanya Nick.

Ima pun menjelaskan apa saja yang tadi telah mereka bicarakan.

"Hah? Sumbangan? Sejak kapan dia peduli pada orang lain?" Nick seolah mencemooh niat baik Alvin. Padahal Nick memang tahu, dulu Alvin merupakan orang yang cuek. Ia berubah karena Ima.

"Maksudnya?" tanya Ima. Ia tidak paham dengan apa yang sedang dibicarakan oleh suaminya itu.

"Aku yakin itu hanya modus dia untuk mendekati kamu," tuduh Nick.

Ima terkekeh mendengarnya. "Yang bener aja, Mas! Dia kan sepupu kamu. Masa iya begitu?" tanya Ima.

"Lho, aku serius. Dia tidak sebaik yang kamu pikir. Jangan sampai kamu terjebak ke permainannya. Aku tidak suka jika kamu terlalu dekat dengannya," ucap Nick. ia tak segan melarang Ima untuk menghindari Alvin.

"Aku pikir karena kalian saudara, tidak akan masalah jika aku kerja sama dengannya. Tapi sepertinya kamu gak suka sama dia ya, Mas?" tanya Ima.

Sampai saat ini Ima hanya mengetahui bahwa Alvin merupakan pria yang baik. Sebab, selama mengenal Alvin, Ima tidak pernah melihat kesalahannya sedikit pun. Sehingga Ima merasa apa yang dikatakan Nick agak sulit dipercaya.

"Kenapa kamu malah bela dia?" tanya Nick, kesal.

"Aku gak bermaksud bela dia, Mas. Aku kan cuma nanya. Maaf kalau pertanyaanku salah. Jujur, aku mengenal Mas Alvin lebih dulu dari pada kamu. Sejauh ini dia cukup baik, dia juga rajin ibadah, dan memang suka beramal," puji Ima.

Wajah Nick merah padam. Ia tidak terima istrinya memuji pria lain di hadapannya.

Ima sendiri tidak bermaksud membuat Nick cemburu. Ia mengatakan hal itu agar suaminya tidak membenci sepupunya sendiri. Namun ia tidak tahu, hal itu justru membuat Nick semakin marah.

"Kamu suka sama dia?" tebak Nick.

Ima mengerutkan keningnya. "Maaf, Mas. Selama ini aku tidak pernah tertarik pada lelaki mana pun. Sebab, bagiku hatiku hanya untuk suamiku. Jadi aku menjaganya untuk siapa pun pria yang menikahiku," jawab Ima, sambil menatap Nick.

Nick langsung panas dingin saat mendengar ucapan Ima. Tenggorokkannya tercekat, ia pun salah tingkah. Ucapan Ima barusan membuatnya tersipu malu sekaligus bangga. Sebab, artinya saat ini Ima sudah memberikan hatinya pada Nick.

Dengan begitu, Nick merasa spesial karena Ima sengaja menjaga hati untuknya.

"Apa itu artinya kamu sudah memberi hatimu untukku?" tanya Nick sambil tersenyum.

Padahal tadi ia sedang kesal. Namun ucapan Ima barusan membuat perasan Nick jungkir balik 180º.

Ima tersenyum melihat suaminya seperti itu. "Iyalah, Mas. Kalau bukan buat kamu, terus buat siapa lagi? Suamiku kan cuma kamu," jawab Ima, sambil mencubit pipi Nick.

Nick menggenggam tangan Ima. Hatinya berdebar-debar kala mendapatkan ungkapan cinta dari istrinya sendiri. Meski tidak secara langsung.

"Jadi kamu udah cinta sama aku?" tanya Nick. Ia bertanya seperti itu karena pernikahan mereka cukup mendadak.

"Hem ... kasih tau gak, ya?" Ima malah meledek Nick.

"Emm, nakal kamu, ya!" Nick gemas karena istrinya malah meledek. Ia pura-pura ingin menggigit tangan Ima.

"Hehehe, jangan, dong! Ya, meskipun pernikahan kita baru beberapa hari. Tapi sikap kamu selalu baik padaku, Mas. Kebaikan dan kelembutan kamu itu jadi bikin aku makin yakin, kalau aku udah cinta sama kamu," ucap Ima sambil menatap suaminya lagi.

Gluk!

Sebelum menikah, Ima tidak pernah menatapnya. Meski mereka pernah bertemu beberapa kali. Namun kali ini, bola mata indah itu bisa ia tatap dengan puas. Sehingga membuat Nick semakin sulit untuk mengendalikan dirinya.

"Kamu sendiri, sejak menikah kayaknya belum pernah bilang cinta ke aku, deh?" tanya Ima.

Lidah Nick terasa kelu. Ia berperang dengan batinnya sendiri. Satu sisi Nick memang sudah mulai ada rasa. Atau mungkin ia sudah sangat mencintai istrinya itu. Namun di sisi lain, ia merasa hal itu tidak sesuai dengan tujuan utamanya.

Ima berani bersikap seperti itu dan jujur akan perasaannya pada Nick. Sebab Nick adalah suami yang sudah halal baginya. Sehingga Ima tidak menahan dirinya lagi. Apalagi mereka sudah beberapa kali bercinta. Hal itu pun membuat Ima yakin bahwa Nick memang mencintainya.

Seandainya Ima tahu rahasia Nick. Entah bagaimana reaksinya nanti.

Tidak mendapat reaksi dari suaminya, Ima pun menarik tangannya perlahan.

"Kok gak jawab, Mas? Apa aku salah, ya?" tanya Ima. Ia jadi meragukan ketulusan Nick.

Nick yang sedang melamun itu terkesiap. Ketika sedang melamun, ia teringat akan saingannya—Alvin. Sehingga kini Nick tidak ragu untuk mengungkapkan cintanya.

"Salah apanya, Sayang? Ya aku cinta kamulah. Kalau gak cinta, mana mungkin aku nikahin kamu?" jawab Nick sambil berusaha bersikap netral. Sebab terlalu banyak rahasia yang ia sembunyikan dari istrinya tersebut.

Ima yang awalnya sempat meragukan Nick pun kini percaya. Apalagi Nick menyatakan cinta sambil menatap matanya.

"Tapi aku cuma merasa kurang pas aja kalau ngomongnya di sini. Nanti malam kita buat suasana romantis, ya? Dan aku akan mengungkapkan cintaku dengan cara yang lebih pantas," ucap Nick.

Ima tersenyum. "Terima kasih, Mas," ucapnya. Ia senang karena Nick telah membuatnya tenang.

Nick mengusap kepala Ima. Ia merasa berdosa sekaligus khawatir Ima akan kecewa jika mengetahui semua rahasianya.

'Kenapa sekarang aku jadi berada di posisi sulit seperti ini?' batin Nick. Ia jadi pusing akibat ulahnya sendiri.

Tak lama kemudian, makanan datang. Mereka pun mulai menikmati hidangan yang telah tersedia.

"Terima kasih," ucap Ima, saat pelayan itu pergi.

"Ayo dimakan!" ajak Nick.

"Mas suka makanan western, ya?" tanya Ima.

Mereka pun menikmati makanan sambil berbincang.

Saat sedang berbincang sambil asik tertawa, tiba-tiba Amber muncul dari arah belakang Ima.

Ustadzah Dinikahi Mafia TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang