22. Amber

26.8K 1.4K 19
                                    

Uhuk! Uhuk!

Nick langsung tersedak kala ditanya seperti itu oleh Ima. Meski dirinya sudah menggauli Ima, tetapi Nick belum berniat untu memiliki anak. Hal itu pun jadi membuatnya teringat akan Amber. Ia khawatir Amber marah jika mengetahui Ima mengandung anaknya.

"Lho, kenapa, Mas?" tanya Ima. Ia pun memberikan minuman untuk Nick.

Nick meneguk minuman itu. Ia bingung hendak memberikan penjelasan seperti apa pada Ima.

"Sayang, aku baru ingat kalau hari ini ada meeting penting. Sepertinya aku harus pergi sekarang," ucap Nick. Ia berusaha mengalihkan pembicaraan dan kabur agar Ima tidak mencecarnya.

"Heuh?" Ima bingung karena Nick menghindari pertanyaannya. Namun ia tidak mungkin memaksa. 'Mungkin dia memang ada rapat penting,' batin Ima.

"Ya udah kalau begitu sandwichnya dibawa aja, ya! Biar bisa dimakan di jalan," ucap Ima. Ia langsung beranjak dan pergi ke dapur untuk mengambil kotak makanan. Kemudian ia memasukkan sandwich itu untuk Nick.

"Oke, thanks," jawab Nick. Ia pun beranjak dan pergi ke ruang kerja untuk mengambil tasnya.

'Untung saja dia tidak menekanku. Tapi aku merasa jadi pengecut,' batin Nick. Ia bahkan melonggarkan dasinya karena merasa sesak.

Setelah mengambil tas, Nick menuju ke pintu utama. Ia pun pamit pada istrinya tersebut. "Aku berangkat duluan, ya," ucap Nick.

"Iya, Mas. Hati-hati! Ini sandwichnya," jawab Ima.

Nick mengambil sandwich itu. Kemudian Ima bersalaman dan Nick mengecup keningnya.

"Tunggu!" ucap Ima saat Nick melangkah.

Deg!

Nick khawatir Ima akan membahas masalah tadi.

"A-apa?" tanyanya.

"Itu dasinya kok berantakan. Malu kalau dilihat orang nanti. Apalagi Mas lagi buru-buru gini. Pasti gak sempat beresin dasinya," ucap Ima. Ia mendekat ke arah Nick dan membenarkan dasi suaminya itu, sambil menatap Nick.

Nick menelan saliva. Ia merasa seperti sedang digoda oleh Ima. "Thanks," ucap Nick saat Ima sudah selesai membenarkan dasinya.

"Iya, Mas. Hati-hati, ya," sahut Ima.

Nick pun melangkah ke luar.

"Assalamu alaikum," ucap Ima. Sebab Nick tidak mengucapkan salam.

"Oh iya, sampai lupa. Waalaikumsalam," jawab Nick, gugup. Ia memang hampir tidak pernah mengucapkan salam. Kemudian Nick masuk ke mobilnya dan meninggalkan rumah itu.

"Aku akan berusaha selalu percaya sama kamu, Mas. Semoga kamu tidak mengecewakan aku," gumam Ima sambil menatap kepergian Nick. Ia tidak ingin suudzon pada suaminya.

Setelah Nick pergi, Ima pun masuk dan bersiap untu berangkat kerja.

"Siang ini mau masak apa, Nya?" tanya Bibi.

"Kayaknya gak usah masak, Bi. Aku mau pergi kerja. Nanti sore aja aku masak buat makan malam," jawab Ima sambil melangkah menuju kamar.

Namun Ima menghentikan langkahnya. "Eh iya, kalau begitu tolong siapin bahannya aja, deh. Jadi nanti aku tinggal eksekusi," ucapnya.

"Bahannya apa aja, Nya?" tanya Bibi lagi.

"Nanti aku catat biar Bibi gak lupa, ya," ucap Ima. Kemudian ia melanjutkan langkahnya.

"Baik, Nya," ucap Bibi.

Di tempat lain, Nick yang sedang berada di jalan pun melamun.


"Apa yang aku lakukan? Kenapa aku jadi seperti orang yang kehilangan arah?" gumam Nick.

Ia sedang berperang dengan perasaannya sendiri. Satu sisi Nick ingin menolak perasaannya terhadap Ima. Namun di sisi lain ia tidak dapat memungkiri bahwa dirinya memang sudah mulai ada rasa terhadap istrinya tersebut.

"Sial! Aku malah terjebak di permainanku sendiri," maki Nick.

"Harusnya aku tidak nekat seperti itu. Apalagi aku menikahinya hanya karena alasan bodoh," ucap Nick. Sepertinya selain karena rahasianya, ia memiliki tujuan lain ketika memutuskan untuk menikahi Ima saat itu.

"Bagaimana jika Amber mengetahui hal itu? Bisa-bisa dia marah dan nekat," ucap Nick.

Saat ini ia jadi khawatir Amber akan nekat merusak rumah tangganya dengan Ima. Ia tahu betul bagaimana sifat Amber. Apalagi dirinya sudah terlanjur berjanji tidak akan menyentuh Ima.

"Semoga dia tidak melakukan apa yang aku pikirkan," ucap Nick.

Beberapa saat kemudian, ia tiba di kantornya.

"Selamat pagi, Bos," sapa Joe yang sudah tiba di kantor lebih dulu. Pagi ini Nick memang sedang ingin berkendara sendiri. Sehingga ia menyuruh Joe langsung pergi ke kantor.

"Pagi!" sahut Nick, sambil berjalan menuju ruangannya.

Setibanya di depan ruang kerjanya, Nick kembali di sapa oleh sekertarisnya. "Pagi, Pak," ucap sekertaris itu, sambil membukakan pintu untuk Nick.

"Pagi!" sahut Nick. Ia pun melangkah masuk.

Saat sekertarisnya menutup pintu dari luar, betapa terkejutnya Nick ketika melihat Amber berada di kursinya.

Tadi Amber menghadap ke belakang. Sehingga Nick tidak sadar ada wanita itu di sana. Namun kini ia sudah berbalik dan langsung menyambut Nick dengan hangat.

'Sial, kenapa dia bisa ada di sini?' maki Nick dalam hati.

Tadi Amber masuk saat sekertaris Nick belum datang. Ia sengaja menyusup karena khawtair akan dilarang masuk oleh sekertaris kekasihnya itu.

"Morning, Darl," sapa Amber. Ia pun berdiri dan mendekati Nick.

"Morning ... kamu kok udah ada di sini?" Nick balik menyapanya. Ia berusaha bersikap senetral mungkin.

Kala itu Joe tidak ikut masuk. Sehingga mereka hanya berdua di ruangan tersebut.

"Aku mau kasih kejutan ke kamu, Honey. Kamu tuh kenapa sih dari kemarin sepertinya terus menghindari aku?" tanya Amber, manja. Kemudian ia langsung memeluk Nick dan mengecup bibirnya.

Nick sangat risih. Berada di posisi seperti itu membuatnya merasa berdosa pada Ima. Ia pun khawatir Ima akan mengetahui hal tersebut dan marah padanya.

"Aku kan sudah mengatakan kalau aku sedang sibuk," jawab Nick. Ia melepaskan pelukan Amber secara perlahan. Kemudian berjalan ke arah meja kerjanya.

Amber kecewa dengan sikap Nick. "Kamu kenapa sih, Nick? Spertinya kamu memang berubah. Apa karena wanita itu? Bahkan semalam aku mendengar suaranya," tanya Amber, kesal.

Nick duduk di kursinya secara perlahan. Sambil memikirkan bagaimana cara menjelaskan pada Amber agar wanita itu tidak marah.

Bukannya tidak bisa tegas. Namun ia sudah terlanjur berjanji pada Amber. Apalagi ia tahu wanita itu bisa nekat. Nick hanya khawatir Amber mendatangi Ima dan mengatakan hubungan mereka.

"Aku kan sudah menikahinya. Jadi sangat wajar jika dia ada di rumahku," jawab Nick.

"Tapi kenapa sepertinya hubungan kalian sangat dekat?" keluh Amber. Lalu ia duduk di pangkuan Nick.

"Bagaimana kamu bisa berkata seperti itu? Memangnya kamu melihat apa yang kami lakukan?" Nick balik bertanya.

"Bukannya begitu. Aku cuma takut kamu berpaling ke wanita itu, Nick. Kamu kan tau aku cuma cinta sama kamu dan di dunia ini cuma kamu yang aku punya," keluh Amber sambil memeluk Nick lagi.

Jika Amber sudah seperti itu, hati Nick pun jadi tersentuh. Memang selama ini hubungan Nick awet dengannya karena Nick kasihan pada Amber. Apalagi Amber merupakan adik dari teman Nick yang sudah meninggal.

Bahkan Nick pernah berjanji pada temannya itu, untuk selalu menjaga Amber sampai kapan pun.

"Iya, aku tau itu. Kamu jangan khawatir, ya! Semuanya akan baik-baik saja," jawab Nick.

Amber mengerutkan keningnya karena jawaban Nick tidak sesuai dengan harapannya.

"Kok gitu sih jawabnya? Aneh banget. Biasanya kalau aku bilang cinta, kamu pasti jawab kalau kamu lebih cinta sama aku," tanya Amber, heran.

Ustadzah Dinikahi Mafia TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang