27. Gelisah

22.8K 1.2K 20
                                    

"Ya kamu pikir sendiri bagaimana caranya! Masa harus aku yang mikir?" bentak Nick. Ia kesal karena Joe malah membuatnya pusing.

"Pokoknya aku gak mau tau, paling lama 10 menit aku masuk ke apartemen itu, kamu harus sudah bisa membawa aku pergi dari sana. Paham!" ancam Nick.

"Baik, Bos!" sahut Joe.

Selama di Indonesia, Nick memang tidak leluasa bergerak. Beda ketika dulu di luar negeri. Dulu bahkan Amber tidak berani mengusik Nick. Hal itulah yang membuatnya rela meski hanya bertemu beberapa kali selama menjalin hubungan dengan pria tersebut.

Saat ini Nick bukan takut terhadap Amber. Ia hanya tidak ingin Amber mengganggu Ima. Awalnya Nick hanya tidak leluasa bertindak karena orang tuanya. Namun kini kehadiran Ima membuat pergerakan Nick semakin sempit.

Sehingga Nick harus selalu berhati-hati dalam bertindak. Ia tidak ingin Ima kecewa padanya.

"Apa tidak dipulangkan saja ke negaranya, Bos?" tanya Joe.

"Kamu pikir bisa semudah itu? Kalau bisa, pasti sejak kemarin sudah aku pulangkan." Nick sedang uring-uringan karena begitu banyak masalah yang ia hadapi.

"Tapi bukankah dulu Nona Amber tidak pernah protes meski kalian lama tidak bertemu?" tanya Joe lagi.

"Hei! Dulu aku belum menikah. Sekarang kan ada Ima. Pasti dia takut aku berpaling," ucap Nick, kesal. 'Padahal kenyataannya memang seperti itu,' batin Nick sambil menoleh ke arah luar jendela mobil yang ada di sampingnya.

'Benar juga, ya. Kenapa Bos jadi seperti harimau kehilangan taringnya? Apakah cintanya pada Nyonya begitu besar? Bisa bahaya,' batin Joe.

Dulu, mengurus Amber saja Joe sudah pusing. Jika Nick sedang sibuk dan tidak bisa dihubungi, Joe lah yang menjadi sasaran Amber. Ia terus menghubungi Joe untuk menanyakan kabar Nick.

Ketika mereka sedang berdua pun, Amber seolah sedang menyandra Nick. Sebab Joe pasti akan kesulitan untuk menghubungi bosnya itu. Hal itulah yang membuat Joe senang ketika Nick menikah dengan Ima.

Akan tetapi, jika ternyata Nick malah jadi bucin pada Ima. Tentu itu akan merepotkan bagi Joe. Apalagi Ima sangat bertentangan dengan dunia Nick.

"Baiklah, nanti aku akan berusaha untuk membawa Bos keluar dari apartemennya," ucap Joe.

"Nah, gitu dong!" ucap Nick. Ia lega karena Joe telah menyanggupinya.

"Huuh!" Nick mengembuskan napas, kasar.

"Kenapa semuanya jadi rumit seperti ini ya, joe? Di sini powerku seolah tidak ada artinya," gumam Nick, lemas.

Joe bingung hendak mengatakan apa. Sebab apa yang Nick katakan memang benar. Bahkan pria itu seolah dapat mendengar isi hati Joe.

"Apa tidak mungkin jika Bos kembali ke luar negeri?" tanya Joe. Sebenarnya ia pun lebih leluasa jika Nick tinggal di luar negeri.

"Oh, kamu mau si berengsek Alvin menguasai perusahaan orang tua aku?" Nick semakin kesal. Bukan masalah harta. Melainkan harga diri. Ia tidak rela jika Alvin yang mewarisi perusahaan papinya.

"Maaf, Bos. Kalau begitu kita harus lebih bersabar karena di sini kita tidak bisa leluasa," ucap Joe.

Di tempat lain, ada seorang pria yang sedang duduk di kursi kerjanya. Kemudian asistennya datang untuk memberikan laporan.

"Ini laporan yang Anda minta, Pak," ucap asisten tersebut.

Pria itu mengambil apa yang diberikan oleh asistennya. Kemudian ia melihatnya.

Ia menyunggingkan ujung bibirnya. "Jadi mereka masih berhubungan?" gumam pria itu. Ya, dia adalah Alvin. Ternyata bukan hanya Nick yang mengawasi Alvin. Akan tetapi Alvin pun melakukan hal yang sama.

"Iya, Pak. Bahkan tadi pagi wanita itu datang ke kantor Tuan Nick dan barusan dia hampir mengganggu Tuan Nick dan Nona Ima yang sedang makan siang bersama," jelas orang itu.

"Hampir?" tanya Alvin sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Iya, sepertinya Tuan Nick memohon agar dia tidak mengganggu mereka. Sehingga wanita itu langsung berbelok," jelas asisten Alvin.

Sontak Alvin langsung terbahak. "Hahaha, Nick ... Nick ... kamu itu segarang singa. Tapi kenapa berubah jadi marmut saat berhadapan dengan wanita? Memalukan," cibir Alvin. Padahal kemungkinan besar ia pun akan melakukan hal yang sama jika memiliki Ima.

Sebenarnya Alvin sepupu yang baik. Hanya saja ia selalu memprovokasi Nick agar mau pulang ke Indonesia dan melanjutkan perusahaan papinya.

Namun, lain halnya dengan urusan Ima. Ia rela bersaing dengan Nick agar bisa mendapatkan Ima. Bahkan Alvin ikhlas jika memang Nick telah menyentuh Ima. Baginya, yang terpenting bisa medapatkan wanita yang ia incar itu. Bagaimana pun kondisinya.

Malam hari, sesuai dengan janjinya, Nick pergi ke apartemen Amber atas permintaan wanita tersebut.

'Entahlah, sekarang aku sangat tidak bersemangat bertemu dengannya. Padahal dulu aku selalu senang jika bertemu dengan dia,' batin Nick.

Ia bingung karena perasaannya terlalu cepat berubah. Jika memang itu karena Ima, Nick merasa seharusnya tidak secepat itu.

"Ingat permintaanku! Jangan sampai terlambat!" ancam Nick.

"Siap, Bos!" jawab Joe.

Setelah itu Nick turun dari mobil dan masuk ke apartemen tersebut. Kemudian ia berjalan menuju kamar Amber.

"Bagaimana jika ada yang melihatku dan mengatakannya pada Ima?" gumam Nick, pelan. Ia jadi seperti pengecut karena Ima seolah memiliki mata di mana-mana.

Joe pun turun dari mobil dan memberikan kuncinya ke sopir valet.

'Apa yang harus aku lakukan?' batin Joe. Ia masih berpikir keras agar bisa membawa Nick keluar dari kamar Amber tanpa dicurigai sedikit pun. Sebab, jika sampai Amber curiga, bisa repot urusannya.

Nanti yang ada Nick marah padanya.

Ting-tong!

Nick menekan bel pintu kamar Amber. Tak butuh waktu lama, Amber langsung membukanya. Sebab ia memang sudah menunggu Nick di sana.

"Akhirnya kamu datang juga, Honey," ucap Amber, genit.

'Huuh! Sudah kuduga,' batin Nick. Ia tidak terlalu terkejut saat melihat penampilan Amber. Sebab Nick sudah menduga sebelumnya.

Saat ini Amber hanya mengenakan lingerie yang sangat menerawang. Sehingga ia seperti tidak mengenakan pakaian.

Berbeda dengan di telepon. Kali ini Nick sedikit terangsang. Sebab Amber langsung menariknya masuk, dan menutup pintu lalu menguncinya.

Setelah itu ia memeluk Nick, kemudian menggerayangi tubuh pria itu. Saat Amber hendak mencium Nick bahkan melepaskan celana pria itu, Nick pun langsung menghindar.

"Amber, aku haus," ucap Nick dengan suara tercekat.

Amber memicingkan matanya. "Kamu tidak sedang menghindariku, kan?" tanyanya. Padahal ia sengaja langsung ingin melepas celana Nick. Sebab, jika mulai perlahan dari atas, ia pikir akan memakan waktu yang lama.

"Tidak, aku tadi habis rapat. Banyak bicara jadi haus. Apalagi saat ini melihat kamu begitu seksi. Tenggorokkanku jadi terasa semakin kering," jelas Nick. Ia berusaha bersikap mesra agar Amber tidak curiga.

"Oh, oke. Aku ambil minum sebentar," jawab Amber. Kemudian ia berlalu ke pantry untuk mengambilkan air mineral.

'Joe ke mana, sih? Kenapa lama sekali?' batin Nick. Padahal baru tiga menit dirinya berada di sana. Namun Nick merasa itu sudah lama.

Ia khawatir Amber akan semakin menggila dan dirinya pun takut khilaf. Sebab, jika Amber sudah memancing gairahnya, kemungkinan besar Nick akan lupa diri.

Nick mengambil ponsel untuk mengirimkan pesan singkat pada Joe. Saat ia baru saja hendak mengetiknya, tiba-tiba Amber muncul dan menyambar ponsel tersebut.

"Eits! No call no message," ucap Amber. Kemudian ia menonaktifkan ponsel Nick, lalu melemparnya.

Ustadzah Dinikahi Mafia TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang